Sukses

Waspada Travel Gelap Jelang Libur Nataru, Simak Ciri-Cirinya!

Meskipun libur panjang ini mendukung pertumbuhan sektor transportasi dan pariwisata, peningkatan mobilitas masyarakat juga dibayangi oleh operasional travel gelap atau travel bodong.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi sebanyak 110,67 juta orang akan melakukan perjalanan selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

Dari jumlah tersebut, 45,67 persen berencana mengunjungi tempat wisata, sementara 32,36 persen memilih pulang kampung.

Meskipun libur panjang ini mendukung pertumbuhan sektor transportasi dan pariwisata, peningkatan mobilitas masyarakat juga dibayangi oleh operasional travel gelap atau travel bodong.

Apa Itu Travel Gelap?

Travel gelap mengacu pada penyedia jasa layanan transportasi atau wisata yang beroperasi tanpa izin resmi.

Karena tidak memiliki legalitas, pengguna jasa travel gelap tidak mendapatkan jaminan perlindungan seperti asuransi atau kepastian pelayanan yang diatur dalam standar resmi.

Travel gelap cenderung marak pada puncak liburan tahunan, termasuk Nataru dan Idul Fitri, karena menawarkan harga murah dan rute fleksibel. Namun, ada sejumlah risiko yang mengintai pengguna jasa ini, mulai dari ketidaknyamanan hingga ancaman keselamatan.

Ciri-Ciri Travel Gelap

Agar terhindar dari travel gelap, masyarakat dapat mengenali beberapa ciri khas berikut:

  • Tidak Memiliki Kantor atau Alamat Jelas

Travel gelap biasanya tidak memiliki kantor fisik yang dapat didatangi. Operasionalnya sering kali bergantung pada media sosial dan layanan chat online tanpa alamat perusahaan yang jelas.

  • Harga Jauh di Bawah Pasaran

Paket perjalanan yang ditawarkan travel gelap biasanya lebih murah dari harga normal. Meski harga rendah menggiurkan, pengguna harus memastikan bahwa perlindungan seperti asuransi perjalanan tersedia.

  • Penawaran Tidak Transparan

Travel gelap sering memberikan informasi yang tidak lengkap, seperti tidak mencantumkan detail fasilitas, akomodasi, atau transportasi yang disediakan.

  • Tidak Memiliki Izin Usaha

Sebagaimana namanya, travel gelap tidak dilengkapi dengan izin usaha resmi. Selain itu, mereka tidak tergabung dalam asosiasi pariwisata yang memastikan standar pelayanan kepada wisatawan.

  • Menggunakan Kendaraan Berpelat Hitam

Untuk layanan angkutan antarkota, travel gelap sering menggunakan kendaraan dengan pelat hitam. Selain itu, kapasitas kursi kendaraan terkadang melebihi spesifikasi resmi, yang berpotensi membahayakan keselamatan penumpang.

2 dari 2 halaman

Asosiasi Buka Suara

Mobilitas masyarakat selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diprediksi meningkat tajam. Namun, kehadiran travel gelap atau travel bodong menjadi kekhawatiran tersendiri bagi banyak orang.

Salah satunya dialami oleh Tisa, pengguna travel rutin dari Jakarta. Ia mengaku pernah ditawari jasa angkutan yang diduga travel gelap, tetapi memilih menolak karena perusahaan tersebut tidak dikenal.

"Sejauh ini pernah ditawarin, soalnya nama travelnya asing banget. Jadi nggak pernah nyoba karena takut," ungkap Tisa kepada Liputan6.com, Selasa (10/11/2024).

Tisa yang sering bepergian ke Jawa Barat dengan angkutan travel mengungkapkan bahwa tawaran travel bodong biasanya meningkat saat musim liburan, seperti libur Nataru.

"Banyak orang tergoda naik travel gelap karena harganya lebih murah. Padahal, operasionalnya nggak jelas," katanya.

Ia juga menambahkan bahwa potensi risiko menggunakan travel gelap sangat besar, seperti penculikan, kecelakaan, atau kondisi kendaraan yang tidak layak. Selain itu, keberadaan travel gelap menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat bagi agen travel resmi.

"Aku sih nggak mau nyoba karena takut. Selain itu, travel gelap bikin persaingan usaha jadi nggak sehat buat agen travel yang punya izin," tambahnya.

Pengalaman Serupa di Terminal

Karim, seorang perantau dari Bandung, juga mengaku pernah mengalami situasi serupa. Beruntung, ia memiliki banyak pilihan transportasi resmi, seperti kereta, bus, dan travel berizin, yang membantunya menghindari travel gelap.

"Saya bersyukur ada banyak pilihan moda transportasi, jadi bisa terhindar dari travel gelap," ujarnya.

Meski demikian, Karim mengungkapkan bahwa tawaran angkutan tak resmi sering muncul, terutama di area terminal.

"Pernah ditawari naik angkutan kayak mobil Avanza. Tarifnya sedikit lebih murah, tapi saya takut karena nggak ada tiket resmi," jelasnya.

Video Terkini