Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terus menunjukkan penguatan, melanjutkan tren bullish yang terbentuk sejak awal pekan ini. Pada perdagangan di Eropa Senin kemarin, harga emas menguat didukung oleh status sebagai aset safe-haven di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.
Ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, memicu peningkatan permintaan terhadap logam mulia ini.
Baca Juga
Selain itu, langkah People's Bank of China (PBoC) yang melanjutkan pembelian emas pada bulan November setelah jeda selama enam bulan juga memberikan dorongan tambahan untuk kenaikan harga emas.
Advertisement
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren bullish kembali terbentuk pada emas berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average yang terlihat saat ini. Proyeksi harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga level USD 2.674 per ounce.
"Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), target penurunan terdekat berada di level USD 2.653. Tren ini diperkirakan akan tetap kuat selama sentimen pasar didukung oleh faktor-faktor fundamental yang ada," jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (10/12/2024).
Harga emas terus melanjutkan reli hingga mencapai level USD 2.675 per ounce pada perdagangan hari ini, dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik yang masih tinggi. Selain itu, data cadangan emas China juga mencatat peningkatan sebesar 160.000 ounce pada bulan November, mencapai total 72,96 juta ounce.
Kenaikan ini semakin memperkuat ekspektasi terhadap meningkatnya permintaan emas di pasar global.
Â
Ekonomi AS
Dari sisi ekonomi AS, data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dirilis Jumat lalu menunjukkan penambahan 227.000 pekerjaan baru pada bulan November, melebihi ekspektasi pasar sebesar 200.000.
Namun, tingkat pengangguran yang meningkat menjadi 4,2% dari 4,1% memberikan sinyal bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan pekan depan. Harapan ini menekan penguatan Dolar AS, memberikan ruang bagi emas untuk melanjutkan tren kenaikannya.
Selain itu, survei awal University of Michigan untuk bulan Desember mencatat peningkatan sentimen konsumen AS menjadi 74,0 dari 71,8 di bulan sebelumnya, sementara ekspektasi inflasi satu tahun naik menjadi 2,9% dari 2,6%.
Meskipun data ini menunjukkan prospek ekonomi yang lebih optimis, pernyataan dari pejabat The Fed memberikan gambaran kebijakan yang lebih longgar. Presiden The Fed Cleveland, Beth Hammack, menyatakan bahwa kebijakan moneter yang tidak terlalu ketat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly, memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga tambahan masih mungkin terjadi jika tekanan inflasi kembali meningkat.
Â
Advertisement
Teknikal
Dari perspektif teknikal, tren bullish emas kemungkinan akan bertahan selama sentimen pasar terus didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan prospek pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Namun, volatilitas tetap menjadi perhatian utama, terutama jika data ekonomi mendatang atau perkembangan geopolitik memberikan kejutan yang tidak terduga.
Secara keseluruhan, emas tetap menjadi pilihan investasi yang menarik bagi para pelaku pasar di tengah situasi global yang tidak menentu. Dengan proyeksi harga yang berpotensi menyentuh level 2674 dan dukungan fundamental yang kuat, logam mulia ini diperkirakan akan terus menarik perhatian sebagai aset safe-haven utama.Â