Liputan6.com, Jakarta - Harga emas hari ini pulih setelah sebelumnya menyentuh level terendah dalam satu bulan. Penguatan harga emas hari ini melanjutkan kenaikan pada Kamis kemarin yang mencapai level tertinggi harian di sekitar USD 2.622 per ons. Kenaikan harga emas didorong oleh sentimen risiko global yang memburuk.
Pemulihan harga emas dipicu oleh memburuknya sentimen risiko global setelah pengumuman hawkish dari Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu. Selain itu, risiko geopolitik dan kekhawatiran perang dagang turut mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Baca Juga
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa tren bearish kembali mendominasi pergerakan harga emas.
Advertisement
"Proyeksi hari ini menunjukkan bahwa harga emas berpotensi turun hingga USD 2.583. Namun, jika terjadi rebound dari level tersebut, emas diperkirakan dapat naik kembali hingga USD 2.621 sebagai target terdekatnya," kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (20/12/2024).
Andy juga menekankan bahwa investor perlu memperhatikan area kritis ini untuk menentukan langkah trading selanjutnya. Jika harga emas gagal bertahan di atas level support USD 2.583, potensi pelemahan lebih lanjut dapat terjadi. Sebaliknya, rebound yang kuat dari level ini dapat memberikan peluang bagi para trader untuk masuk ke posisi buy jangka pendek.
Â
Dukungan Aset Safe Haven
Meskipun harga emas mengalami sedikit rebound pada Jumat pagi di level USD 2.601, tekanan dari sikap hawkish The Fed tetap membatasi kenaikan logam mulia. The Fed, sesuai ekspektasi, menurunkan suku bunga acuan untuk ketiga kalinya sejak September. Namun, mereka juga memberikan sinyal untuk memperlambat laju penurunan suku bunga ke depan, yang mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kenaikan imbal hasil obligasi 10 tahun AS ke level tertinggi sejak Mei membantu Dolar AS mempertahankan posisinya di level tertinggi dua tahun.
Hal ini menjadi faktor pembatas bagi logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil. Di sisi lain, dot plot The Fed menunjukkan bahwa pejabat bank sentral memperkirakan suku bunga dana The Fed akan turun menjadi 3,9% pada tahun 2025, dengan dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Selain itu, efek spillover dari pasar ekuitas AS yang tertekan turut menyeret saham Asia turun tajam pada Kamis.
Kondisi ini memberikan dukungan bagi aset-aset safe haven, termasuk emas, sehingga membantu pemulihannya dari level terendah satu bulan. Namun, para pedagang tetap berhati-hati terhadap potensi kenaikan emas yang terbatas akibat kekuatan Dolar AS.
Â
Advertisement
Tantangan Besar Harga Emas
Fokus pasar hari ini akan tertuju pada data ekonomi AS, seperti laporan akhir PDB Kuartal III dan klaim pengangguran awal mingguan.
Data ini diharapkan dapat memberikan dorongan jangka pendek terhadap pergerakan Dolar AS dan emas. Selain itu, perhatian pasar juga mengarah pada rilis Indeks Harga Belanja Konsumsi Perorangan (PCE) pada hari Jumat, yang merupakan indikator inflasi pilihan The Fed. Hasil dari data ini akan menjadi penentu utama bagi pergerakan harga emas dalam beberapa waktu ke depan.
Secara keseluruhan, harga emas menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan momentum bullish ditengah sentimen risiko global yang memburuk dan kebijakan hawkish The Fed.
Meskipun aksi jual di pasar ekuitas memberikan dukungan sementara bagi logam mulia ini, penguatan Dolar AS dan imbal hasil obligasi AS tetap menjadi penghambat utama.