Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik pada Rabu, rebound dari level terendah lebih dari satu minggu yang terjadi di sesi sebelumnya, didukung oleh pelemahan dolar AS. Namun, kenaikan harga emas sedikit terkoreksi setelah data menunjukkan stagnasi dalam penurunan inflasi, yang mengindikasikan bahwa Federal Reserve AS mungkin akan lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/11/2024), pergerakan harga Emas spot naik 0,2% menjadi USD 2.635,99 per ounce, sementara emas berjangka AS naik 0,7% ke level USD 2.638,60 per ounce.
Baca Juga
Data menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen AS meningkat signifikan pada Oktober. Namun, kemajuan dalam menurunkan inflasi tampaknya stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Advertisement
“Kami pikir koreksi kecil yang baru saja terjadi di logam mulia sebagai respons terhadap data terutama dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan pribadi,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures.
“Jika konsumen tetap tangguh meskipun inflasi tinggi, ini menunjukkan ketahanan di baliknya, dan bahwa Federal Reserve mungkin lebih enggan untuk terus memangkas suku bunga secara agresif,” tambahnya.
Faktor Pendukung dan Prospek Harga Emas
Indeks dolar turun 0,8%, menyentuh level terendah dua minggu, sehingga meningkatkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya.
Streible juga memperkirakan harga emas dapat mencapai USD 3.000 dalam dua kuartal pertama 2025, asalkan tidak terjadi lonjakan inflasi tajam yang memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga, yang dapat merugikan pasar bullish emas.
Peluang Pemangkasan Suku Bunga
Saat ini, pasar memperkirakan peluang 70% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung bersinar di lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
Sebelum rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE), harga emas sempat naik hingga 1%. Rebound ini mengikuti penurunan tajam sebesar USD 100 pada Senin, yang merupakan penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari lima bulan, setelah permintaan aset aman melemah menyusul pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah yang didukung Iran.
Harga emas sebelumnya menyentuh level terendah sejak 18 November pada sesi sebelumnya.
“Melihat pergerakan harga hari ini, volatilitas yang lebih besar mungkin akan terjadi dalam waktu dekat menjelang pelantikan Donald Trump dan perkembangan situasi di Timur Tengah,” kata Hamad Hussain, Ekonom Iklim dan Komoditas di Capital Economics.
Advertisement