Sukses

Menengok Dampak Konflik Suriah ke Harga Minyak, Siap-siap Melambung?

Kenaikan kecil harga minyak pada hari Senin disebabkan oleh ketidakjelasan terkait proses transfer kekuasaan di Suriah dan kemungkinan implikasi dari apa yang akan terjadi selanjutnya.

Liputan6.com, Jakarta - Suriah mungkin bukan produsen minyak utama, tetapi negara ini memiliki posisi strategis di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak, berbatasan dengan kekuatan besar seperti Israel dan Turki. Selama ini, rezim Assad dikenal memiliki hubungan dekat dengan Iran, salah satu eksportir minyak terbesar di dunia.

Meski gejolak di Suriah tidak secara langsung memengaruhi harga minyak atau gas di Amerika Serikat (AS) karena peran Suriah yang minim dalam pasokan minyak global, para ahli memperingatkan bahwa ketidakstabilan yang lebih luas di kawasan tersebut berpotensi mengganggu produksi minyak dan mendorong kenaikan harga.

"Efek langsungnya adalah guncangan yang tidak terduga, tetapi tidak benar-benar mengubah harga minyak secara signifikan," kata profesor ekonomi bisnis di University of Tennessee, Timothy Fitzgerald dikutip dari abcnews, Rabu (11/12/2024).

Kenaikan kecil harga minyak pada hari Senin disebabkan oleh ketidakjelasan terkait proses transfer kekuasaan di Suriah dan kemungkinan implikasi dari apa yang akan terjadi selanjutnya. Konflik yang lebih luas di kawasan ini berpotensi meningkatkan harga minyak lebih lanjut, tambah Fitzgerald.

"Ada ketidakpastian tentang apa yang akan muncul menggantikan rezim Assad," ujar Fitzgerald.

Harga minyak mentah memainkan peran utama dalam menentukan harga bensin di SPBU. Kenaikan harga minyak mentah juga dapat meningkatkan biaya barang konsumsi lainnya karena biaya transportasi yang lebih tinggi.

Saat ini, harga minyak per barel berada di sekitar USD 68 per barel, jauh di bawah harga puncak tahun ini sebesar USD 87 yang dicetak pada April.

Setelah perang saudara pecah pada 2011, ekonomi Suriah mengalami keruntuhan. Antara 2010 dan 2019, Produk Domestik Bruto (PDB) Suriah menyusut hingga 80%, menurut studi Bank Dunia. Awal tahun ini, Bank Dunia memperkirakan bahwa sekitar tujuh dari sepuluh orang di Suriah hidup dalam kemiskinan.

2 dari 3 halaman

Konflik Timur Tengah Terus Meningkat

Sebelum perang, Suriah bukanlah produsen minyak besar, tetapi sektor minyak menjadi bagian penting dari ekonominya. Setelah perang dimulai, produksi minyak merosot drastis, dari rata-rata 400.000 barel per hari sebelum perang menjadi hanya 25.000 barel per hari pada Mei 2015, menurut Administrasi Informasi Energi AS.

"Suriah bukanlah produsen yang signifikan," kata peneliti senior di Brookings Institution, Gian Maria Milesi-Ferretti,.

"Dampak yang lebih besar kemungkinan datang dari gejolak di kawasan lain -- namun, hal itu saat ini masih belum jelas," tambahnya.

Gencatan senjata di Lebanon tetap bertahan meskipun ada serangan udara Israel terhadap target-target Hezbollah, yang disebut Israel sebagai respons atas pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok militan yang didukung Iran tersebut. Di Gaza, Pasukan Pertahanan Israel terus melancarkan kampanye serangan udara dan darat.

Ketegangan juga tetap tinggi antara Israel dan Iran setelah serangan balasan dalam beberapa bulan terakhir dan ancaman tindakan militer lebih lanjut dari kedua belah pihak.

Beberapa ahli menyoroti Iran sebagai titik potensi terjadinya kejutan harga minyak jika konflik lebih lanjut terjadi di kawasan tersebut.

Iran adalah produsen minyak mentah terbesar keempat di OPEC, aliansi negara-negara penghasil minyak yang memiliki pengaruh besar terhadap harga minyak global. Negara ini menyumbang sekitar 3% produksi minyak dunia. Selain itu, Iran mengontrol jalur perdagangan di Selat Hormuz, rute penting yang mengangkut sekitar 15% pasokan minyak global.

"Rezim Assad adalah sekutu penting bagi Iran," kata Fitzgerald.

"Iran memiliki kemampuan untuk memengaruhi pasar minyak jauh lebih besar dibandingkan Suriah. Apa pun yang memengaruhi ekspor mereka di masa depan akan sangat berarti."

3 dari 3 halaman

Produksi Minyak AS Naik, Tapi Ketegangan Timur Tengah Tetap Jadi Ancaman Harga Global

Peningkatan produksi minyak AS dalam beberapa tahun terakhir dapat membantu membatasi dampak gangguan pasokan, meskipun harga minyak ditentukan di pasar global, sehingga kejutan pasokan besar tidak sepenuhnya dapat diatasi hanya dengan produksi minyak AS.

Peneliti tamu di Carnegie Middle East Center, Omar Dahi menegaskan bahwa produksi minyak Suriah yang minimal tidak akan memengaruhi harga minyak internasional secara langsung. Namun, eskalasi regional yang lebih besar, seperti konflik dengan Iran, bisa berpengaruh.

Di sisi lain, para ahli juga mencatat faktor lain yang memengaruhi harga minyak, seperti penurunan suku bunga di China yang dapat meningkatkan permintaan, serta kemungkinan peningkatan produksi minyak AS di bawah Presiden terpilih Donald Trump.

Hasil akhir dari situasi di Suriah masih belum pasti, sehingga dampaknya terhadap harga minyak dan gas AS tetap sulit diprediksi.

"Dalam jangka panjang, semuanya bergantung pada bagaimana situasinya berkembang," tutup Fitzgerald.

 

Video Terkini