Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan studi inovatif mengungkapkan peluang yang ditawarkan 52 miliar panel surya di sebuah jaringan jalan raya di Amerika Serikat (AS). Inisiatif ambisius ini telah diajukan oleh para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, Universitas Tsinghua, Akademi Geosains China, dan Universitas Columbia.
Pembangunan jaringan panel surya di jalan raya AS ini bertujuan untuk menambah fungsi jalan raya yang merupakan jalur transportasi diintegrasikan dengan penciptaan energi dari surya.
Melansir laman The Diary 24, Sabtu (30/11/2024) laporan peneliti berjudul “Roofing Highways With Solar Panels Substantially Reduces Carbon Emissions and Traffic Losses” menganjurkan penerapan teknologi surya di seluruh jaringan jalan raya global yang membentang hingga 3,2 juta kilometer (km).
Advertisement
Dengan demikian, para peneliti memperkirakan bahwa hingga 17.578 TWh listrik dapat dihasilkan setiap tahun. Angka ini setara dengan lebih dari 60% konsumsi energi 2023.
Energi tersebut juga dapat mengimbangi hingga 28% emisi karbon global dan mengurangi insiden kecelakaan lalu lintas hingga 11%.
“Ini benar-benar mengejutkan saya,” kata Ling Yao, penulis utama studi tersebut.
“Saya tidak menyadari bahwa jalan raya saja dapat mendukung penyebaran instalasi fotovoltaik yang begitu besar, menghasilkan lebih dari setengah permintaan listrik dunia, dan sangat meringankan tekanan untuk mengurangi emisi karbon global,” ungkapnya.
Proyek percontohan jalan raya dengan atap berteknologi panel surya telah berhasil diterapkan di seluruh Amerika Serikat, China, Jerman, Austria, dan Swiss. Namun, meskipun data menunjukkan hasil yang menjanjikan, penting untuk mempertimbangkan keterbatasan penelitian kuantitatif.
Tetapi para peneliti juga mengakui dalam makalah mereka bagaimana kondisi iklim bervariasi di seluruh dunia.
Penuh Tantangan
Selain itu, untuk mengimbangi emisi karbon sebagian besar juga bergantung pada pemindahan listrik berbasis bahan bakar fosil. Ini bergantung pada struktur pasokan listrik regional, efisiensi jaringan, dan kerugian transmisi. Lebih jauh, jejak karbon dari konstruksi sistem atap dapat meniadakan manfaat karbon selama 1,1 tahun.
Tantangan lainnya terkait dengan pembangunan sistem jalan raya tersebut adalah biaya konstruksi dan kebutuhan akan pemeliharaan sistem secara teratur dan menyeluruh.
Meskipun demikian, inisiatif yang diusulkan menawarkan data yang menjanjikan untuk meningkatkan penggunaan energi surya sebagai sumber daya.
Meskipun proyek tersebut masih dianggap sebagai penelitian eksplorasi dan akan melibatkan tantangan logistik dan ekonomi yang signifikan jika dilaksanakan, potensinya cukup menjanjikan.
Solusi yang inovatif dan berani, seperti jaringan jalan raya global yang ditutupi panel surya, menjadi semakin relevan seiring dunia beralih ke energi hijau.
Advertisement