Liputan6.com, Jakarta Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau harga emas Antam masih tak bergerak pada perdagangan Senin, (16/12/2024). Hal ini juga terjadi pada harga emas Antam kemarin.
Pada Senin ini, harga emas Antam masih dipatok Rp 1.517.000 per gram. Sedangkan pada hari Minggu kemarin harga emas Antam tetap di level yang sama.
Baca Juga
Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas antam berada di level Rp 1.567.000 per gram yang dicetak pada 31 Oktober 2024.
Advertisement
Demikian juga harga emas Antam buyback juga stabil. Harga emas buyback emas Antam tetap di angka Rp 1.368.000 per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda ingin menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 1.368.000 per gram.
Perubahan harga emas Antam dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemahaman mengenai faktor-faktor ini sangat penting bagi mereka yang berencana untuk berinvestasi dalam emas Antam.
Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Anda dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hingga pukul 08.31 WIB sebagian kepingan emas Antam tersedia di Gedung Antam.
Daftar Harga Emas Antam
Berikut rincian harga emas Antam hari ini di butik emas Gedung Antam, melansir laman logammulia.com:
- Harga emas 0,5 gram: Rp 808.500
- Harga emas 1 gram: Rp 1.517.000
- Harga emas 2 gram: Rp 2.978.000
- Harga emas 3 gram: Rp 4.447.000
- Harga emas 5 gram: Rp 7.389.000
- Harga emas 10 gram: Rp 14.700.000
- Harga emas 25 gram: Rp 36.587.500
- Harga emas 50 gram: Rp 73.055.000
- Harga emas 100 gram: Rp 145.990.000
- Harga emas 250 gram: Rp 364.587.500
- Harga emas 500 gram: Rp 728.875.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp 1.457.600.000.
Meramal Harga Emas Jelang Akhir Tahun
Setelah menguji level resistensi di USD 2.700 pada awal pekan, harga emas kembali tertekan akibat inflasi yang terus bertahan tinggi, memengaruhi ekspektasi terhadap siklus pelonggaran Federal Reserve. Hal ini yang mempengaruhi harga emas.
Dikutip dari Kitco, Senin (16/12/2024), logam mulia ini sempat mendapat dorongan awal pekan ini setelah berita bahwa bank sentral China kembali membeli emas.
Setelah enam bulan jeda, data dari People's Bank of China menunjukkan pembelian lima ton emas pada November. Menurut para analis, hal ini menegaskan peran signifikan China dalam pasar emas dan menunjukkan permintaan yang sehat dari bank sentral menjelang 2025.
Namun, volatilitas jangka pendek tetap menghantui emas karena perhatian kini beralih ke pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pekan depan.
Berdasarkan alat CME FedWatch, pasar telah sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin setelah pertemuan akhir Fed tahun ini.
Harga emas spot terakhir diperdagangkan di USD 2.656,90 per ounce, naik 0,88% sepanjang minggu.
Tekanan dari Inflasi Wholesale
Pasar emas mulai melemah pekan ini setelah laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) utama naik 0,4% pada November, lebih tinggi dari angka 0,3% di bulan sebelumnya.
Selama 12 bulan terakhir, inflasi wholesale melonjak 3,0%, jauh di atas konsensus 2,5%. Kenaikan ini mengindikasikan ancaman terhadap harga konsumen masih tinggi, yang menurut beberapa ekonom dapat mencegah Federal Reserve untuk melonggarkan suku bunga lebih agresif.
Advertisement
Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Minim
Analis dari Wells Fargo memperkirakan hanya ada satu pemotongan suku bunga tahun depan, sementara Bank of America memproyeksikan dua kali pemotongan pada 2025.
Naeem Aslam, Chief Investment Officer di Zaye Capital Markets, memperingatkan bahwa emas kemungkinan melemah pekan depan karena ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga semakin terkikis.
“Kita mungkin akan melihat pemotongan yang cenderung hawkish karena data inflasi terbaru. Ini berarti harga emas kemungkinan akan terus tertekan,” ujar Aslam.
Namun, ia mencatat volume perdagangan mungkin menurun karena mendekati libur akhir tahun.
Pandangan Beragam terhadap Prospek Emas
Lukman Otunuga, Manajer Analisis Pasar di FXTM, menilai emas sedang berada di tengah tarik-menarik kekuatan. Meskipun sikap hawkish Fed menjadi hambatan, tren jangka panjang emas tetap bullish dengan kenaikan hampir 30% sejak awal tahun.
“Emas tertekan oleh kenaikan imbal hasil Treasury menjelang pertemuan Fed. Namun, jika Fed memberikan sinyal pelonggaran lebih lanjut tahun depan, harga emas berpotensi kembali ke level $2.700 atau lebih,” katanya.
Carley Garner, salah satu pendiri DeCarley Trading, menyebut bahwa kegagalan emas mempertahankan level $2.700 menunjukkan kelemahan. “Saat ini, saya melihat peluang untuk menjual pada saat terjadi reli,” ujarnya.
Di sisi lain, Michele Schneider, Chief Strategist di Marketgauge, memandang emas berada dalam pola bertahan di antara USD 2.600 hingga USD 2.800.
Ia juga mencatat, pelonggaran suku bunga global dan meningkatnya utang dunia menjadi faktor bullish jangka panjang bagi emas.