Liputan6.com, Jakarta - Ukraina telah menghentikan pengangkutan gas Rusia ke Eropa melalui wilayahnya, setelah kesepakatan penting dengan Moskow berakhir pada hari Rabu (1/1/2025).
Keputusan Ukraina untuk tidak memperbarui kesepakatan transit tersebut merupakan langkah yang telah diantisipasi, setelah hampir tiga tahun perang skala penuh dengan Rusia, juga setelah Eropa secara drastis memangkas porsi impor gas dari Moskow.
Baca Juga
Mengutip CNN Business, Kamis (2/1/2025) Kementerian energi Ukraina mengatakan bahwa kesepakatan pemberhentian angkutan gas itu berakhir demi kepentingan keamanan nasional.
Advertisement
"Kami telah menghentikan transit gas Rusia. Ini adalah peristiwa bersejarah," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa infrastruktur transportasi gasnya telah dipersiapkan sebelum berakhirnya masa berlaku.
Tahun lalu, raksasa gas milik Rusia, Gazprom, yang menandatangani kesepakatan transit dengan Naftogaz Ukraina pada tahun 2019, mencatat kerugian sebesar USD 6,9 miliar, yang pertama dalam lebih dari 20 tahun, karena berkurangnya penjualan ke Eropa.
Kerugian itu terjadi meski ada upaya untuk meningkatkan ekspor ke pembeli baru, China.
Ukraina dilaporkan menghadapi kerugian sekitar USD 800 juta per tahun dalam biaya transit dari Rusia, sementara Gazprom akan kehilangan hampir USD 5 miliar dalam penjualan gas.
Sementara itu, beberapa negara Eropa yang masih membeli gas Rusia sebelumnya telah mengatur rute pasokan alternatif.
Kesepakatan yang berakhir itu telah mewakili sekitar 5% dari total impor gas Uni Eropa, menurut lembaga pemikir Bruegel yang berbasis di Brussels, dan terutama memasok Austria, Hongaria, dan Slovakia.
Â
Telah Lama Bersiap
Sekarang, setelah kedaluwarsa, Eropa menerima gas pipa dari Rusia melalui satu rute: Pipa Turkstream, yang membentang melalui Turki dan terus ke Bulgaria, Serbia, dan Hongaria, menurut Bruegel.
Henning Gloystein, kepala Energi, Iklim & Sumber Daya di Eurasia Group, mengatakan bahwa berakhirnya kesepakatan itu "tidak mengejutkan" tetapi diperkirakan akan memicu lonjakan harga gas spot saat pasar dibuka kembali pada hari Kamis (2/1).
"Namun, kenaikan harga besar seperti yang terlihat selama pemotongan pasokan Rusia sebelumnya tidak mungkin terjadi karena importir Eropa telah lama bersiap untuk (skenario) ini," katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar negara Eropa mengalami awal musim dingin yang ringan.
Uni Eropa telah bekerja sama dengan negara-negara selama lebih dari setahun untuk mempersiapkan kemungkinan berakhirnya kesepakatan angkutan gas Rusia dari Ukraina, kata juru bicara Komisi Eropa
Â
Advertisement
Rute Alternatif
"Infrastruktur gas Eropa cukup fleksibel untuk menyediakan gas yang bukan berasal dari Rusia ke (Eropa tengah dan timur) melalui rute alternatif," kata juru bicara itu.
"Itu telah diperkuat dengan kapasitas impor (gas alam cair) baru yang signifikan sejak 2022," ungkapnya
"Kami telah melakukan pekerjaan rumah dan telah siap menghadapi skenario ini," kata Menteri Energi Austria, Leonore Gewessler dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan energi negara tersebut telah mencari pemasok baru non-Rusia.
Namun, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengatakan bahwa penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina akan berdampak "drastis" pada Eropa tetapi tidak pada Rusia.