Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus memperkuat hubungan ekonomi internasional, termasuk dengan India, sebagai bagian dari upaya memperluas pasar dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan pentingnya membangun "jembatan ekonomi" antara Made in Indonesia dan Made in India dalam forum India-Indonesia Synergy Investment Forum yang digelar secara virtual pada Jumat (6/12/2024).
Baca Juga
Target Pertumbuhan Ekonomi Ambisius
Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% pada 2029. Menko Airlangga menyoroti pengalaman Indonesia di era 1986–1997, di mana pertumbuhan ekonomi mencapai puncaknya sebesar 8,2% pada 1995 dengan ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) sekitar 4%.
Advertisement
"Untuk mencapai target pertumbuhan ini, pemerintah melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi industri, penguatan ekonomi digital, pengembangan ekosistem semikonduktor, dan transisi energi," ujar Airlangga.
Pendanaan dan investasi menjadi kunci utama dalam mendorong pembangunan, termasuk optimalisasi infrastruktur untuk menurunkan ICOR serta meningkatkan produktivitas.
India sebagai Mitra Strategis
India merupakan salah satu mitra dagang dan investasi terpenting bagi Indonesia. Pada 2023, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD27 miliar, tumbuh 20% per tahun. Pemerintah berharap kerja sama ini dapat mencakup berbagai sektor, seperti:
- Digitalisasi dan penguatan UMKM.
- Kesehatan, termasuk pengembangan vaksin dan farmasi.
- Telekomunikasi dan teknologi strategis lainnya.
"India adalah mitra strategis yang tidak hanya penting dalam perdagangan, tetapi juga investasi. Indonesia perlu membangun hubungan yang saling melengkapi antara Made in Indonesia dan Made in India," tegas Airlangga.
Â
Hilirisasi dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Dalam upaya meningkatkan nilai tambah manufaktur, Indonesia telah berhasil mengembangkan hilirisasi, salah satunya pada nikel. Ekspor nikel meningkat dari USD4 miliar pada 2015 menjadi hampir USD35 miliar pada 2023.
Airlangga juga menyoroti perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia, yang kini mencakup 22 sektor aktif dan 7 sektor dalam pengembangan. KEK menjadi pusat untuk hilirisasi, pusat data digital, fasilitas kesehatan, dan pendidikan.
"Pembelajaran dari hilirisasi nikel bisa diterapkan pada komoditas lain, termasuk sektor pertanian. Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi 50 juta ton per tahun," ungkapnya.
Fundamental Ekonomi yang Kuat
Di tengah perlambatan ekonomi global, fundamental ekonomi Indonesia tetap kokoh. Inflasi rendah sebesar 1,71% (yoy) mencerminkan stabilitas harga, sedangkan rasio utang pemerintah tetap terkendali di bawah 40% dari PDB.
Airlangga menekankan bahwa kemitraan strategis dengan India dapat memperkuat daya tahan ekonomi kedua negara.
"Mari manfaatkan peluang ini untuk mempererat kemitraan dan menciptakan masa depan yang lebih sejahtera bagi masyarakat kita," pungkasnya.
Advertisement