Sukses

Presiden Xi Jinping Pede Ekonomi China Tumbuh 5% pada 2025

Presiden Xi Jinping mengatakan ekonomi China secara keseluruhan stabil dan berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden China Xi Jinping memastikan bahwa perekonomian negaranya berada dalam jalur untuk tumbuh hingga 5% di tahun 2025.

Xi Jinping juga membantah kekhawatiran kebijakan ekonomi pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump akan merugikan prospek Beijing pada 2025.

Mengutip The Guardian, Kamis (2/1/2025) Xi Jinping, dalam pidato tahunannya berusaha meredakan kekhawatiran ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan goyah selama 12 bulan ke depan setelah pemerintah berjuang untuk mencegah resesi selama tahun 2024.

Xi Jinping mengatakan ekonomi China "secara keseluruhan stabil dan berkembang".

Dia juga menyebut, risiko di bidang-bidang utama ditangani secara efektif, sementara lapangan kerja dan harga tetap stabil.

Pidato tersebut menyusul pertemuan politbiro partai Komunis Chuna pada Desember 2024, yang secara luas dipandang sebagai sinyal komitmen terkuat terhadap stimulus ekonomi dalam satu dekade, menandai pergeseran ke arah subsidi yang lebih agresif dan pemotongan biaya pinjaman.

"Operasi ekonomi saat ini menghadapi beberapa situasi baru, tantangan dari ketidakpastian lingkungan eksternal dan tekanan transformasi dari pendorong pertumbuhan lama ke yang baru, tetapi ini dapat diatasi melalui kerja keras," jelas Xi Jinping.

Seperti diketahui, Presiden Terpilih AS Donald Trump sedang bersiap untuk mengenakan tarif tinggi pada barang impor dari China dalam menanggapi apa yang dinilainya sebagai subsidi yang tidak adil untuk produk industri China.

China juga diperkirakan akan menanggapi dengan pembatasan pada perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di China, termasuk perusahaan mobil Tesla milik Elon Musk.

 

2 dari 4 halaman

Ekonom Bloomberg Ramal Ekonomi China Tumbuh di Bawah 5%

Para pembuat kebijakan ekonomi China belum mengumumkan target pertumbuhan yang tepat untuk tahun 2025, tetapi para pejabat telah mengisyaratkan bahwa 5% akan menjadi hasilnya ketika mereka bertemu akhir Januari mendatang.

Serangkaian langkah stimulus sejak September 2024 kemungkinan telah menjaga pertumbuhan agar tidak turun di bawah 4,8% pada tahun lalu.

Namun, para ekonom di Bloomberg telah memperkirakan tingkat pertumbuhan China hanya mencapai 4,5% untuk tahun 2025.

Angka tersebut jauh di bawah tingkat yang diharapkan sebesar 5% dan jauh lebih rendah dari rata-rata 6% yang dicapai sebelum pandemi.

Tingkat pertumbuhan bahkan bisa lebih rendah dari yang ditunjukkan oleh angka resmi.

3 dari 4 halaman

Bank Dunia Dongkrak Ramalan Ekonomi China pada 2024, Apa Pendorongnya?

Sebelumnya, Bank Dunia menaikkan proyeksinya pada pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 dan 2025, tetapi memperingatkan kepercayaan rumah tangga dan bisnis yang lesu, bersama dengan hambatan di sektor properti, akan terus membebani negara itu tahun depan.

Melansir CNBC International, Jumat (27/12/2024) Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto China akan tumbuh sebesar 4,9% tahun ini, naik dari perkiraannya pada Juni sebesar 4,8%.

Kenaikan itu berkat efek pelonggaran kebijakan dan kekuatan ekspor jangka pendek. Sebagai catatan, China menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% tahun ini, sebuah tujuan yang menurut dia dapat dicapai.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi China untuk 2025 diperkirakan turun menjadi 4,5%. Namun, angka tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya sebesar 4,1%.

Pertumbuhan pendapatan rumah tangga yang lebih lambat dan efek kekayaan negatif dari harga rumah yang lebih rendah diperkirakan akan membebani konsumsi China hingga tahun 2025, imbuh Bank Dunia.

"Mengatasi tantangan di sektor properti, memperkuat jaring pengaman sosial, dan meningkatkan keuangan pemerintah daerah akan menjadi penting untuk membuka pemulihan yang berkelanjutan," kata Mara Warwick, direktur negara Bank Dunia untuk China.

"Penting untuk menyeimbangkan dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan dengan reformasi struktural jangka panjang," tambahnya.

Seperti diketahui, ekonomi terbesar kedua di dunia itu tengah berjuang tahun ini, terutama karena krisis properti dan permintaan domestik yang lesu. Kenaikan tarif barang impor oleh AS ketika Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat pada bulan Januari juga dapat memengaruhi pertumbuhan China.

 

4 dari 4 halaman

Bank Dunia Perkirakan 55% Kelas Menengah di China Tak Aman Secara Ekonomi

Sebelumnya, kelas menengah China telah berkembang secara signifikan sejak tahun 2010-an, mencakup 32% dari populasi pada tahun 2021, tetapi perkiraan Bank Dunia menunjukkan sekitar 55% masih "tidak aman secara ekonomi", yang menggarisbawahi perlunya menciptakan peluang.

Untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, otoritas China dilaporkan telah sepakat untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan tahun depan.

Angka-angka tersebut tidak akan diumumkan secara resmi hingga pertemuan tahunan parlemen China Kongres Rakyat Nasional, pada bulan Maret 2025 mendatang, dan masih dapat berubah sebelum itu.

Sementara regulator perumahan akan terus berupaya untuk membendung penurunan lebih lanjut di pasar real estat tahun depan, Bank Dunia mengatakan pemulihan sektor tersebut tidak diantisipasi hingga akhir 2025.

China Bakal Tambah Utang dan Pangkas Suku Bunga Buntut Tarif Impor Donald Trump

Sebelumnya, China akan meningkatkan defisit anggaran, menambah utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Keputusan ini diumumkan dalam keterangan pemerintah China mengenai pertemuan tahunan para pemimpin utama negara itu, yang dikenal sebagai Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) yang diadakan pada 11-12 Desember 2024.

Langkah itu dilakukan untuk bersiap menghadapi dampak ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, di mana Presiden Terpilih Donald Trump berencana menaikkan tarif impor pada barang impor dari China.

China akan meningkatkan defisit anggaran, menambah utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Keputusan ini diumumkan dalam keterangan pemerintah China mengenai pertemuan tahunan para pemimpin utama negara itu, yang dikenal sebagai Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) yang diadakan pada 11-12 Desember 2024.

Langkah itu dilakukan untuk bersiap menghadapi dampak ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, di mana Presiden Terpilih Donald Trump berencana menaikkan tarif impor pada barang impor dari China.

 

Video Terkini