Liputan6.com, Jakarta Kerajinan adalah industri masa depan bagi Indonesia karena memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya.
Industri mebel dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan.
Baca Juga
Ini diungkapkan Heru Prasetyo, Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Hubungan antar Lembaga HIMKI pada acara Rapimnas HIMKI.
Advertisement
Acara ini dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina, Dewan Pakar, serta Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Badan Eksekutif Pusat. Acara ini mengusung tema: “Membangun Konsolidasi Usaha yang Kondusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.
"Sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, bambu dan serat alam lainnya. Daya saing industri furniture dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh SDM yang kompeten," jelas dia.
Saat ini kondisi perekonomian dunia belum pulih akibat kondisi geopolitik, namun permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia.
"Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional masih melambat. Namun, kami optimis akan terjadi pertumbuhan. Kami berharap dengan adanya pameran IFEX yang akan dilakukan pada Maret tahun depan bisa menahan penurunan ekspor tersebut pada kuartal selanjutnya, " tambah dia.
Dengan memperhatikan data ekspor global, sebenarnya peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional.
Pasar AS dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional. Meskipun demikian, kita terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru, apalagi jika kita memperhatikan kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), dimana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang sangat besar. Untuk itu, untuk mengantisipasi jika situasi semakin memburuk, kita harus memanfaatkan dan mengoptimalisasi emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya.
Rapimnas
Maskur Zaenuri, Sekretaris Jenderal HIMKI mengatakan jika tujuan Rapimnas ini adalah melaksanakan amanat Anggaran Rumah Tangga (ART) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan mengevaluasi Program Kerja HIMKI hasil rekomendasi Rakernas dan Rapimtas sebelumnya yang akan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan kondisi aktual yang berkembang.
Rapimnas ini juga dalam rangka penguatan organisasi di segala lini dan merespon tantangan yang menjadi penggangu jalannya organisasi, Rapimnas juga membahas hal-hal aktual terkait kondisi terakhir tentang situasi perekonomian global yang menyebabkan penurunnya permintaan ekspor khususnya untuk produk furniture dan kerajinan.
Salah satu amanat Garis-garis Besar Program Kerja Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Periode 2020-2023 yang harus dijalankan adalah “Membangun organisasi yang kuat, mandiri dan bersih”. Turunan dari amanat tersebut adalah “Konsolidasi berkala antara pengurus daerah dengan pengurus pusat untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja serta mengikuti perkembangan trend furnitur dan kerajinan dunia”.
Hal diatas menjadi sangat penting dan kontekstual dengan kondisi saat ini. Dalam perjalanannya, membangun organisasi yang besar dan kuat harus didukung oleh pelaku organisasi yang memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan roda organisasi baik pusat maupun daerah guna menjalankan visi, misi dan tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.
Salah satu pondasi organisasi untuk menunjukan organisasi kuat dan memiliki bargaining position yang kuat dalam menentukan semua kebijakan terkait adalah dengan
“Membangun hubungan kerja sama di tingkat internasional dan regional dengan berbagai lembaga/institusi yang terkait dengan kegiatan organisasi” seperti yang telah tersurat secara eksplisit dalam Garis-Garis Besar Program Kerja HIMKI.
Untuk itu menjadi penting dilakukan konsolidasi berkala antara pengurus daerah dengan pengurus pusat guna monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja yang lebih aktual, fleksibel, adaptif dan implementatif.
Implementasi dari program kerja yang telah disusun oleh masing-masing bidang tidak akan berjalan dan terealisasi tanpa didukung oleh pimpinan eksekutif dan staff serta tenaga ahli yang profesional untuk melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawab kerja dewan pengurus.
Advertisement