Liputan6.com, Jakarta - CEO perusahaan pengemasan ramah lingkungan Ranpak, Omar Asali tidak terlalu tertarik mempekerjakan kandidat yang terlalu pandai berbicara.
Menurut dia, orang yang fokus tampil sempurna dengan memilih kata-kata yang tepat biasanya lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan kepentingan organisasi atau tim di sekitar mereka. Dilansir dari CNBC pada Rabu (18/12/2024).
Baca Juga
“Anda harus selalu berhati-hati dengan orang yang terlalu pandai bicara dan gemar mempromosikan diri sendiri,” kata Asali yang sudah memimpin Ranpak sejak 2019. Perusahaan tersebut memiliki nilai pasar sebesar USD 661 juta per Senin lalu.
Advertisement
Sebagai pemimpin perusahaan besar, Asali memang tidak selalu terlibat dalam semua proses perekrutan. Namun, untuk posisi eksekutif senior, dia memilih pendekatan mendalam.
Dia akan berbicara dengan kandidat mengenai berbagai topik, baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi, untuk lebih memahami karakter mereka. “Semakin saya mengenal mereka, semakin mudah untuk membedakan apakah mereka benar-benar 'pelaku' atau hanya 'pembicara',” ungkap Asali.
Proses wawancara pun unik. Asali kerap meminta kandidat untuk menyebutkan 10 kata yang langsung muncul di pikiran mereka yang menggambarkan diri sendiri. Jawaban spontan ini membantu Asali menilai kepribadian kandidat lebih jujur daripada jawaban-jawaban yang sudah dipersiapkan.
“Semakin tulus dan jujur mereka dalam menjawab, semakin saya menikmati percakapan itu,” ujarnya.
"Anda akan terkejut dengan orang-orang yang akhirnya saya pekerjakan. Banyak dari mereka terbuka untuk berbagi hal tentang diri mereka sendiri.” Ujar Asali
Kesadaran Diri
Pendekatan seperti ini juga digunakan oleh CEO lain, CEO Kickstarter, Everette Taylor misalnya, meminta kandidat menceritakan pengalaman mereka ketika melakukan kesalahan atau gagal.
Menurut Taylor, orang yang bisa mengakui kekurangan mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan baik. Sebaliknya, kandidat yang kesulitan menjawab pertanyaan tersebut biasanya kurang memiliki kesadaran diri.
“Saya mencoba untuk tidak membiarkan ego saya mendominasi. Saya selalu salah, dan saya punya tim hebat yang cukup pintar untuk menempatkan saya di posisi saya. Saya sangat menyukainya,” kata Taylor, yang selalu berusaha memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri.
Pendekatan seperti ini menunjukkan bagi para pemimpin sukses, kesadaran diri dan kejujuran lebih berharga daripada sekadar keterampilan berbicara yang memukau.
Advertisement
Tengok Cara Bos AMD Raih Sukses hingga Dapat Predikat CEO Terbaik Dunia
Sebelumnya, beberapa CEO mendorong keseimbangan kerja dan kehidupan bagi karyawannya. Namun, ada juga yang mengharapkan karyawannya tetap online hingga larut malam bahkan di akhir pekan.
Mengutip dari CNBC, Selasa (17/12/2024) CEO produsen chip Advanced Micro Devices (AMD), Lisa Su mengakui dirinya termasuk dalam kategori kedua. Untuk menjalankan perusahaan senilai USD 210 miliar ini, ia mengadakan rapat di akhir pekan dan panggilan pagi panjang dengan para eksekutif untuk membahas memo yang ia kirimkan setelah tengah malam.
Su, 55 tahun, dinobatkan sebagai CEO Terbaik 2024 oleh Time—sebuah penghargaan yang mencerminkan bagaimana ia telah mengembangkan perusahaannya secara dramatis sejak menjadi CEO pada 2014.
Dalam satu dekade terakhir, harga saham AMD meningkat hampir 50 kali lipat, sementara Su membangun perusahaan ini menjadi raksasa industri yang saat ini berada di antara para pesaing utamanya, Intel dan Nvidia, dalam hal kapitalisasi pasar.
Pemimpin Dilatih, Bukan Dilahirkan
Su mencapai hal tersebut, sebagian, dengan menetapkan harapan yang sangat tinggi untuk orang-orang di sekitarnya. "Saya tidak percaya pemimpin dilahirkan. Saya percaya pemimpin dilatih," kata Su, seraya mencatat bahwa kariernya dibentuk oleh kerja keras dan semangat pantang menyerah.
"Orang sangat terinspirasi oleh tujuan yang ambisius," tambahnya. "Strategi sebelumnya, seperti ‘Ayo kita tingkatkan sedikit di sini dan di sana,’ sebenarnya kurang memotivasi."
Meskipun para pemimpin dan eksekutif di AMD memiliki jadwal yang sangat sibuk dan sering begadang menyelesaikan tugas, sebagian besar karyawan perusahaan memiliki "keseimbangan kerja-hidup yang baik," menurut lebih dari 400 ulasan di Glassdoor.
Ulasan anonim di situs tersebut menyebut budaya perusahaan yang kuat dan paket manfaat yang baik, meskipun mengeluhkan "kompensasi yang rendah dibandingkan Nvidia dan Intel." Su memiliki tingkat persetujuan 95% sebagai CEO AMD berdasarkan ulasan di Glassdoor.