Liputan6.com, Jakarta - Harga kopi di pasar komoditas internasional telah mencapai level tertinggi sepanjang masa. Kenaikan harga kopi ini terjadi karena adanya cuaca buruk di negara-negara produsen kopi terbesar dunia.
Mengutip BBC, Kamis (12/12/2024), harga biji kopi Arabika, yang merupakan produksi global terbesar, mencapai USD 3,44 per pon (0,45 kg), setelah melonjak lebih dari 80% tahun ini. Harga biji kopi Robusta juga mencapai titik tertinggi baru pada bulan September 2024.
Baca Juga
Kenaikan ini terjadi karena para pedagang kopi memperkirakan panen akan menyusut setelah dua produsen kopi terbesar di dunia, Brasil dan Vietnam, dilanda cuaca buruk dan popularitas minuman tersebut terus meningkat.
Advertisement
Seorang pakar mengungkapkan bahwa sejumlah merek kopi sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga di tahun baru.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir pemanggang kopi besar telah mampu menyerap kenaikan harga untuk memuaskan pelanggan dan mempertahankan pangsa pasar, tampaknya hal itu akan berubah, menurut Vinh Nguyen, kepala eksekutif Tuan Loc Commodities.
"Merek seperti JDE Peet (pemilik merek Douwe Egberts), Nestlé dan lain-lain, (sebelumnya])!menanggung beban harga bahan baku yang lebih tinggi," katanya.
"Namun, saat ini mereka hampir mencapai titik kritis. Banyak dari mereka yang mempertimbangkan kenaikan harga di supermarket pada (kuartal pertama) tahun 2025,” bebernya.
Raksasa kopi Italia Lavazza mengatakan telah berusaha keras untuk melindungi pangsa pasarnya dan tidak membebankan biaya bahan baku yang lebih tinggi kepada pelanggan, tetapi harga kopi yang melonjak akhirnya memaksanya.
"Kualitas adalah yang terpenting bagi kami dan selalu menjadi landasan kontrak kepercayaan kami dengan konsumen," kata perusahaan itu.
"Bagi kami, ini berarti terus mengatasi biaya yang sangat tinggi. Jadi, kami terpaksa menyesuaikan harga,” ungkap Lavazza.
Hadapi Masa Sulit
Pada sebuah acara untuk investor pada bulan November, seorang eksekutif Nestlé mengatakan industri kopi menghadapi "masa-masa sulit", mengakui perusahaannya harus menyesuaikan harga dan ukuran kemasannya.
"Kami tidak kebal terhadap harga kopi, jauh dari itu," kata David Rennie, kepala merek kopi Nestlé.
Rekor tertinggi terakhir untuk kopi tercatat pada tahun 1977 setelah hujan salju yang tak wajar menghancurkan perkebunan di Brasil.
"Kekhawatiran atas panen tahun 2025 di Brasil menjadi pendorong utama," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
"Negara ini mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun pada bulan Agustus dan September, diikuti oleh hujan lebat pada bulan Oktober, hal ini menimbulkan kekhawatiran panen bunga bisa gagal,” imbuhnya.
Advertisement