Sukses

Chearavanont, Berawal dari Usaha Toko Benih hingga Jadi Keluarga Terkaya di Dunia

Kekayaan Keluarga Chearavanont berasal dari perusahaan raksasa agribisnis. Kekayaan keluarga ini berada di posisi 19 dari 25 keluarga terkaya di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Keluarga Chearavanont dari Thailand adalah salah satu keluarga terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 44,1 miliar atau sekitar Rp 712,7 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.158).

Dilansir dari vnexpress.net pada Jumat, 27 Desember 2024,  kekayaan ini berasal dari perusahaan raksasa agribisnis yaitu Charoen Pokphand (CP) Group. Menurut Bloomberg, keluarga ini menduduki posisi ke-19 dalam daftar 25 keluarga terkaya di dunia.

Awal Mula dari Toko Benih

Perjalanan keluarga Chearavanont dimulai pada 1920-an ketika Chia Ek Chor dan saudaranya membuka toko kecil bernama Chia Tai di Bangkok. Toko ini menjual benih yang diimpor dari Tiongkok kepada petani Thailand. Pada tahun 1946, nama perusahaan diubah menjadi Charoen Pokphand, yang berarti “kemakmuran bagi konsumen” dalam bahasa Thailand.

Putra bungsu dari pendiri, Dhanin Chearavanont memainkan peran besar dalam mengubah bisnis keluarga menjadi salah satu konglomerat terbesar di Thailand. “Saya tidak pernah membayangkan bisnis ini akan tumbuh hingga skala seperti sekarang,” katanya dalam sebuah acara pada September lalu.

Tahun 1969, Dhanin mengambil alih kepemimpinan CP Group. Dia berhasil membawa banyak perubahan, salah satunya adalah mendatangkan profesional dari luar untuk membantu mengelola perusahaan. "Pemula hanya dapat menjalankan bisnis dalam jangka waktu tertentu sebelum operasinya menjadi terlalu besar dan rumit,” katanya.

CP Group kini memiliki pendapatan sebesar 3,32 triliun baht atau sekitar USD 97,28 miliar dan telah beroperasi di 21 negara. Portofolionya mencakup sektor antara lain pakan ternak, agribisnis, telekomunikasi, ritel, keuangan, kesehatan, hingga otomotif.

Adapaun beberapa akuisisi penting yang dilakukan oleh grup ini meliputi:

  • Ping An Insurance (Tiongkok) senilai USD 9,4 miliar pada 2012.
  • Siam Makro (Thailand) senilai USD 6,6 miliar pada 2013.
  • Tesco Thailand dan Malaysia senilai USD 10,6 miliar pada 2020.

 

2 dari 3 halaman

Kepemimpinan dan Strategi Keluarga

Salah satu keputusan penting Dhanin yaitu memisahkan kepemilikan dan manajemen. Dia meyakinkan saudara-saudaranya untuk menjadi pemegang saham sambil menyerahkan pengelolaan bisnis kepadanya. “Saya belajar dari pengalaman bahwa pemisahan kepemilikan dan manajemen itu penting,” katanya.

Dhanin juga melarang anak-anaknya untuk langsung terjun ke bisnis inti perusahaan. “Anak-anak harus belajar di bawah majikan lain sebelum menjadi pemimpin,” katanya kepada TIME pada tahun 2004.

Anak-anak Dhanin kini memimpin beberapa divisi CP Group. Pada tahun 2017, Dhanin menyerahkan jabatan ketua kepada putra sulungnya, Soopakij, dan jabatan CEO kepada putra keduanya, Suphachai.

Suatu ketika terjadi krisis keuangan Asia tahun 1997, Dhanin terpaksa harus menjual beberapa aset perusahaan untuk melunasi utang. Namun, dia berhasil membangun kembali bisnisnya hanya dalam lima tahun. “Rasanya buruk, tetapi saya selalu percaya bahwa kami akan bangkit kembali,” katanya.

 

3 dari 3 halaman

Dukungan dari Masyarakat

Di tengah pandemi Covid-19, CP Group mendirikan pabrik masker wajah dengan kapasitas 100.000 unit per hari dan menyediakan makanan gratis ke rumah sakit.

Dhanin mengungkapkan bahwa keberhasilan CP Group tidak terlepas dari dukungan masyarakat Thailand. “Jika kantor pusat kami tidak berada di Thailand, CP Group seperti sekarang ini tidak akan ada,” katanya. Dia juga menyoroti pentingnya ikatan keluarga yang kuat dan dukungan antaranggota keluarga dalam membangun suatu bisnis.

 

Video Terkini