Sukses

 Harga Minyak Turun Tipis di Tengah Gencatan Senjata Israel-Hezbollah

Harga minyak sedikit melemah pada Rabu seiring pasar mengevaluasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak sedikit melemah pada Rabu seiring pasar mengevaluasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah, sambil menantikan pertemuan OPEC+ pada hari Minggu, yang mungkin membahas penundaan rencana peningkatan produksi minyak.

Pergerakan Harga Minyak

Dikutip dari CNBC, Kamis (28/11/2024), futures minyak mentah Brent naik 2 sen atau 0,03%, ditutup pada USD 72,83 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 5 sen atau 0,07%, menjadi USD 68,72 per barel.

Kedua patokan harga minyak tersebut melemah pada Selasa setelah Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hezbollah di Lebanon.

Gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah yang didukung Iran mulai berlaku pada Rabu setelah kedua pihak menerima kesepakatan yang dimediasi oleh AS dan Prancis.

Faktor Penggerak Pasar

“Para pelaku pasar sedang menilai apakah gencatan senjata ini akan dipatuhi,” ujar Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading, bagian dari Nissan Securities.

“Kami memperkirakan WTI akan diperdagangkan di kisaran $65-$70 per barel, dengan mempertimbangkan kondisi cuaca selama musim dingin di belahan bumi utara, potensi peningkatan produksi minyak dan gas serpih di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang di AS, serta tren permintaan dari China,” tambahnya.

Kepala penelitian komoditas di Goldman Sachs dan Morgan Stanley menyebutkan bahwa harga minyak saat ini undervalued, mengutip defisit pasar dan risiko terhadap pasokan Iran akibat kemungkinan sanksi di bawah Presiden AS terpilih, Donald Trump.

Sementara itu, kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin Rusia, tengah membahas kemungkinan penundaan peningkatan produksi minyak yang direncanakan untuk Januari.

Kelompok ini, yang menghasilkan sekitar setengah dari produksi minyak dunia, sebelumnya berencana secara bertahap melonggarkan pengurangan produksi hingga 2024 dan 2025. Namun, lemahnya permintaan global dan meningkatnya produksi di luar OPEC+ membuat rencana tersebut diragukan. Keputusan akhir akan diambil pada pertemuan 1 Desember mendatang.

 

2 dari 2 halaman

Pandangan Pelaku Pasar

“Ketidakpastian dalam pergerakan harga menunjukkan bahwa para pedagang minyak melihat pertemuan OPEC+ mendatang sebagai peristiwa dengan volatilitas rendah, dengan kelompok tersebut kemungkinan besar akan memutuskan secara hampir bulat untuk menunda pengurangan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal pertama 2025,” kata Chris Weston, Kepala Penelitian di Pepperstone.

Perkembangan LainnyaDi AS, Trump menyatakan bahwa dirinya akan memberlakukan tarif 25% pada semua produk yang masuk ke AS dari Meksiko dan Kanada. Sumber menyebutkan bahwa minyak mentah tidak akan dikecualikan dari tarif perdagangan ini.

Sementara itu, stok minyak mentah AS turun, tetapi persediaan bahan bakar meningkat pekan lalu. Data API menunjukkan stok minyak mentah turun 5,94 juta barel pada pekan yang berakhir 22 November, jauh melebihi ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sekitar 600.000 barel.