Liputan6.com, Jakarta - Konser Taylor Swift Eras Tour resmi berakhir di Vancouver, British Columbia pada Minggu setelah 149 pertunjukan yang mencakup lima benua selama 21 bulan. Konser Taylor Swift itu menutup fenomena budaya yang memecahkan rekor dan meningkatkan ekonomi di seluruh dunia.
Mengutip Investopedia, Jumat (13/12/2024), Eras Tour yang dimulai pada Maret 2023 meraup lebih dari USD 2 miliar atau sekitar Rp 32,03 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.016), berdasarkan laporan New York Tims yang mengutip konfirmasi dari perusahaan produksi Swift. Adapun penjualan tiket itu lebih dari dua kali lipat dari tur terlaris Music of the Spheres World Tour oleh Coldplay yang berlangsung selama 2,5 tahun masih berlangsung.
Baca Juga
Menurut Pollstar, Eras Tour menjadi tur konser pertama di dunia yang hasilkan USD 1 miliar pada Desember lalu, dan melampaui tur perpisahan lima tahun Elton John senilai USD 940 juta.
Advertisement
Meski menjadi tur terbesar sepanjang masa, Eras Tour dapat memecahkan rekor lebih jauh jika harga jual kembali dimasukkan dalam penjualan kotor. Tiket dijual dengan harga rata-rata USD 204, menurut perusahaan produksi Swift kepada Times. Namun, di pasar sekunder, harga jual kembali tiket untuk pertunjukan terakhir di Vancouver rata-rata lebih dari USD 2.900, menurut perusahaan tiket Victory Live.
Film Konser Swift
Di sisi lain, film konser Swift meraup pendapatan USD 261 juta. Film konser Eras Tour pada Oktober 2023 meraup hampir USD 100 juta pada akhir pembukaannya dan total lebih dari USD 261 juta, menurut Box Office Mojo.
Suntikan Adrenalin
Tur dua tahun itu juga menjadi suntikan adrenalin bagi ekonomi lokal, sebuah fenomena yang terkadang disebut Swiftonomics.
Sebuah studi memprediksi Eras Tour di Amerika Serikat hasilkan sekitar USD 5 miliar dalam pengeluaran langsung tahun lalu. Swifties diperkirakan telah habiskan rata-rata USD 1.300 untuk pengalaman ini, termasuk tiket, perjalanan, akomodasi dan makanan.
"Jumlah pengeluaran itu setara dengan Super Bowl, tetapi kali ini terjadi pada 53 malam berbeda di 20 lokasi berbeda selama lima bulan,” demikian disebutkan dalam laporan Asosiasi Perjalanan AS pada September 2023.
Asosiasi perkirakan total dampak ekonomi termasuk efek berantai yang dapat ditimbulkan oleh masuknya wisatawan terhadap pengeluaran lokal kemungkinan melebihi USD 10 miliar.
Taylor Swift bahkan mendapatkan sorotan dalam Beige Book July 2023 Federal Reserve, survei denyut nadi ekonomi bank sentral.
“Meskipun pemulihan pariwisata di wilayah tersebut secara keseluruhan melambat, satu kontak menyoroti kalau Mei adalah bulan terkuat untuk pendapatan hotel di Philadelphia sejak dimulainya pandemi, sebagian besar karena masuknya tamu untuk konser Taylor Swift di kota tersebut,”
Advertisement
Dampak Eras Tur Terasa di Seluruh Dunia
Dampak itu terasa di seluruh dunia pada 2024, saat Taylor Swift menggelar tur ke luar negeri ke Asia, Australia dan Eropa. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Singapura naik lebih dari 0,50 persen menjadi 3 persen pada kuartal pertama, sebagian berkat enam konser Swift di Singapura.
PDB sektor jasa Singapura yang mencakup hotel dan layanan perjalanan tumbu 4,3 persen, lebih dari dua kali lipat dari kuartal sebelumnya.
Menurut analisis data kartu oleh Bank of America, jadwal tur Swift di kota-kota Eropa musim panas ini bertepatan dengan peningkatan pengeluaran sebesar 39 persen dari tahun ke tahun di kota-kota itu.
Tur Eras membuat Taylor Swift hampir mustahil untuk dihindari selama dua tahun terakhir. Ia menjadi berita utama dan menghasilkan perhatian media sosial yang tak terbatas yang berfokus pada kehidupan profesional dan pribadinya.
Tur itu juga membuatnya menjadi miliarder dan salah satu dari sedikit artis yang memperoleh kekayaan 10 digit dari musik dan pertunjukan saja.