Liputan6.com, Jakarta - China mencatat kenaikan inflasi pada bulan November 2024. Namun kenaikan ini tidak terlalu besar. Selama ini angka inflasi China selalu mendekati nol.
Melansir CNBC International, Senin (9/12/2024), Biro Statistik Nasional China melaporkan inflasi negara tersebut naik hanya 0,2% di November 2024.
Baca Juga
Analis yang disurvei oleh outlet salah satu kantor berita internasional memperkirakan kenaikan tipis inflasi konsumen China menjadi 0,5% pada November, dibandingkan dengan 0,3% pada Oktober 2024.
Advertisement
Indeks harga produsen China juga turun untuk bulan ke-26. Inflasi produsen negara itu turun 2,5% secara tahunan pada bulan November, lebih rendah dari perkiraan penurunan 2,8% menurut jajak pendapat Reuters.
Inflasi mendekati nol yang terus-menerus menunjukkan bahwa China masih bergulat dengan permintaan domestik yang lesu dan deflasi pada tingkat grosir.
Hal ini terjadi meskipun Beijing telah melakukan serangkaian upaya stimulus sejak September 2024 yang mencakup pemotongan suku bunga, dukungan untuk pasar saham dan properti, serta upaya untuk meningkatkan pinjaman bank.
"Kami yakin deflasi akan terus berlanjut di China, terutama berdasarkan pengalaman sebelumnya selama perang dagang," kata Becky Liu, kepala strategi makro China di Standard Chartered Bank, mengacu pada perang dagang yang sedang berlangsung antara China dan AS.
"Inflasi, terutama inflasi PPI, biasanya turun ke wilayah negatif selama periode tersebut dan kali ini kami tidak melihat pengecualian," katanya.
Liu memperkirakan, indeks harga produsen China kemungkinan akan tetap negatif sepanjang tahun 2025.
Goldman Sachs juga memperkirakan angka CPI China akan mendekati nol akan terus berlanjut di Tiongkok tahun depan, menurut analis bank investasi tersebut dalam sebuah catatan pada 6 Desember 2024.
Selain itu, lembaga pemeringkat Fitch Ratings juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan PDB China di tahun 2025 menjadi 4,3% dari 4,5%.
Fit g juga menyesuaikan proyeksi pertumbuhan tahun 2026 menjadi 4,0%, turun dari 4,3% pada bulan September.
“Untuk tahun 2025 dan 2026, kami berasumsi bahwa kebijakan perdagangan AS terhadap China akan berubah menjadi proteksionis yang tajam,” tulis Kepala Ekonom Fitch Ratings Brian Coulton.
Stimulus Ekonomi China Ternyata Tak Berdampak, Butuh Waktu Lebih Lama
Sebelumnya, China telah menjalankan berbagai langkah stimulus moneter maupun fiskal sejak akhir September 2024 untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tetapi sampai saat ini dampak dari stimulus itu belum terlihat jelas.
Memang terdapat tanda-tanda perbaikan di sektor properti dan manufaktur tetapi dampaknya masih terbatas. Perusahaan-perusahaan besar seperti Meituan, Alibaba, dan Tencent tetap berhati-hati dalam memproyeksikan pertumbuhan.
CFO Meituan Shaohui Chen menyatakan, dampak positif kebijakan stimulus ekonomi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah ini membutuhkan waktu.
“Kami yakin kebijakan ini secara bertahap akan mendukung ekonomi riil dan mendorong belanja konsumen,” ujarnya dikutip dari CNBC pada Jumat (6/12/2024).
Hingga saat ini, peningkatan yang terlihat belum signifikan. Indeks manajer pembelian (PMI) Caixin untuk manufaktur mencatat angka 51,5 pada November, tertinggi sejak Juni, menunjukkan adanya ekspansi kecil dalam aktivitas pabrik. PMI resmi juga naik menjadi 50,3, tertinggi sejak April.
Ekonom senior di Caixin Insight Group, Wang Zhe mengatakan bahwa, "Meskipun ekonomi tampaknya sudah mencapai titik terendah, masih diperlukan konsolidasi lebih lanjut," kata dia.
Dia juga menyoroti bahwa dampak stimulus belum terasa di pasar tenaga kerja.
Selain itu, direktur pelaksana di Teneo, Gabriel Wildau menambahkan bahwa kebijakan stimulus ini akan berlangsung bertahap. "Prinsipnya adalah melakukan 'cukup' daripada 'apa pun yang diperlukan'," katanya.
Advertisement
Ketegangan China dengan AS Meningkat
Disisi lain ketegangan dengan AS meningkat. Pekan lalu, AS kembali membatasi produsen chip Tiongkok, dan Presiden terpilih Donald Trump mengumumkan rencana tarif 10% untuk semua impor dari Tiongkok.
Menurut laporan China Beige Book, meski terdapat peningkatan dalam belanja ritel dan penjualan rumah tetapi konsumsi jasa masih lemah. Pasar menginginkan lebih banyak stimulus, apalagi dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Kementerian Keuangan China juga menyatakan kemungkinan adanya dukungan fiskal tambahan tahun depan, dan para investor menantikan hasil dari pertemuan perencanaan ekonomi tahunan China yang akan digelar pertengahan Desember.