Sukses

Adani Group Terjebak Krisis, Tuduhan Korupsi AS Picu Gejolak Global

Adani Group tengah menghadapi masalah di sejumlah bidang karena para investor dan mitra memikirkan kembali hubungan dengan konglomerat India itu menyusul tuduhan penyuapan dan penipuan oleh otoritas AS.

Liputan6.com, Jakarta - Adani Group menghadapi tekanan berat di berbagai lini setelah tuduhan suap dan penipuan oleh otoritas AS membuat investor dan mitra mempertimbangkan ulang hubungan mereka dengan konglomerat asal India yakni Gautam Adani.

Proyek dan investasi Adani Group di seluruh dunia kini menjadi sorotan setelah pendiri miliardernya didakwa oleh pengadilan AS pada Kamis lalu.

Menurut analis kredit senior di Lucro Analytics, Leonard Law dakwaan ini kemungkinan akan membatasi akses Adani Group terhadap pembiayaan baru, terutama di pasar modal internasional. Meskipun demikian, Adani Group membantah melakukan kesalahan.

Tuduhan ini dianggap lebih serius dibanding laporan Hindenburg Research pada 2023, dan proses hukum diperkirakan akan berlangsung lama, tambah Law.

Mengutip dari CNBC, Jumat, (29/11/2024) Fitch Ratings telah memasukkan beberapa obligasi dolar AS yang diterbitkan perusahaan Adani Group dalam daftar pantauan negatif, yang berpotensi menyebabkan penurunan peringkat. Langkah ini mencerminkan risiko tata kelola perusahaan yang lebih tinggi dan potensi dampak buruk pada pendanaan serta likuiditas.

Akibat dakwaan tersebut, Presiden Kenya William Ruto membatalkan kesepakatan bandara dan listrik senilai USD 2,5 miliar dengan Adani Group.

Raksasa energi Prancis, TotalEnergies, juga menangguhkan investasi baru yang terkait dengan Adani Group. Perusahaan ini menyatakan tidak diberi tahu mengenai penyelidikan dugaan skema korupsi tersebut dan akan menunggu klarifikasi lebih lanjut sebelum melanjutkan investasi.

Selain itu, U.S. International Development Finance Corp (DFC) mengkaji kembali perjanjian pendanaan sebesar USD 553 juta untuk proyek pelabuhan di Sri Lanka yang didukung oleh Adani Group.

2 dari 4 halaman

Tuduhan dan Panggilan Pengadilan

Jaksa federal AS mendakwa Gautam Adani, ketua Adani Group, bersama tujuh orang lainnya atas tuduhan menyuap pejabat pemerintah India sebesar USD 265 juta untuk mendapatkan kontrak energi surya yang berpotensi menghasilkan keuntungan lebih dari  USD 2 miliar selama 20 tahun. Tuduhan lain mencakup penyesatan investor AS dan internasional terkait kepatuhan perusahaan terhadap praktik antisuap dan antikorupsi.

Adani dan keponakannya, Sagar Adani, juga dilaporkan dipanggil oleh U.S. Securities and Exchange Commission terkait dugaan keterlibatan mereka dalam kasus suap ini.

Di India, pemimpin oposisi Rahul Gandhi menyerukan agar Gautam Adani ditangkap, sementara otoritas sekuritas India tengah menyelidiki apakah Adani Group gagal mengungkap informasi tentang penyelidikan DOJ AS.

Sejak dakwaan diumumkan, saham perusahaan utama Adani Group, Adani Enterprises, turun lebih dari 20%, sementara Adani Green Energy kehilangan lebih dari 35% nilainya. Saham Adani Power turun sekitar 15%, dan Adani Ports and Special Economic Zone turun 11%.

Adani Group, yang sebelumnya mencoba bangkit dari tuduhan manipulasi keuangan dan pelanggaran lainnya oleh Hindenburg Research, kini kembali terpuruk di tengah krisis baru ini.

 

3 dari 4 halaman

Miliarder Gautam Adani Kehilangan Rp 872,33 Triliun Imbas Tuduhan Kasus Suap

Sebelumnya, Konglomerat India dari grup Adani mengatakan pada Rabu, 27 November 2024 telah kehilangan kapitalisasi pasar hampir USD 55 miliar atau sekitar Rp 872,33 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.860). Hal ini terjadi sejak jaksa AS pekan lalu menuding pendiri grup Adani yakni Gautam Adani dan pejabat lainnya telah menipu.

Mengutip Channel News Asia, dakwaan mengejutkan pada 20 November 2024 di New York, AS seiring tuduhan terhadap miliarder Gautam Adani dan beberapa bawahannya dengan sengaja menyesatkan investor global kalau bagian dari skema penyuapan.

Dikatakan kalau mereka telah merancang skema untuk menawarkan, melakukan dan menjanjikan untuk menyuap pejabat pemerintah India.

Grup Adani membantah hal tersebut. Dalam sebuah pernyataan pada Rabu pekan ini, sejak pemberitahuan dakwaan Departement of Justice (DoJ) AS,grup itu telah menderita kerugian hampir USD 55 miliar dalam kapitalisasi pasarnya di 11 perusahaan yang tercatat di bursa saham.

Gautam Adani (62) diduga telah berpartisipasi dalam skema suap senilai USD 250 juta atau sekitar Rp 3,96 triliun untuk mendapatkan kontrak pemerintah yang menguntungkan.

 

 

4 dari 4 halaman

Keluarkan Bantahan Keras

Grup Adani mengeluarkan bantahan keras dengan menyebut tuduhan tersebut “tidak berdasar”. Akan tetapi, hal itu memicu aksi jual besar-besaran saham Adani di Mumbai pada pekan lalu dengan beberapa kali penghentian perdagangan saham.

Saham Adani Enterprises naik 1,8 persen pada Rabu, 27 November 2024 tetapi perusahaan utama grup itu telah kehilangan lebih dari 20 persen kapitalisasi pasarnya sejak dakwaan tersebut dirilis.

Sebuah pernyataan pada Rabu menuturkan, kalau pejabat Adani "hanya didakwa” dengan penipuan sekuritas, konspirasi penipuan melalui penipuan sekuritas. Pernyataan itu membantah semua tuduhan itu.

Pernyataan itu mengatakan kalau tidak benar Gautam Adani dan keponakannya Sagar Adani telah didakwa dengan penyuapan dan korupsi.

Adapun Adani adalah sekutu dekat Perdana Menteri Narendra Modi dan pernah menjadi orang terkaya kedua di dunia, dan kritikus telah lama menuduhnya mengambil keuntungan secara tidak benar dari hubungan mereka.

Video Terkini