Sukses

Nasib Kurs Rupiah Hari Ini, Menguat atau Makin Loyo?

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan nilai tukar rupiah cenderung menguat terbatas pada perdagangan Jumat seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah.

Liputan6.com, Jakarta Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan nilai tukar rupiah cenderung menguat terbatas pada perdagangan Jumat seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah.

Pada awal perdagangan Jumat, kurs rupiah meningkat 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.852 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.872 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas terhadap dolar AS di tengah absennya data-data ekonomi penting serta liburan Thanksgiving di Amerika Serikat," kata Lukman dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat (29/11/2024).

Lukman menuturkan dolar AS terpantau masih terkoreksi oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah serta probabilitas pemangkasan suku bunga AS pada Desember yang naik, dari sebelumnya 55,9 persen pada pekan lalu menjadi 66,5 persen sekarang ini.

Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran 15.800 per USD sampai dengan 15.900 per USD.

Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS Kemarin

Rupiah akhirnya memasuki zona hijau pada Kamis, 28 November 2024. Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen global seiring investor menahan diri jelang libur Thanksgiving.

Rupiah ditutup menguat 63 poin terhadap dolar AS (USD), setelah menguat 80 poin di level Rp 15.871,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,934,5.

"Sedangkan untuk besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.810 - Rp 15.890,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Dolar AS melemah ketika investor menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar sebelum libur Thanksgiving di AS, yang kemungkinan akan terus diperdagangkan tipis selama sisa pekan ini.

Data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi ukuran inflasi dasar acuan Federal Reserve (The Fed) juga meningkat sesuai dengan perkiraan.

 

 

2 dari 3 halaman

Ekonomi AS

Data lain juga menunjukkan ekonomi AS di kuartal ketiga 2024 tumbuh stabil dan solid, serta data klaim pengangguran mingguan yang sedikit lebih kuat dari yang diharapkan. 

"Ketidakmampuan untuk mencapai target inflasi 2% Federal Reserve, dikombinasikan dengan kemungkinan peningkatan tarif impor, dapat membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga tahun depan,” papar Ibrahim.

"Meskipun pembacaan tersebut tidak banyak menghalangi ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, para pedagang terlihat semakin tidak yakin atas prospek suku bunga pada tahun 2025,” lanjutnya.

 

3 dari 3 halaman

Ketidakpastian Pemerintahan Trump

Adapun ketidakpastian seputar pemerintahan baru Presiden Terpilih AS Donald Trump yang diperkirakan akan mengeluarkan lebih banyak kebijakan ekspansif dan tarif perdagangan yang akan mendorong inflasi.

“Tren ini diperkirakan akan membatasi siklus pelonggaran Fed,” Ibrahim menambahkan.

Sementara itu, masih ada kekhawatiran terkait perang dagang Tiongkok-AS, dan para pedagang menunggu untuk melihat langkah-langkah stimulus yang akan diberlakukan Beijing untuk mengimbangi tekanan ekonomi dari setiap kenaikan tarif AS.

 

 

Video Terkini