Liputan6.com, Jakarta - CEO UnitedHealthcareerusahaan asuransi kesehatan terbesar di Amerika Serikat, Brian Thompson ditembak mati dalam sebuah serangan yang diduga disengaja di Manhattan, New York, pada Rabu.
Menurut keterangan istri Thompson, Paulette, sempat terjadi beberapa ancaman pada Thompson. "Tapi saya tidak tahu detailnya. Saya hanya tahu dia pernah bilang ada orang-orang yang mengancamnya." Ujar dia. Dilansir dari BBC pada Jumat, 6 Desember 2024.
Baca Juga
Thompson ditembak dari belakang oleh seorang pelaku yang melarikan diri ke Central Park, New York. Polisi kini tengah memburu pelaku meskipun identitasnya masih belum diketahui.
Advertisement
Mereka sedang menganalisis rekaman pengawasan yang menunjukkan tersangka di sebuah Starbucks sebelum penembakan terjadi. Meskipun pelaku memakai masker, teknologi pengenalan wajah sedang digunakan untuk mengidentifikasinya.
Dikenang sebagai Ayah Penyayang dan Pemimpin Terhormat
Kematian Brian Thompson meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekannya. "Kami sangat terpukul atas kehilangan Brian yang dicintai," kata seorang anggota keluarganya. Bagi mereka dia pria yang penuh kasih, murah hati, dan berbakat, serta seorang ayah yang sangat penyayang.
UnitedHealthcare juga merilis pernyataan resmi, menyebut bahwa Thompson sebagai "kolega yang sangat dihormati dan teman baik." Perusahaan menyatakan akan bekerja sama dengan polisi dalam penyelidikan ini.
Karier Cemerlang
Thompson, yang menjabat sebagai CEO sejak April 2021, memiliki pengalaman panjang di UnitedHealthcare sejak bergabung pada 2004. Sebelumnya, dia pernah bekerja sebagai manajer di PwC. Dia dikenal sebagai pemimpin yang sukses, dengan penghasilan mencapai USD 10,2 juta pada 2023.
Terlibat dalam Kontroversi Hukum
Namun di sisi lain, Thompson juga terlibat dalam beberapa kontroversi hukum. Pada Mei 2024, dia digugat atas tuduhan menjual saham perusahaan senilai USD 15 juta saat mengetahui perusahaan sedang diselidiki Departemen Kehakiman terkait dugaan pelanggaran antimonopoli.
Menurut dokumen pengadilan, UnitedHealthcare telah melakukan lebih dari 35 akuisisi perusahaan perawatan kesehatan dalam satu dekade terakhir. Gugatan hukum juga diajukan terhadap rencana perusahaan untuk mengakuisisi Amedisys, yang menurut Departemen Kehakiman dapat mengurangi persaingan dan merugikan konsumen. Namun, pihak UnitedHealthcare menolak tuduhan tersebut, menyebut akuisisi akan meningkatkan inovasi dan akses ke layanan kesehatan.
Advertisement
New York, Rumah bagi Miliarder Terbanyak di Dunia
Sebelumnya, Kota New York kembali menjadi kota dengan jumlah miliarder terbanyak di dunia, menurut data terbaru dari Billionaire Census 2024 yang dirilis oleh Altrata.
Dilansir dari robbreport pada Kamis (27/11/2024), laporan ini menunjukkan 30 persen orang dengan kekayaan sangat tinggi di dunia menetap hanya di 15 kota. Jumlah orang dengan kekayaan minimal USD 50 miliar atau lebih meningkat 4 persen dibandingkan tahun lalu, mencapai rekor baru sebanyak 3.323 individu di seluruh dunia. Total kekayaan gabungan mereka pun naik 9 persen menjadi USD 12,1 triliun, menurut laporan dari Business Insider.
Di antara semua kota, New York mencatat pertumbuhan terbesar dalam jumlah miliarder. Saat ini ada 144 miliarder yang tinggal di kota ini, bertambah sembilan orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Hong Kong menempati posisi kedua dengan 107 miliarder, meskipun mengalami penurunan lima miliarder pada 2023. Di posisi berikutnya ada San Francisco dengan 87 miliarder dan London dengan 78 miliarder. Moskow menempati posisi kelima dengan 77 miliarder, hanya bertambah satu orang.
Kota Lainnya
"Sebagian besar kota-kota dengan miliarder terbanyak menunjukkan peningkatan jumlah penduduk superkaya mereka. Kota-kota AS seperti New York dan Los Angeles mencatat pertumbuhan terkuat,” kata laporan tersebut.
"Kondisi ekonomi Tiongkok mempengaruhi jumlah miliarder di kota-kota utama Tiongkok seperti Beijing, Shenzhen, Hangzhou, dan Hong Kong. Hal ini menyebabkan Los Angeles naik ke posisi enam, menggantikan Beijing.” Los Angeles menambah lima miliarder, sehingga jumlahnya menjadi 62, sementara Beijing turun dua miliarder menjadi 60 karena kebijakan ketat pemerintah.
Sebaliknya India mengalami pertumbuhan jumlah miliarder tertinggi di antara negara-negara besar lainnya, dengan peningkatan sebesar 15,9 persen. Negara ini sekarang memiliki 304 miliarder, 40 di antaranya tinggal di Mumbai. Dalam setahun terakhir, harga properti di kota-kota besar India dan penjualan mobil mewah meningkat tajam, mencerminkan lonjakan kekayaan di negara ini.
Advertisement