Sukses

Jelang Tahun Baru 2025, Harga Telur Tembus Rp 30 Ribu dan Cabai Rawit Rp 56 Ribu

Selain harga telur yang nai, harga komoditas cabai merah keriting naik 1,05 persen atau Rp 480 menjadi Rp 46.280 per kg; begitu pun cabai rawit merah naik 0,88 persen atau Rp 490 menjadi Rp 56.130 per kg.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah harga pangan merangkak naik sejak awal pekan ini hingga beberapa hari menjelang perayaan Tahun Baru 2025 ini. Harga pangan yang terpantau naik adalah telur ayam, beras premium, cabai, dan minyak goreng. 

Menilik data Badan Pangan Nasional (Bapanas), dikutip dari Antara Sabtu (28/12/2024) pagi, harga telur ayam ras naik menjadi Rp 30.710 per kilogram (kg), sedangkan daging sapi murni turun menjadi Rp 133.930 per kg. Harga pangan ini merupakan harga di tingkat pedagang eceran secara nasional.

Untuk komoditas lainnya seperti beras premium naik 0,58 persen atau Rp 90 menjadi Rp 15.490 per kg. Beras medium turun 0,59 persen atau Rp 80 menjadi Rp 13.390 per kg, beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik di 0,08 persen atau Rp 10 menjadi Rp 12.500 per kg.

Selanjutnya komoditas bawang merah terpantau turun 0,02 persen atau Rp 10 menjadi Rp 40.500 per kg, bawang putih bonggol naik 0,40 persen atau Rp 170 menjadi Rp 42.660 per kg.

Kemudian, harga komoditas cabai merah keriting naik 1,05 persen atau Rp 480 menjadi Rp 46.280 per kg; begitu pun cabai rawit merah naik 0,88 persen atau Rp 490 menjadi Rp 56.130 per kg.

Selanjutnya harga daging sapi murni turun 0,95 persen atau Rp 1.290 menjadi Rp 133.930 per kg, daging ayam ras naik 0,27 persen atau Rp 100 menjadi Rp 37.650 per kg; begitu pun telur ayam ras naik 0,29 persen atau Rp 90 menjadi Rp 30.710 per kg.

Komoditas kedelai biji kering (impor) terpantau naik 0,48 atau Rp 50 menjadi Rp 10.410 per kg; sedangkan gula konsumsi turun 0,17 persen atau Rp 30 menjadi Rp 17.950 per kg.

2 dari 4 halaman

Komoditas Lain

Selanjutnya minyak goreng kemasan sederhana naik 0,11 persen atau Rp20 menjadi Rp18.760 per kg; sedangkan minyak goreng curah juga turun 1,25 persen atau Rp220 menjadi Rp17.350 per kg.

Kemudian komoditas tepung terigu curah turun 2,09 persen atau Rp210 menjadi Rp9.860 per kg; begitu pula terigu non curah juga turun 1,53 persen atau Rp200 menjadi Rp12.870 per kg.

Berbeda dengan harga jagung di tingkat peternak naik 1,31 persen atau Rp80 menjadi Rp6.190 per kg; begitu pula harga garam halus beryodium naik 1,30 persen atau Rp150 menjadi Rp11.680 per kg.

Selanjutnya, untuk harga ikan kembung terpantau turun hingga 2,47 persen atau Rp 960 menjadi Rp 37.930 per kg; sedangkan ikan tongkol turun 1,10 persen atau Rp 360 menjadi Rp 32.350 per kg; begitu pun dengan ikan bandeng juga turun 4,77 persen atau Rp 1.620 menjadi Rp32.370 per kg.

3 dari 4 halaman

Tenang! Harga Beras Stabil Jelang Nataru

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo mengungkapkan 2024 menjadi salah satu tahun di mana harga beras biasanya tinggi pada akhir tahun, tetapi saat ini relatif stabil. Arief menjelaskan hal ini disebabkan oleh cadangan pangan pemerintah ada.

“Walaupun kondisi biasanya di Desember dan Januari produksi di bawah karena memang kita masih banyak hujan sawahnya tapi kita bisa stabilkan harga khususnya beras. Harganya baik relatif stabil karena cadangan pangan pemerintah ada,” kata Arief kepada wartawan usai menghadiri konferensi pers, Paket Kebijakan Ekonomi di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin (16/12/2024). 

Arief menjelaskan saat ini cadangan pangan pemerintah yang ada di Bulog mencapai 2 juta ton. Arief menambahkan untuk komitmen produksi dari Kementerian Pertanian 32 juta ton [ada 2025. 

“Tahun ini 30 juta ton, untuk tahun depan 32 juta ton cadangan pangan pemerintah yang ada di bulog ada 2 juta ton. Pak Prabowo juga menyampaikan ini merupakan cadangan pangan terbesar selama ini dalam beberapa tahun terakhir,” jelas Arief.

4 dari 4 halaman

Imbauan ke Pemda

Arief menambahkan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk mengimbau pemerintah daerah harus punya neraca pangan daerah masing-masing.

Ini akan menunjukkan mana saja daerah yang menjadi daerah konsumen dan produsen. Jakarta misalnya, menurut Arief yang merupakan daerah konsumen. 

“Jadi BUMD pangannya sudah tahu kebutuhan berasnya berapa, kemudian berapa yang diambil dari daerah mana, berapa yang dicadangkan. Jadi masing-masing pemerintah daerah bertanggung jawab atas pangan di daerahnya masing-masing,” pungkasnya.