Liputan6.com, Jakarta Travel gelap sering muncul pada puncak libur nasional, termasuk Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai maraknya layanan travel gelap ini disebabkan oleh rute angkutan umum yang terlalu terbatas dan tidak fleksibel dalam melayani kebutuhan masyarakat.
Menurut Djoko, permintaan layanan angkutan antarkota yang tinggi sering kali tidak diimbangi dengan layanan resmi yang memadai. Akibatnya, banyak pengguna beralih ke travel gelap yang lebih fleksibel.
Baca Juga
"Travel gelap ini sebenarnya bisa diantisipasi jika bus-bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) memperluas rute mereka hingga ke desa atau kecamatan," ujar Djoko kepada Liputan6.com, Selasa (10/12/2024).
Advertisement
Perluasan Rute Hingga Desa
Djoko mengusulkan agar bus AKAP tidak hanya melayani rute terminal besar tetapi juga menjangkau wilayah pedesaan selama infrastruktur jalan mendukung. Ia mencontohkan praktik di Wonogiri, di mana bus AKAP dapat masuk hingga ke kecamatan bahkan desa.
"Selama jaringan jalan memadai untuk bus besar, seharusnya bus AKAP bisa melayani hingga pedesaan. Contohnya di Wonogiri, semua kecamatan dijangkau oleh bus AKAP, sehingga masyarakat tidak bergantung pada travel gelap," jelas Djoko.
Kajian Regulasi yang Belum Dilaksanakan
Djoko juga menyebutkan bahwa Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) telah melakukan kajian pada 2021 untuk meminimalkan travel gelap. Namun, hingga kini implementasinya belum terlaksana karena perubahan kepemimpinan di tingkat direktorat.
"Dulu sudah ada kajian untuk menghilangkan travel gelap. Salah satu rekomendasinya adalah fleksibilitas dalam kategori terminal A, B, C, dengan pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan daerah. Sayangnya, usulan ini belum dilaksanakan," ungkapnya.
Solusi untuk Meminimalkan Travel Gelap
Djoko menegaskan, memperluas layanan angkutan umum resmi ke pedesaan merupakan langkah efektif untuk meminimalkan keberadaan travel gelap.
Hal ini tidak hanya memberikan akses transportasi yang lebih baik bagi masyarakat, tetapi juga menciptakan persaingan usaha yang sehat di sektor transportasi.
"Jika bus resmi melayani hingga ke desa, masyarakat akan lebih memilih transportasi yang aman dan terjamin legalitasnya dibandingkan travel gelap dengan risiko yang tidak diketahui," tutup Djoko.
Tips Menghindari Travel Gelap
Beberapa tips bagi calon pelancong agar tidak terjebak dengan jasa travel bodong. Berikut poin-poin pentingnya:
- Periksa Legalitas Agen Travel
- Pastikan agen travel memiliki rekening perusahaan dan tergabung dalam asosiasi seperti Astindo. Keanggotaan dalam asosiasi menjadi tolok ukur legalitas perusahaan.
- Cek Dokumen dan Rencana PerjalananAgen travel resmi akan menyediakan dokumen yang jelas, mulai dari bukti sewa hotel, transportasi, hingga itinerary lengkap.
Advertisement