Liputan6.com, Jakarta Ekonom, sekaligus Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda mengingatkan bahwa faktor eksternal akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin terbatas, karena faktor ekspor-impor dan perekonomian global yang memburuk.
"Tensi di Timur Tengah dan ekonomi Eropa bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih lambat lagi. Target pertumbuhan ekonomi 5 persen menjadi tidak relevan," ujar Huda kepada Liputan6.com di Jakarta, dikutip Rabu (25/12/2024).
Baca Juga
Sebagai catatan, Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,8–5,6% pada 2025 mendatang.
Advertisement
Sedangkan untuk 2024 ekonomi RI diprakirakan berada dalam kisaran 4,7–5,5%. BI juga mengakui, ekspor nonmigas diperkirakan melambat dipengaruhi ekonomi global yang belum kuat.
Krisis Sejumlah Negara
Seperti diketahui, sejumlah negara di dunia tengah dihadapi krisis politik dan perdagangan yang memicu kekhawatiran pada perekonomian menjelang tahun 2025. BI memperkirakan ekonomi global akan melambat menjadi 3,1% di 2025 dari sebesar 3,2% pada 2024
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Prancis mengalami keruntuhan menyusul mosi tidak percaya yang bersejarah yang dipicu oleh perselisihan anggaran yang memaksa Perdana Menteri Michel Barnier dan anggota Kabinetnya mengundurkan diri, langkah pertama sejak 1962.
Kemudian pada pertengahan Desember 2024, Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk pemimpin sentris Francois Bayrou sebagai perdana menteri baru dalam upaya mengakhiri krisis politik di negara itu.
Adapun ekonomi terbesar di Eropa, yakni Jerman yang diproyeksi akan melihat pertumbuhan tahun 2025 hanya sebesar 0,3%, menurut Goldman Sachs.
Bundesbank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jerman yang lebih lemah sebesar 0,2%, sementara Kiel Institute memperkirakan stagnasi total sebesar 0,0%, seperti dikutip dari Euro News, Rabu (25/12/2024).
Ancaman Perdagangan Global
Tak hanya itu, sektor perdagangan juga dibayangi oleh rencana kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump yang akan menaikkan tarif impor pada barang-barang hingga komoditas dari China, Kanada, dan Meksiko. Adapun konflik Israel-Palestina di Timur Tengah yang belum menunjukkan tanda akan mereda.
Namun, jika dilihat dampaknya pada ekonomi domestik, Nailul Huda melihat konflik di Timur Tengah tidak akan menjadi faktor utama lesunya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kondisi domestik Indonesia tengah memburuk. Pertama, terjadi perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun 2014 mencapai 5,15 persen," jelasnya.
"Sedangkan tahun 2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di angka 4,8 persen. Padahal klaim Pemerintahan Jokowi, inflasi berada di situasi terkendali rendah. Namun konsumsi rumah tangga kita terus merosot yang menandakan masyarakat enggan mengkonsumsi barang lebih banyak," imbuh Huda.
Advertisement