Sukses

Jalur Alternatif Puncak Bogor Jarang Dilewati Wisatawan, Wamenhub Gerak Cepat

Wamenhub Suntana menambah sejumlah perlengkapan jalan untuk optimalkan jalur alternatif di kawasan Puncak.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub), Suntana mengatakan, jalur alternatif di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor jarang digunakan wisatawan. Penyebabnya, karena minim rambu lalu lintas.

Guna memaksimalkan jalur tersebut dan mengurangi kepadatan di jalur utama, Wamenhub Suntana menambah sejumlah perlengkapan jalan. Adapun fasilitas keselamatan jalan yang telah dipasang antara lain Alat Penerangan Jalan (APJ), rambu peringatan, rambu petunjuk, serta Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan (RPPJ).

"Jalur alternatif ini masyarakat masih belum mau memakai lantaran minimnya rambu lalu lintas dan penerangan jalan. Alhamdulillah ini sudah dipasang," kata Suntana dalam keterangan resmi, Kamis (26/12/2024).

"Kepada masyarakat bisa memanfaatkan jalur alternatif ini dan dimohon untuk mendengarkan informasi yang disampaikan dari instansi terkait, dalam hal ini Polres Bogor sebagai penjuru," imbuhnya.

Dari hasil pantauannya, sejak 18-25 Desember 2024, volume kendaraan maupun masyarakat yang menuju kawasan Puncak mengalami peningkatan dibanding hari biasa. Namun, kenaikan mobilitas ini tidak signifikan jika dibanding periode sama tahun lalu. 

Pada 2025, Kemenhub dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Bogor dan Polres Bogor akan menyediakan bus sebagai alternatif transportasi masyarakat ke kawasan Puncak.

Sebanyak 15 hingga 20 unit bus akan disiapkan dengan skema subsidi sehingga masyarakat dapat membeli tiket dengan harga terjangkau. Dengan bus ini, perjalanan ke kawasan Puncak diharapkan menjadi lebih lancar, aman, dan selamat. 

"Teman-teman yang suka naik motor ke atas bisa beralih menggunakan bus. Bus akan start dari Cibinong dan megangkut masyarakat ke Puncak," ujar Wamenhub. 

 

2 dari 5 halaman

Rakor di Puncak

Wamenhub Suntana melakukan pemantauan dan koordinasi di Posko Pelayanan Nataru Simpang Gadog serta meninjau jalan alternatif menuju kawasan Puncak. 

"Kementerian Perhungan bersama dengan instansi terkait dalam hal ini diwakili oleh Polres Bogor serta Dinas Perhubungan Bogor mencoba memberikan optimalisasi pelayanan, yang terbaik agar masalah lalu-lintas seperti kemacetan, laka lantas, dan lain-lain bisa terselesaikan lebih cepat dibanding tahun sebelumnya," ujar Wamenhub. 

Sebelumnya, Kemenhub bersama dengan pemangku kepentingan terkait, di antaranya Pemerintah Kabupaten Bogor, Polda Jawa Barat, Polres Bogor, Kementerian Pekerjaan Umum, PT Jasa Marga serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia telah menggelar rapat koordinasi guna mempersiapkan penanganan lalu lintas di kawasan Puncak. 

"Salah satu kesepakatan rapat yakni mengoptimalisasi jalur alternatif menuju Puncak," pungkasnya.

3 dari 5 halaman

Kemenhub Berangkatkan 93 Bus Mudik Gratis Nataru

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi melepas keberangkatan perjalanan mudik gratis angkutan jalan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), Selasa (24/12). Pelepasan mudik bus gratis dilakukan di dua titik, yakni Terminal Terpadu Pulogebang dan Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub, terdapat potensi pergerakan masyarakat pada masa libur Nataru 2024/2025 secara nasional sebanyak 110,67 juta orang, dimana pergerakan dengan moda angkutan bus sebesar 6,54 juta orang.

"Guna memberikan pelayanan kepada masyarakat serta untuk mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas khususnya sepeda motor dan mengurangi kepadatan lalu lintas yang sering terjadi pada masa liburan ini, Kemenhub menyelenggarakan Mudik Gratis Angkutan Jalan," ujar Wakil Menteri Perhubungan Suntana di Terminal Pulogebang, Jakarta, Selasa (24/12/2024).

Kegiatan Mudik Gratis Angkutan Jalan Nataru Tahun 2024 diselenggarakan Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Total Pemudik Motor 3.522 Peserta

Mudik gratis penumpang dan motor ini memiliki total kuota mudik sebanyak 3.522 peserta, dengan jumlah tujuan mudik sebanyak 11 kota, yakni Malang, Surabaya, Kediri, Madiun, Yogyakarta, Solo, Semarang, Wonogiri, Wonosobo, Purwokerto, dan Cilacap.

Jumlah bus yang digunakan total sebanyak 93 bus. Sebanyak 63 bus untuk 2.392 penumpang diberangkatkan dari Terminal Terpadu Pulogebang, dan sebanyak 30 bus untuk 1.130 penumpang diberangkatkan dari Terminal Kampung Rambutan.

"Untuk Ibu Bapak sekalian, tolong selama di perjalanan berhati-hati. Jaga barang bawaan dan anak-anak. Jaga kesehatan. Untuk para supir dan kenek, pesan saya patuhi aturan lalu lintas dan jaga kecepatan maksimal bus. Selamat jalan, selamat sampai tujuan, dan selamat liburan seru Nataru," seru Wamenhub.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Pentingnya Pengelolaan Moda Transportasi di Musim Libur Nataru

Sebelumnya, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menyoroti pentingnya pengelolaan transportasi yang tepat sasaran dan berbasis fakta lapangan, bukan sekadar mengandalkan data statistik hasil survei. Pendekatan ini dinilai penting untuk menghadapi lonjakan pergerakan masyarakat selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Djoko menekankan bahwa keselamatan transportasi, khususnya di sektor wisata, harus menjadi perhatian utama guna memastikan kelancaran dan keamanan perjalanan.

Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan pada 2024, diperkirakan sebanyak 110,67 juta orang akan melakukan perjalanan selama Nataru.

Angka tersebut mewakili sekitar 39,30% dari total populasi, dengan mayoritas perjalanan berfokus di Pulau Jawa. Sebanyak 10 provinsi menjadi tujuan utama, yaitu:

  • Jawa Tengah (17,10%)
  • DI Yogyakarta (15,77%)
  • Jawa Barat (11,78%)
  • Jabodetabek (10,34%)
  • Jawa Timur (8,85%)
  • Sumatera Utara (5,70%)
  • Bali (5,55%)
  • Sumatera Barat (3,26%)
  • Lampung (3,08%)
  • Sulawesi Selatan (2,66%). 
5 dari 5 halaman

Moda Transportasi yang Digunakan

Djoko menyebutkan mobil pribadi menjadi moda transportasi utama yang digunakan masyarakat, dengan rincian:

  • Mobil: 36,07% (39,92 juta perjalanan)
  • Sepeda motor: 17,71% (19,6 juta perjalanan)
  • Kereta api: 15,05% (16,64 juta perjalanan)
  • Transportasi udara: 12,85% (14,22 juta perjalanan)
  • Kapal penyeberangan: 4,90% (5,43 juta perjalanan).Â