Liputan6.com, Jakarta - Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengejutkan pengusaha global dengan pengumuman rencana kenaikan tarif impor barang dari Tiongkok hingga 10%.
Sebelumnya, Donald Trump berencana mengenakan tarif sebesar 60% untuk barang-barang Tiongkok saat berkampanye untuk menjadi presiden.
Baca Juga
Selain itu, Trump juga berencana memberlakukan tarif impor sebesar 25% pada Meksiko dan Kanada.
Advertisement
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengungkapkan ada 4 dampak dari kebijakan ekonomi AS Donald Trump terhadap produk-produk Indonesia.
“Pertama, produk Indonesia bisa terdampak penurunan permintaan dari China terutama bahan baku industri. Misalnya nikel olahan dikirim ke China untuk dijadikan baterai EV kemudian kena tarif masuk AS, produsen baterai EV akan kurangi pembelian bahan baku dari Indonesia,” kata Bhima kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/12/2024).
Kedua, dalam kasus perang dagang AS-China jilid pertama saat Trump menjabat periode 2017-2021, tidak terdapat satupun relokasi pabrik dari China maupun AS ke Indonesia, Bhima menyoroti.
“Yang mendapat untung adalah Vietnam karena daya saing, infrastruktur, konsistensi regulasi dan kedekatan geografis dengan China. Kejadian ini bisa berulang lagi kalau kita tidak siap menangkap peluang relokasi industri,” bebernya.
Ketiga, Bhima menyebut, kenaikan tarif impor produk China membuat konsumen AS harus membayar mahal berbagai jenis produk.
“Efeknya kena juga produk Indonesia yang diekspor langsung ke AS. Padahal AS adalah salah satu pasar tradisional produk pakaian jadi, alas kaki yang potensial,” seburnya.
Terakhir, kecemasan pelaku pasar akan mengakibatkan peralihan dana ke aset aman, seperti Dolar AS sehingga terjadi fenomena dolar menguat yang berisiko tinggi memicu keluarnya modal asing di negara berkembang, menurut Bhima.
Donald Trump Usul Tarif hingga 100%, Harga Barang Ini Bakal Melonjak
Sebelumnya, Presiden terpilih Donald Trump telah berjanji untuk meningkatkan tarif secara besar-besaran di Amerika Serikat (AS).
Donald Trump mengusulkan tarif antara 60% hingga 100% untuk barang-barang asal China, serta pajak sebesar 10% hingga 20% untuk semua produk yang diimpor dari mitra dagang AS.
Para ekonom memperkirakan tarif sebesar ini akan meningkatkan harga yang harus dibayar konsumen AS, karena importir biasanya meneruskan sebagian besar biaya pajak tambahan tersebut kepada pembeli.
Tarif yang diusulkan Trump diperkirakan membebani rumah tangga rata-rata di AS sekitar USD 2.600 per tahun, menurut estimasi Peterson Institute for International Economics.
Dikutip melalui abcnews, Rabu (20/11/2024) Beberapa produk kemungkinan akan mengalami kenaikan harga yang jauh lebih signifikan dibandingkan produk lainnya dengan menyoroti barang-barang seperti elektronik dan mainan yang sangat bergantung pada impor.
"Hal ini akan berdampak langsung pada dompet masyarakat,” kata Profesor Manajemen Operasi dan Rantai Pasok di North Carolina State University, Rob Handfield.
Sebagai tanggapan, tim transisi Trump membantah kekhawatiran tentang potensi kenaikan harga akibat usulan tarifnya.
"Pada masa jabatan pertamanya, Presiden Trump memberlakukan tarif terhadap China yang menciptakan lapangan kerja, mendorong investasi, dan tidak menyebabkan inflasi," kata juru bicara tim transisi, Karoline Leavitt dalam pernyataannya.
"Presiden Trump akan bekerja dengan cepat untuk memperbaiki dan memulihkan ekonomi yang mengutamakan pekerja Amerika dengan membawa kembali pekerjaan ke AS, menurunkan inflasi, meningkatkan upah riil, mengurangi pajak, memotong regulasi, dan membebaskan energi Amerika,” tambahnya.
Berikut ini informasi tentang produk mana yang paling terdampak oleh tarif Trump:
Advertisement
Elektronik & Pakaian
Elektronik
Smartphone, tablet, dan laptop termasuk di antara berbagai produk elektronik yang kemungkinan besar akan mengalami kenaikan harga akibat tarif, kata para ahli.
Harga laptop dan tablet bisa naik hingga 46%, sedangkan harga smartphone dapat melonjak 26%, menurut sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu oleh Consumer Technology Association, kelompok perdagangan yang mewakili perusahaan teknologi.
Sebagian besar barang tersebut diimpor dari China, yang akan menghadapi tarif tertinggi di bawah usulan Trump, kata Handfield.
Sekitar 90% peralatan elektronik video dan audio yang dijual kepada konsumen AS adalah barang impor, menurut Biro Analisis Ekonomi AS pada 2017. Sementara itu, 88% komputer elektronik dan 78% peralatan listrik kecil juga diimpor.
“Harga elektronik pasti akan naik,” kata Handfield.
Pakaian
Jeans, kaos, sweatshirt, dan berbagai item pakaian lainnya diperkirakan naik harga jika tarif Trump berlaku, kata para ahli.
AS mengimpor lebih dari 80% pakaian yang dijual oleh pengecer, menurut data Biro Analisis Ekonomi AS tahun lalu.
“Selama beberapa dekade, AS semakin bergantung pada produsen pakaian di China, Bangladesh, Vietnam, dan pasar biaya rendah lainnya di luar negeri,” kata Profesor Manajemen Rantai Pasok di Michigan State University, Jason Miller..
Harga dari 500 produk pakaian, mulai dari pakaian renang hingga sarung tangan hingga pakaian bayi, dapat naik hingga 20% akibat tarif potensial, menurut studi bulan ini oleh National Retail Federation (NRF).
Mainan Anak
Boneka, binatang boneka, dan permainan papan termasuk dalam kelompok mainan yang sangat rentan terhadap kenaikan harga terkait tarif, kata para ahli.
Sekitar 90% mainan dan boneka yang dijual kepada konsumen AS adalah barang impor, menurut data Biro Analisis Ekonomi AS pada 2017.
Produsen mainan AS sangat bergantung pada China, kata Handfield.
“Hampir semua mainan diproduksi di Asia.”
Tarif ini dapat mengurangi daya beli konsumen AS sebesar USD 14 miliar, menurut NRF.
Harga sepeda roda tiga seharga USD 50 dapat melonjak hingga USD 28 lebih mahal, sementara boneka mainan bisa naik dari USD 17 menjadi USD 27.
“Para ekonom menghadapi tantangan dalam memperkirakan kenaikan harga yang tepat karena masih belum jelas apakah perusahaan dalam rantai pasok produk seperti mainan akan menanggung sebagian biaya tambahan dengan mengurangi keuntungan mereka atau akan meneruskan semua biaya kepada pelanggan,” ujar Miller.
Namun, penelitian akademis menunjukkan banyak perusahaan kemungkinan akan membebankan seluruh biaya tarif kepada konsumen.
“Sangat sulit untuk memprediksi kenaikan harga secara pasti,” kata Miller.
“Namun, ini pasti akan bersifat inflasi.” tutupnya
Advertisement