Sukses

Makan Bergizi Gratis Sasar 19,47 Juta Orang di 2025, Anggaran Rp 71 Triliun Cukup?

Apakah dana Makan Bergizi Gratis ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi 19,47 juta penerima manfaat?

Liputan6.com, Jakarta Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan resmi diluncurkan pada 6 Januari 2025 dengan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun untuk satu tahun penuh. Namun, pertanyaan muncul: apakah dana Makan Bergizi Gratis ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi 19,47 juta penerima manfaat?

Anggaran Rp71 Triliun Dinilai Belum Memadai

Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Media Wahyudi Askar, menilai bahwa anggaran sebesar Rp71 triliun pada tahun perdana MBG masih belum mencukupi.

“Anggaran sebesar Rp71 triliun ini bertujuan untuk menjangkau 19,47 juta orang. Namun, ini menjadi problematik karena nominal tersebut terlihat sangat terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan program,” ujar Media Wahyudi dalam acara peluncuran laporan bertajuk Makan Bergizi Gratis: Polemik Skema Penyaluran MBG, Senin (30/12/2024).

Tantangan pada Nominal Per Porsi

Media Wahyudi juga menyoroti alokasi anggaran per porsi makanan bergizi yang ditetapkan sebesar Rp10.000. Ia menyebut bahwa angka tersebut belum mencakup kejelasan dana untuk membangun ekosistem penyediaan makanan bergizi.

“Dengan alokasi Rp10.000 per porsi, masih banyak pertanyaan tentang bagaimana ekosistem yang akan mendukung pelaksanaan program ini dapat dibangun,” jelasnya.

Distribusi Logistik Masih Jadi Pertanyaan

Selain itu, Media Wahyudi mengungkapkan kekhawatiran terkait skema distribusi logistik. Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai mekanisme penyaluran makanan, termasuk peran dapur umum atau kantin sekolah dalam memasok makanan bergizi bagi siswa.

“Masih belum jelas bagaimana biaya logistik dan operasionalnya akan dikelola. Apakah makanan akan disalurkan melalui dapur umum, ataukah sekolah-sekolah dengan kantin yang sudah ada akan diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan siswa?” tambahnya.

 

2 dari 3 halaman

Optimasi Anggaran Menjadi Tantangan

Dengan target menjangkau 19,47 juta orang, Media Wahyudi mengungkapkan bahwa alokasi anggaran Rp71 triliun kemungkinan sulit dioptimalkan untuk memastikan kebutuhan gizi seluruh penerima manfaat terpenuhi.

“Anggaran ini terlihat sulit dioptimalkan untuk menyasar jumlah penerima manfaat yang sangat besar. Ini menjadi tantangan besar bagi keberhasilan program MBG,” pungkasnya.

Kata Kunci SEO: Program Makan Bergizi Gratis, anggaran Rp71 triliun, tantangan MBG 2025, ekosistem penyediaan makanan bergizi, logistik MBG, kantin sekolah.

3 dari 3 halaman

Awas Serbuan Bahan Baku Impor

Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mewanti-wanti pasokan bahan pangan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program andalan Presiden Prabowo Subianto itu ditargetkan meluncur pada 6 Januari 2024.

Dia menyoroti bahan pangan untuk program MBG tidak diambil dari impor. Setidaknya ada dua hal yang jadi perhatiannya; pertama, soal jejak karbon dari pengadaannya; kedua, dampak ekonomi yang tidak dirasakan daerah.

"Dalam konteks ekologi ekonomi ketika bahan bakunya dihasilkan dari produk impor maka nilai ekonomi, kesempatan ekonominya lebih akan tidak dinikmati oleh petani di Indonesia," kata Said Abdullah kepada Liputan6.com, Senin (30/12/2024).

Dia mengatakan, jika bahan pangannya diambil dari dalam negeri pun, produksinya harus betul-betul diperhatikan. Termasuk memperhatikan dampak terhadap ekologi atau lingkungan.

Namun, pada aspek ini, dia tak berbicara hanya soal kandungan kimia seperti pestisida. Tapi juga dampak kemasan makanan terhadap lingkungan.

"Tidak hanya misalnya lebih ramah lingkungan atau tidak mengandung kimiawi yang tinggi tapi juga bagaiamana program ini tidak memyumbang kerusakan ekologi," tuturnya.

Berikutnya, Said mewanti-wanti perlunya pengelolaan pasca makanan yang dibagikan itu tidak merusak lingkungan. Misalnya, pengelolaan sampah makanan dari menu-menu MBG.

"Mungkin pada beberapa banyak anak-anak yang menyisakan makanan ya karena tidak sesuai selera atau mungkin belum cocok di lidah mereka atau porsinya terlalu besar dan ini juga perlu dipikirkan skenarionya supaya tidak terjadi food waste dan food lost dan sampah kemasan yang ujungnya menimbulkan persoalan ekologis," terangnya

Video Terkini