Liputan6.com, Jakarta Patra Jasa melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) memberikan dukungan kepada Kelompok Usaha Garam (Kugar) di Desa Pesinggahan, Klungkung, Bali.
Dukungan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi garam tradisional serta mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.
Baca Juga
Pembuatan garam tradisional di Desa Pesinggahan merupakan warisan budaya yang telah bertahan secara turun-temurun. Proses ini melibatkan pemanfaatan air laut dan sinar matahari untuk menghasilkan garam berkualitas tinggi, sebuah tradisi yang telah dilestarikan selama puluhan tahun oleh para petani lokal.
Advertisement
Penyerahan bantuan dilakukan pada awal Desember 2024 dan diterima langsung oleh perwakilan kelompok usaha garam, di antaranya I Ketut Santa, I Nyoman Warta, dan Ni Wayan Putri. Bantuan yang diberikan mencakup tempat penampungan air, palungan, tiga gubuk, papan nama, serta berbagai peralatan pendukung lainnya.
Kepala Bidang Perikanan Kabupaten Klungkung, Ni Made Candrawati, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan Patra Jasa kepada kelompok petani garam di Desa Pesinggahan. Dengan kondisi sebagian besar warga yang sudah tidak produktif, bantuan ini diharapkan mampu menambah pendapatan mereka sekaligus menjaga tradisi pembuatan garam lokal,” ujarnya.
Febriani Tri Elvandhari, Pjs. Manager External Relation & CSR Patra Jasa, berharap dukungan ini dapat membantu para petani meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produk mereka.
“Kami berharap garam tradisional Bali dapat dikenal lebih luas. Program ini merupakan bentuk komitmen kami untuk mendukung ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian budaya Bali, khususnya dalam pemanfaatan ekosistem laut untuk pembuatan garam,” jelasnya.
Program ini diharapkan dapat membantu para petani garam mempertahankan tradisi mereka di tengah berbagai tantangan serta membuka akses pasar yang lebih luas untuk produk garam tradisional Bali.
Menko Pangan: Indonesia Setop Impor Gula per 2025
Pemerintah Indonesia memastikan tidak akan melakukan impor gula untuk konsumsi pada tahun 2025. Keputusan ini diambil setelah stok gula dalam negeri dinyatakan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahkan di tengah tantangan cuaca ekstrem.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan bahwa stok gula nasional diproyeksikan mencapai 1,4 juta ton, sementara produksi gula dalam negeri ditargetkan sebesar 2,6 juta ton pada tahun depan. Dengan jumlah tersebut, kebutuhan gula konsumsi nasional dipastikan terpenuhi tanpa perlu impor.
"Kami pastikan tahun depan tidak akan ada impor gula untuk konsumsi, karena stok lebih dari cukup," kata Menko Pangan dikutip dari ANTARA, Rabu (18/12/2024).
Ketahanan Pangan Jadi Prioritas
Keputusan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Tidak hanya gula, Indonesia juga menghentikan impor untuk komoditas lain seperti beras, jagung, dan garam konsumsi pada 2025.
Menurut Zulkifli, kondisi stok pangan saat ini sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 atau Nataru.
"Stok pangan lebih dari cukup. Kita targetkan kebutuhan dalam negeri sepenuhnya bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri," ujarnya.
Advertisement
Strategi Tingkatkan Produksi Gula
Untuk mencapai target produksi gula sebesar 2,6 juta ton, pemerintah akan menggenjot sejumlah inisiatif, termasuk:
- Pengembangan bibit baru dengan hasil panen yang lebih produktif.
- Perbaikan manajemen perkebunan guna meningkatkan efisiensi dan hasil produksi.Kerja sama dengan pelaku UKM untuk memperkuat rantai pasok gula dalam negeri.
Komoditas Lain Juga Aman
Selain gula, stok komoditas pangan lainnya juga dipastikan mencukupi untuk kebutuhan nasional pada 2025:
- Beras: Target produksi sebesar 32 juta ton, sementara kebutuhan nasional sekitar 31 juta ton.
- Jagung (pakan ternak): Target produksi mencapai 16,68 juta ton, dengan kebutuhan dalam negeri sekitar 13 juta ton.
- Garam konsumsi: Target produksi sebesar 2,25 juta ton, sementara kebutuhan nasional sebesar 1,76 juta ton.