Sukses

Minyak Tak Dikecualikan dari Tarif Impor Donald Trump, Pengusaha AS Cemas

Kelompok perdagangan minyak terkemuka di Amerika Serikat (AS) mengatakan penerapan tarif akan cukup memberatkan.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dikabarkan tidak berencana mengecualikan minyak mentah dari rencana tarif impor 25% terhadap Kanada dan Meksiko.

Mengutip Investing.com, Kamis (28/11/2024) dua sumber yang mengetahui kebijakan tarif impor Trump mengatakan bahwa minyak tidak akan dikecualikan dari rencana tersebut.

Sementara itu, kelompok perdagangan minyak terkemuka di Amerika mengatakan penerapan tarif impor akan cukup memberatkan.

"Kebijakan perdagangan menyeluruh yang dapat meningkatkan biaya impor, mengurangi pasokan bahan baku dan produk minyak yang dapat diakses, atau memicu tarif pembalasan, berpotensi memengaruhi konsumen dan melemahkan keunggulan kami sebagai produsen bahan bakar cair terkemuka di dunia," kata juru bicara American Fuel and Petrochemical Manufacturers, yang mewakili perusahaan penyulingan minyak di AS.

AFPM menambahkan, industrinya akan terus mendesak para pejabat untuk menjauhi kebijakan apa pun yang dapat mengganggu keunggulan energi Amerika."

Adapun juru bicara American Petroleum Institute (API), Scott Lauermann mengatakan, Kanada dan Meksiko adalah mitra dagang energi utama.

"Menjaga arus bebas produk energi melintasi perbatasan kami sangat penting bagi keamanan energi Amerika Utara dan konsumen AS," ujar dia.

Analis dan pedagang industri minyak juga memperingatkan tarif tersebut kemungkinan akan menaikkan harga minyak untuk penyuling AS, menekan margin dan menaikkan biaya bahan bakar.

Sebagai informasi, Kanada dan Meksiko adalah sumber utama impor minyak mentah AS, bersama-sama menyumbang sekitar seperempat dari minyak yang diolah penyuling AS menjadi bahan bakar seperti bensin dan minyak pemanas, menurut catatan Departemen Energi negara itu.

2 dari 4 halaman

Wilayah Midwest Berisiko Terkena Kenaikan Harga Tertinggi

AS mengimpor sekitar 5,2 juta barel minyak mentah dan produk minyak bumi per hari (bpd) dari Kanada dan Meksiko pada tahun 2024, dengan lebih dari 4 juta di antaranya berasal dari Kanada, menurut data dari badan statistik pemerintah AS.

Dampak terbesar akan datang dari pungutan atas minyak mentah Kanada, yang merupakan sumber pasokan penting bagi kilang-kilang minyak di Midwest AS.

"Midwest harus menghadapi harga bensin yang lebih tinggi karena akan sulit untuk mengganti minyak mentah Kanada yang mereka gunakan saat ini," kata analis perusahaan pelacakan kapal Vortexa,Rohit Rathod.

"Menerapkan tarif pada lebih dari 4 juta barel minyak mentah per hari dari pemasok utama Anda tampaknya merusak diri sendiri," ujat Matt Smith, seorang analis di layanan pelacakan kapal Kpler.

Tim Trump Pastikan Tarif Impor Tidak Naikkan Inflasi

Sementara itu, ketika ditanya tentang penyertaan impor minyak, tim transisi Trump menyebutkan bahwa tarif impor terhadap China menciptakan lapangan kerja, memacu investasi, dan tidak mengakibatkan inflasi.

"Presiden Trump akan bekerja cepat untuk memperbaiki dan memulihkan ekonomi yang mengutamakan pekerja Amerika dengan cara memindahkan lapangan kerja Amerika, menurunkan inflasi, menaikkan upah riil, menurunkan pajak, memangkas regulasi, dan melonggarkan energi Amerika," kata juru bicara transisi Trump, Karoline Leavitt.

3 dari 4 halaman

Donald Trump Mau Naikkan Lagi Tarif Impor Barang China 10%

Sebelumnya, Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengungkapkan  berencana untuk menaikkan lagi tarif impor barang dari China hingga 10%.

Rencana menaikan tarif impor terbaru itu diumumkannya melalui sebuah unggahan mdi platform media sosial milik Trump, Truth Social.

Melansir CNBC International, Rabu (27/11/2024) unggahan Trump juga termasuk rencana pengenaan tarif 25% pada semua produk impor dari Meksiko dan Kanada. Langkah tersebut akan mengakhiri perjanjian perdagangan bebas regional.

Trump, yang akan resmi dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang, mengutip imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba ilegal sebagai alasan tarif tersebut.

"Saya telah melakukan banyak pembicaraan dengan China tentang sejumlah besar narkoba, khususnya Fentanyl, yang dikirim ke Amerika Serikat – Tetapi tidak berhasil," ujar Trump.

Sebagai informasi, Fentanyl, opioid sintetis, adalah obat adiktif yang menyebabkan puluhan ribu kematian akibat overdosis setiap tahun di AS.

Trump menyebut, pengurangan jumlah obat terlarang, yang prekursornya sebagian besar diproduksi di China dan Meksiko, telah menjadi area yang disetujui Washington dan Beijing untuk bekerja sama.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Alasan Donald Trump

“Narkoba mengalir ke Negara kita, sebagian besar melalui Meksiko, pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya,” sebut Trump.

“Sampai itu berhenti, kami akan mengenakan Tarif tambahan 10% kepada China, di atas Tarif tambahan apa pun, pada semua produk mereka yang masuk ke Amerika Serikat,” katanya.

Sebelumnya, Trump berencana mengenakan tarif sebesar 60% untuk barang-barang China saat berkampanye untuk menjadi presiden.

Tarif 10% untuk impor barang China lebih rendah dari 20% hingga 30% yang diharapkan pasar, ungkap Kinger Lau, kepala strategi ekuitas China di Goldman Sachs.

Ia memperkirakan China akan memangkas suku bunga, meningkatkan stimulus fiskal, dan mendepresiasi mata uangnya secara moderat untuk melawan dampak ekonomi dari peningkatan bea masuk.

Sebagai informasi, AS adalah mitra dagang terbesar China berdasarkan satu negara, menurut data bea cukai China. Mitra dagang regional terbesar negara Asia tersebut adalah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa.

Video Terkini