Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, kontribusi sektor jasa keuangan di Indonesia tidak hanya diukur dari pertumbuhan angka, tetapi juga dari langkah konkrit yang mendukung program-program pemerintah.
Hal ini disampaikan dalam Dialog Akhir Tahun OJK dengan Industri Jasa Keuangan 2024, ditulis Senin (9/12/2024).
Baca Juga
“Kontribusi sektor jasa keuangan kami harap tidak terbatas pada pencapaian angka pertumbuhan yang baik, namun juga dibutuhkan langkah konkrit industri jasa keuangan untuk mendukung program Pemerintah," kata Mahendra.
Advertisement
Mahendra menegaskan bahwa industri jasa keuangan memiliki peran penting dalam mendorong sejumlah inisiatif strategis, seperti perluasan akses pembiayaan untuk UMKM, yang merupakan bagian dari ekosistem Makan Bergizi Gratis (MBG).
Selain itu, akselerasi dalam green finance dan pengembangan skema serta instrumen keuangan yang mendukung hilirisasi industri juga menjadi fokus utama. Tak kalah penting, sektor ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah untuk menyediakan 3 juta rumah setiap tahun, yang dapat dicapai dengan dukungan finansial yang tepat.
Dalam kesempatan itu, industri juga memberi masukan agar ekosistem properti turut diperhatikan secara komprehensif, termasuk produsen semen, baja dan bahan konstruksi lainnya dalam mendukung program 3 juta rumah. Selain itu, pendalaman pasar dan likuiditas mata uang asing sangat penting untuk menangkap opportunity hilirisasi dan memfasilitasi investasi perusahaan multinasional ke Indonesia.
Dialog Akhir Tahun OJK dengan Industri Jasa Keuangan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun sebagai forum komunikasi langsung Dewan Komisioner OJK dengan pimpinan industri jasa keuangan. Kegiatan ini telah diselenggarakan rutin sejak Desember 2022 dan telah berlangsung ketiga kalinya.
Tindak Lanjut FGD
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menambahkan, bahwa pertemuan ini juga merupakan tindak lanjut serangkaian Focus Group Discussion sektoral selama bulan Oktober 2024 yang menjadi sarana mendengar masukan teknis dari pelaku industri jasa keuangan.
"Kami menangkap harapan industri agar OJK melanjutkan diskusi dengan action penyempurnaan kebijakan ke depan,” pungkas Mirza.
OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Oktober 2024 Tetap Terjaga
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah meningkatnya resiko geopolitik dan melemahnya aktivitas perekonomian secara global.
Dalam laporannya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, menyampaikan pertumbuhan ekonomi terindikasi mengalami divergensi diantara negara-negara utama, yaitu perekonomian Amerika Serikat menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi semula, seiring solidnya pasar tenaga kerja dan membaiknya permintaan domestik.
"Di Eropa aktivitas perekonomian mulai membaik dilihat dari penjualan ritel, namun dari sisi manufaktur masih tertekan," kata Mahendra dalam Konferensi Pers RDKB Oktober 2024, Jumat (1/11/2024).
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih menunjukkan pelambatan baik dari sisi permintaan dan pasokan, sehingga mendorong Pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan berbagai stimulus di Tiongkok.
Disamping itu, resiko geopolitik global yang meningkat turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan dan instabilitas yang terjadi di timur Tengah menjadikan harga komoditas yang dianggap save heaven seperti emas meningkat tajam.
"Perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global, sehingga mendorong aliran modal keluar dari negara emerging dan negara berkembang termasuk Indonesia," ujarnya.
Advertisement
Ekonomi Juga Terjaga
Lebih lanjut, Mahendra menyampaikan, kinerja perekonomian secara umum di dalam negeri terjaga stabil di tengah melemahnya kondisi perekonomian global. Inflasi inti terjaga, serta neraca perdagangan tetap mencatatkan surplus pada Juli 2024.
"Namun, perlu dicermati PMI yang masih berada di zona kontraksi, dan pemulihan daya beli yang masih melabat," ujarnya.
Menurut Mahendra, di tengah proyeksi pertumbuhan global yang relatif rendah dan stagnan, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut di kawasan Timur Tengah dan perlambatan ekonomi Tiongkok, OJK terus mencermati perkembangan terkini dan dampaknya terhadap sektor jasa keuangan domestik, serta melakukan fowardlooking assesments atas kinerja sektor jasa keuangan.
"Lembaga jasa keuangan diminta terus mewaspadai potensi risiko ke depan dan melakukan langkah mitigasi riisko yang diperlukan," pungkasnya.