Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah turun pada Rabu di tengah antisipasi keputusan OPEC+ terkait pasokan, meskipun penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu memberikan dukungan terhadap harga.
Dikutip dari CNBC, Kamis (5/12/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 1,18 atau 1,6%, menjadi USD 72,44 per barel pada pukul 14:24 ET. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,23 atau 1,76%, menjadi USD 68,71 per barel.
Baca Juga
Sehari sebelumnya, Brent mencatat kenaikan terbesar dalam dua pekan, dengan lonjakan sebesar 2,5%.
Advertisement
Pasar Tunggu Keputusan OPEC+
Investor terus memantau pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+, yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis. Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, kelompok tersebut kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun depan.
"Meski penundaan penghentian pemangkasan produksi sudah diperkirakan, retorika yang muncul dari pertemuan ini akan memiliki dampak paling besar," kata Matt Smith, analis utama minyak untuk wilayah Amerika di Kpler.
OPEC+ diketahui sedang merencanakan penghapusan pemangkasan pasokan secara bertahap sepanjang tahun depan.
Stok Minyak Mentah AS Menurun
Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, akibat peningkatan aktivitas kilang. Namun, stok bensin dan distilat justru meningkat lebih dari yang diperkirakan.
"Lonjakan aktivitas kilang, dengan tingkat operasi mencapai level tertinggi sejak musim panas, mengakibatkan inventori minyak mentah menurun sementara stok produk olahan meningkat," ujar Matt Smith.
Meskipun demikian, momentum bullish hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak.
Â
Ketidakstabilan Geopolitik Dukung Harga Minyak
Ketegangan geopolitik juga memberikan dukungan pada harga minyak. Situasi termasuk gencatan senjata rapuh antara Israel dan Hezbollah, deklarasi darurat militer yang dibatalkan di Korea Selatan, serta ofensif pemberontak di Suriah yang berpotensi melibatkan negara-negara produsen minyak, turut memengaruhi pasar.
Di Timur Tengah, Israel menyatakan pada Selasa bahwa mereka akan melanjutkan perang dengan Hezbollah jika gencatan senjata gagal. Israel juga mengancam akan memperluas serangan ke wilayah Lebanon, termasuk target negara tersebut.
Sementara itu, di Korea Selatan, para legislator mengajukan mosi untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol setelah deklarasi darurat militer yang diumumkan pada Selasa, tetapi segera dicabut dalam hitungan jam, memicu krisis politik di ekonomi terbesar keempat di Asia.
Advertisement