Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan akan membentuk satuan tugas (satgas) untuk menanggulangi Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Langkah ini diambil menyusul wabah ASF yang ditemukan di wilayah Nabire dan Timika, Papua.
Menanggapi ada wabah itu, Zulkifli Hasan langsung mengumpulkan beberapa pihak terkait. Di antaranya, Badan Karantina Indonesia, Badan Pangan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, hingga Kementerian Pertanian.
Baca Juga
"Barusan kita selesai rapat itu agar ini bisa ditindaklanjuti cepat, tadi disepakati untuk dibuat satgas," ujar Zulkifli Hasan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Advertisement
Dia mengatakan, kasus serupa pernah terjadi di Bali. Namun, hal itu telah berhasil ditanggulangi dengan baik. Dia memastikan Demam Babi Afrika ini hanya ditemukan di wilayah Nabire dan Timika. Sementara, wilayah lainnya masih tetap aman.
"Ini yang muncul di Bali kan bagus terus selesai. Ini banyak yang di Papua khususnya di Nabire dan Timika, Ini yang akan diselesaikan ya, yang lain aman," ucapnya.
Dia menerangkan beberapa pihak seperti Badan Karantina Indonesia, Bapanas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Kementan akan terlibat dalam satgas tersebut. Sebelum terbentuk, setiap instansi akan bekerja sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
"Ini tadi, makanya kita akan lagi bikin satgas, nanti ada Badan Karantina, BNPB, ada Mentan ya. Sebelum ada tim satgas, harus melakukan sesuai tugas yang bidang masing-masing untuk kerja cepat menanggulangi. Kan di pemerintah kita kan, Pak Prabowo kalau ada apapun segera," tuturnya.
Puluhan Ternak Babi Mati
Diberitakan sebelumnya, virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika kembali menyerang ternak babi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebanyak 74 ekor babi di Kabupaten Sikka, mati mendadak karena terserang penyakit ASF. Ternak babi yang mati itu tersebar di empat Kecamatan yaitu Nita 64 ekor, Alok Barat 5 ekor, Kecamatan Alok Timur 2 ekor dan Nelle 1 ekor.
"Data sejak Januari hingga awal Februari 2024, berjumlah 74 ekor," ujar Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan, kepada Liputan6.com, Minggu 4 Februari 2024.
Terjangkit ASF
Ia mengatakan, sesuai hasil uji sampel di laboratorium Veteriner Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Sikka, puluhan babi itu positif ASF. "Ada peningkatan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian)," ujar dia.
Ia mengungkap, dari hasil investigasi timnya di lapangan, terungkap kematian ternak babi, itu dipicu oleh peredaran daging yang berasal dari ternak babi yang sakit ke wilayah zona hijau ASF.
"Upaya pengendalian penyakit hewan menular yang berpotensi mewabah dari Kabupaten Sikka maupun ke luar, maka perlunya kerja sama seluruh stakeholder agar bisa menekan angka penularannya," ungkapnya.
Advertisement
Zulkifli Hasan Pastikan Stok Dalam Negeri Aman Meskipun Ada Lonjakan Harga Pangan Global
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) memastikan bahwa pihaknya telah mengantisipasi lonjakan harga pangan global baru-baru ini.
Menko Pangan melihat, lonjakan harga pangan global dipicu oleh fenomena El Nino tahun lalu. Namun Pemerintah sudah mengantisipasi kondisi tersebut.
"Tentu memang ada El Nino tahun lalu, tetapi kita bersiap dengan baik,” ujar Zulhas saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (12/12/2024).
Zulhas pun memastikan bahwa stok pangan dalam negeri dalam kondisi cukup dan aman hingga tahun depan. "Sudah aman, sangat aman Insyalllah,” tutur dia.
Selain itu, Zulhas pun memastikan stok beras dalam negeri sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
“Stok beras kita ada 2 juta di Bulog, retail, pengecer. Totalnya kira2 8,5 juta ton lebih,” bebernya.
“(Stok beras, daging ayam, telur hingga garam gula cukup. Untuk gula kita tidak impor tahun depan untuk konsumsi karena kita ada stok 1,4 juta ton dengan produksi 2,6 juta,” jelas Zulhas.
Seperti diketahui, harga pangan global baru-baru ini naik ke level tertinggi dalam 18 bulan, dengan beberapa harga pangan diperkirakan terus naik.
Indeks Harga Pangan FAO
Melansir CNBC International, Indeks Harga Pangan FAO yang memantau harga lima harga bahan makanan yang mencakup biji-bijian, daging, susu, minyak sayur, dan gula, naik sebesar 2% pada bulan Oktober 2024, terutama didorong oleh lonjakan harga minyak sayur.
Dari Januari hingga Oktober 2024, pangan kategori minyak sayur mengalami lonjakan harga terbesar, melonjak 24% karena harga minyak kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, dan lobak yang lebih tinggi.
Lonjakan harga juga terjadi pada makanan bahan susu, naik hingga 17% sejak awal tahun, dengan kenaikan terbesar terjadi pada harga keju dan mentega.
Advertisement