Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berada di jalur kenaikan terbesar dalam 24 tahun atau sehak 2010. Harga emas dunia melonjak 26% sepanjang 2024.
Kenaikan harga emas ini terjadi karena sepanjang 2024 terdapat sejumlah sentimen yang membuat investor memborong aset safe haven. Salah satu sentimen tersebut adalah pemangkasan suku bunga bank sentral.
Baca Juga
Namun memang, harga emas dunia sempat mengalami tekanan dan investor berubah lebih hati-hati menanggapi rencana kebijakan pemerintahan kedua Donald Trump.
Advertisement
Mengutip CNBC, Kamis (2/1/2025), harga emas spot naik 0,7% menjadi USD 2.622,85 per ons dan harga emas berjangka AS naik 0,8% menjadi USD 2.638,10 per ons.
Pembelian bank sentral yang kuat, ketidakpastian geopolitik, dan pelonggaran kebijakan moneter mendorong reli emas safe haven yang memecahkan rekor pada 2024, mendorongnya ke level tertinggi sepanjang masa di USD 2.790,15 per ons pada 31 Oktober.
Analis memperkirakan faktor-faktor yang mendukung emas batangan pada 2024 akan bertahan hingga 2025, meskipun mereka juga mengutip potensi hambatan dari kebijakan Trump yang dapat memicu inflasi dan memperlambat penurunan suku bunga Federal Reserve.
“Emas berada dalam pasar bull sekuler, tetapi arah perjalanannya tidak akan searah pada tahun 2025 seperti pada tahun 2024,” kata analis logam mulia MKS PAMP SA Nicky Shiels.
“Puncak ketakutan politik telah berlalu setelah kemenangan telak Trump. Tren pembelian Bank Sentral akan berlanjut pada kecepatan yang sama pada 2025, tetapi aliran akan tetap lebih rahasia mengingat ancaman tarif Trump pada negara-negara yang dianggap secara aktif melakukan de-dolarisasi.” jelas dia.
Euforia Trump
Emas batangan tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah, bertindak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik.
Reli tersebut kehilangan momentum pada bulan November karena dolar menguat dampak "euforia Trump." Pada bulan tersebut AS tengah melakukan pemilu dan hasilnya Donald Trump mampu mengalahkan kandidat saingannya yaitu Kamala Harris.
"Kami pikir pasar emas telah berhenti sejenak setelah pemilihan presiden AS tetapi akan kembali pada 2025 didukung oleh kemerosotan lebih lanjut di pasar tenaga kerja AS, suku bunga yang masih tinggi membebani pertumbuhan, dan permintaan ETF yang lebih tinggi," kata analis logam Citi Global Markets Tom Mulqueen.
Advertisement
Logam Mahal Lainnya
Perak menuju tahun terbaiknya sejak 2020, setelah naik hampir 22% sejauh ini. Platinum dan paladium ditetapkan untuk kerugian tahunan dan telah turun lebih dari 8% dan 17%.
Mulqueen dari Citi melihat harga perak naik menjadi $36 per ons sebagai respons terhadap defisit pasar yang besar dan pemotongan suku bunga Fed hingga tahun 2025. Mengutip hambatan untuk pertumbuhan permintaan industri pada tahun 2025, ia tidak berharap hal itu akan mengungguli emas.