Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) bagian dari Garuda Indonesia Group kembali menunjukkan komitmennya sebagai perusahaan penyedia tenaga kerja berkeahlian tinggi atau high skill di bidang aviasi. Saat ini GDPS berhasil kembali menembus pasar internasional melalui kerjasama strategis PNG Air yang merupakan maskapai penerbangan di Papua Nugini.Â
Direktur Utama PT GDPS Cornelis Radjawane menyampaikan rasa optimismenya mengenai langkah ini. "Kerjasama dengan PNG Air merupakan komitmen perusahaan untuk terus mendukung pertumbuhan industri aviasi, sejalan dengan visi kami menjadi BPO terkemuka, kami akan terus memaksimalkan kerjasama ini dengan optimaliasi layanan Beyond Sky sebagai layanan khusus dari GDPS di bidang penyedia tenaga kerja industri aviasi," kata dia dikutip Selasa (17/12/2024).
Baca Juga
Melalui kerja sama ini, GDPS mengirimkan tim dengan posisi Senior Planner yang akan ditempatkan di Jacksons International Airport, Port Moresby, Papua New Guinea. Tenaga kerja profesional yang dipilih melalui proses seleksi ketat ini telah diberangkatkan pada tanggal 9 November dan 3 Desember 2024.
Advertisement
Dengan mengedepankan prinsip profesionalisme dan kualitas, Kerjasama ini merupakan langkah nyata GDPS dalam mewujudkan visi perusahaan untuk melakukan ekspansi ke pasar internasional di tahun 2024-2025.
“Kerjasama ini tidak hanya memperluas jangkauan bisnis GDPS, tetapi juga memperkuat citra Indonesia di kancah internasional dengan mengirimkan tenaga kerja berkeahlian tinggi. Kami percaya bahwa tenaga kerja kami dapat memberikan nilai tambah yang signifikan untuk PNG Air," lanjut Cornelis.
GDPS menegaskan posisinya sebagai penyedia tenaga kerja berkeahlian tinggi (high skill) di bidang aviasi, tidak hanya menyediakan solusi outsourcing tetapi mampu memenuhi kebutuhan tenaga ahli untuk mendukung operasional dan pengembangan maskapai internasional PNG Air.
Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan serta dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi GDPS dan PNG Air. Dengan keberhasilan ini, GDPS optimis dapat mengukuhkan posisinya sebagai mitra terpercaya dalam penyediaan solusi tenaga kerja, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Garuda Indonesia Kesulitan Beli Pesawat, Kenapa?
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan dukungannya terhadap rencana penambahan armada pesawat oleh maskapai pelat merah, Garuda Indonesia dan Citilink. Namun, ia juga mengakui tantangan besar dalam industri penerbangan global yang belum sepenuhnya pulih.
"Yang pasti kita support Garuda dan Citilink supaya bisa menambah jumlah pesawat. Tapi kondisi global, terutama produksi pesawat, masih sulit," ujar Arya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12/2024).
Tantangan Ketersediaan PesawatArya mengungkapkan bahwa saat ini hanya ada dua produsen pesawat global yang mendominasi pasar, yaitu Boeing dan Airbus. Kondisi ini membuat ketersediaan pesawat menjadi sangat terbatas.
"Sekarang mencari pesawat itu sulit, barangnya memang belum ada. Jadi, kita tunggu bagaimana perkembangan dari produsen global," jelasnya.
Garuda Indonesia sendiri berencana menambah 15-20 pesawat pada 2025. Arya menyebut bahwa Kementerian BUMN masih menunggu proposal resmi dari Garuda terkait sumber pendanaan dan strategi pembelian armada baru tersebut.
"Kita tunggu proposal dari Garuda. Ada banyak opsi yang bisa dipertimbangkan, dan tahun depan kita akan evaluasi lebih lanjut," tambah Arya.
Langkah Garuda Indonesia: Jajaki Produsen dan Penyedia LessorDirektur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, sebelumnya mengungkapkan bahwa pihaknya tengah aktif menjalin komunikasi dengan produsen pesawat seperti Boeing dan Airbus, serta penyedia jasa sewa pesawat (lessor).
"Kami sedang engage dengan vendor-vendor seperti Airbus, Boeing, dan beberapa lessor untuk mendukung rencana penambahan pesawat," ujar Wamildan.
Â
Advertisement
Pendanaan Armada Baru: Bukan Hanya dari PMN
Selain itu, Garuda juga membuka peluang kerja sama dengan maskapai besar lainnya. Namun, Wamildan belum memberikan rincian terkait nilai investasi yang akan dikeluarkan untuk penambahan pesawar tersebut.
"Angka investasi masih jauh untuk dibicarakan saat ini. Semua akan kami evaluasi lebih lanjut sebelum diumumkan," tegasnya.
Wamildan menjelaskan bahwa pembiayaan penambahan pesawat akan dikomunikasikan dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan.
Ia menegaskan bahwa dana untuk proyek ini tidak sepenuhnya berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN), melainkan sebagian juga menggunakan kas operasional perusahaan.
"Kami punya operational cash. Jadi, tidak semuanya akan diminta dari pemerintah. Ini akan kami koordinasikan dengan seluruh kementerian terkait," pungkasnya.