Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengungkapkan bahwa proyek pembangunan Bandara Bali Utara masih dalam tahap kajian yang mendalam oleh pemerintah.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan konektivitas di Bali, mengingat pertumbuhan jumlah wisatawan dan kebutuhan infrastruktur yang terus berkembang.
Baca Juga
Menurut AHY, meskipun ide pembangunan bandara di Bali Utara telah lama dibicarakan, pemerintah masih melakukan studi untuk memastikan kelayakannya.
Advertisement
"Ya kita akan terus lakukan studinya, Saya juga beberapa saat yang lalu mendapatkan arahan dari Pak Presiden Prabowo Sudianto Untuk benar-benar dipelajari dengan baik," kata AHY saat melakukan peninjauan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Selasa, (31/12/2024).
Penekanan pada studi yang matang menjadi penting mengingat faktor supply dan demand yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Selain itu, Menteri AHY juga menyoroti pentingnya melakukan proyeksi jangka panjang terhadap kapasitas Bandara Ngurah Rai yang kini menjadi satu-satunya bandara utama di Bali.
Proyeksi tersebut meliputi kebutuhan transportasi udara dalam kurun waktu satu tahun, lima tahun, hingga sepuluh tahun ke depan, bahkan sampai tahun 2045. Rencana jangka panjang ini bertujuan untuk mengakomodasi peningkatan kebutuhan penguatan konektivitas, tidak hanya untuk Bali, tetapi juga bagi pengembangan ekonomi di wilayah sekitar.
"Dihadapkan dengan berbagai faktor sekali lagi ada supply dan demand, kita lihat kapasitas Ngurah Rai seperti apa dan proyeksinya kan harus ada proyeksi setahun ke depan, lima tahun, sepuluh tahun, sampai 2045 bahkan kita bikin rencana jangka panjang yang juga mengakomodasi kebutuhan dari penguatan konektivitas dan termasuk Bali," ujarnya.
Pusat Pariwisata
AHY mengakui bahwa Bali selatan, yang selama ini menjadi pusat pariwisata dan aktivitas ekonomi, kini menghadapi masalah beban infrastruktur yang cukup berat. Ia mengungkapkan bahwa pengembangan Bandara Bali Utara menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi beban tersebut.
"Ada atensi khusus memang Bali ini apakah sudah terlalu berat beban yang ditanggung di wilayah selatan Bali, bagaimana kalau dikembangkan di Utara, tapi saya tidak ingin buru-buru Saya hanya menyampaikan pada kesempatan ini sedang kami telah dengan baik studinya terus dijalankan Dan ini melibatkan semua stakeholders," ujarnya.
Pemerintah pusat, lanjutnya, harus mendengarkan masukan dari pemerintah daerah dan semua pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan proyek ini. Oleh karena itu, studi yang dilakukan bukan hanya menyangkut aspek teknis dan finansial, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin timbul.
Prabowo Mau Bangun Bandara Ganggih di Bali Utara, Kalahkan Singapura
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Bali I Kadek Rambo Prasetya membuat klarifikasi soal ucapan Presiden Prabowo Subianto yang mau membuat Bali menjadi The New Singapore.
“Itu bukanlah ingin mengubah Bali seperti Singapura baru, namun yang dimaksud adalah bandaranya yang modern dan canggih di Singapura atau Hongkong diadopsi untuk dibangun di Bandara Bali Utara,” kata Rambo dikutip dari Antara, Senin (4/11/2024).
Di Denpasar, Senin, ia meluruskan hal itu, sebab banyak komentar masyarakat yang tidak setuju mengubah Bali menjadi Singapura.
Diketahui pada Minggu (3/11/2024), Presiden Prabowo menghadiri jamuan makan siang di sebuah warung makan di Denpasar sambil berbicara soal pemerintahan.
Kepala Negara juga menyinggung komitmennya untuk membangun infrastruktur transportasi udara di Bali Utara demi kesejahteraan masyarakat.
“Saya ingin membangun North Bali International Airport, kita akan bikin Bali mungkin The New Singapore atau The New Hongkong, dimana pusatnya nanti kawasan ini,“ kata Presiden yang juga Ketua Umum Partai Gerindra.
Rambo mengklarifikasi bahwa Prabowo tak ingin mengubah Bali menjadi negara lain, justru meminta Bali mempertahankan budaya yang ada.
Namun, fokus utama dalam pembangunan bandara adalah mempelajari teknologi dan standar internasional, mirip dengan bandara-bandara moderen di Singapura dan Hongkong.
“Hal ini sesuai dengan prinsip yang selalu ditekankan oleh Pak Prabowo untuk menjaga adat dan budaya Bali dalam pidato sebelumnya,” ujar Rambo.
Advertisement
Erick Thohir Batalkan Proyek Terminal 4 Bandara Soetta Senilai Rp 14 Triliun, Kenapa?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Kementerian BUMN telah melakukan efisiensi dengan membatalkan proyek pembangunan terminal 4 Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang dan menggantinya dengan perbaikan pada terminal 1,2, dan 3.
Menurut Erick, rencana penambahan terminal 4 Bandara Soetta membutuhkan dana yang sangat besar yakni sebesar Rp14 triliun. Ia pun bergerak cepat dengan melakukan kajian komprehensif terkait rencana tersebut, dan menemukan opsi yang jauh lebih efisien.
"Setelah kita melakukan review di kepemimpinan kami, ternyata terminal 4 tidak diperlukan, tetapi hanya memerlukan perbaikan pada terminal 1, 2 dan 3 dengan kebutuhan dana hanya sebesar Rp1 triliun, sehingga kita bisa melihat lonjakan kapasitas bandara yang angkanya hampir mencapai 80-100 juta penumpang, itu efisiensi yang luar biasa," kata Erick di Jakarta, Senin.
Hal ini menjadi salah satu cerita sukses di Kementerian BUMN. Erick memastikan, BUMN harus mampu bekerja secara efektif dan efisien, serta bijak dalam menggunakan anggaran, baik dari kas perusahaan maupun dari negara.
Menurut dia, ini merupakan bentuk komitmen dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk pertumbuhan ekonomi.
Perbaikan Fasilitas Bandara
Perbaikan fasilitas di bandara merupakan bentuk dukungan konkret dalam peningkatan sektor pariwisata Indonesia. Selain Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Erick juga akan memperbaiki Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali sebagai salah satu pintu masuk turis dari mancanegara.
"Untuk bandara Bali kita juga melakukan efisiensi, yaitu dengan melakukan renovasi, sehingga harapannya kapasitas penumpang bisa tumbuh dari 24 juta menjadi 32 juta tanpa membangun bandara baru," ucap Erick.
Namun demikian, ia mempersilakan jika ada wacana pembangunan bandara baru di Pulau Dewata. Erick mengatakan, hal ini menjadi salah satu upaya dalam memenuhi target wisatawan Bali yang diprediksi mencapai 50 juta hingga 100 juta di masa mendatang.
"Di rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Menteri Pariwisata, pariwisata akan ditargetkan hampir mencapai 20-29 juta untuk lima tahun ke depan. Artinya, dukungan ekosistem tidak lain ada di kita, yakni BUMN, melalui bandara, penerbangan, dan lain-lainnya," ujar Erick Thohir.
Advertisement