Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memberi bocoran kinerja APBN 2024. Sempat mengalami tekanan pada paruh pertama, Sri Mulyani mengatakan kinerja APBN pada paruh kedua 2024 mengalami perbaikan dan ditutup jauh lebih baik.
Sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani menyoroti kinerja pasar modal sepanjang 2024 yang mengalami tekanan di tengah berbagai ketidakpastian barik dari sisi domestik maupun global. Sri Mulyani menuturkan, pada paruh pertama tahun ini pasar modal diwarnai gelaran pemilihan presiden dan El Nino.
Baca Juga
"Kita memahami tahun 2024 bukan tahun yang mudah. Di kuartal I dan kuartal II, kami di pemerintah semuanya menyadari bahwa kuartal I ada pemilihan presiden, dan ada 70 negara juga lakukan pemilu," ungkap Sri Mulyani dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025, Kamis (2/1/2025).
Advertisement
Di samping itu, mengenai perubahan iklim El Nino diprediksi sangat panjang. Sehingga pemerintah harus lakukan langkah-langkah untuk bantu masyarakat terutama para petani yang hadapi musim kering panjang. Kendati begitu, Sri Mulyani mengungkapkan APBN 2024 ditutup mengesankan, meski tak mencapai target pertumbuhan.
Capaian itu disebut jauh lebih baik dibandingkan posisi paruh pertama 2024 di mana ekonomi dalam negeri tengah mengalami tekanan dan kontraksi.
"Kabar baiknya, alhamdulillah APBN 2024 kita tutup dengan jauh lebih baik dari apa yang kami laporkan pada semester I di DPR dan di Kabinet," imbuh Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan negara di semester I 2024 mengalami tekanan dan kontraksi luar biasa. Namun pada semester II sudah mulai pulih. Pada akhir tahun bahkan masih tumbuh, meskipun tidak tinggi tapi cukup baik untuk situasi yang begitu tidak mudah.
"Tumbuh dari tahun lalu meskipun tidak tercapai target, karena target 2024 waktu itu dibuat cukup tinggi," kata Menkeu..
Â
Â
Â
Belanja 2024
Di sisi lain, belanja tahun 2024 melalui APBN cukup besar, termasuk belanja yang tidak direncanakan. Di antaranya seperti untuk Pemilu, Pilkada, dan pembangunan IKN yang cukup diakselerasi. Kemudian untuk tambahan bantuan-bantuan sosial dalam rangka menangani El Nino.
Termasuk belanja untuk ketahanan tangan seperti pupuk hingga pompa air, sehingga belanja atau APBN turut memitigasi dampak dan tekanan dalam masyarakat.
"Oleh karena itu belanja cukup tinggi. Di Kementerian Lembaga bahkan tumbuhnya double digit. Dan keseluruhan tumbuhnya melebihi dari 6%. Namun saya sampaikan defisit APBN 2024 mendekati undang-undang APBN awal. Ini adalah hasil yang luar biasa. Jauh lebih kecil dari laporan semester yang waktu itu diprediksikan 2,7. Jauh lebih kecil Artinya APBN kita tutup di tahun 2024 dengan relatif sehat, aman, dan itu menjadi bekal yang kuat untuk memasuki 2025," beber Sri Mulyani.
Pada semester I 2024,Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak SPT yang disampaikan masyarakat bulan Maret untuk orang pribadi dan bulan April untuk perusahaan sudah menunjukkan tanda-tanda koreksi yang sangat dalam.
Baru pada bulan Agustus ada pemulihan. Namun, tak berselang lama, episode dunia diambil alih oleh peristiwa politik, baik yang terjadi di Timur Tengah maupun hasil pemilu di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak terhadap apa proyeksi perekonomian AS. Di mana ada kemungkinan Amerika bisa default karena tidak ada kesepakatan mengenai APBN-nya.
"Kita lihat banyak drama negara APBN tidak disepakati menyebabkan pemerintah menjadi berubah. Mulai dari Perancis Perdana Menteri harus resign dua kali. Inggris yang terjadi perubahan pemerintahan. Di Jerman hari ini tekanan sangat tidak mudah karena faktor APBN," ujar Menkeu.
Advertisement
Defisit APBN Tembus Rp 401,8 Triliun, Sri Mulyani Masih Tenang
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat defisit APBN mencapai Rp 401,8 triliun hingga November 2024. Namun, angka ini masih dalam batas yang tidak mengkhawatirkan.
Dia menerangkan, angka defisit APBN itu masih lebih rendah dari yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2024. Pada dokumen tersebut, defisit APBN dipatok sebesar Rp 522,8 triliun.
"Sampai dengan akhir November, defisit APBN mencapai Rp 401,8 triliun. Di dalam APBN kita 2024, total defisit anggaran sebagaimana disebutkan dalam undang-undang adalah sebesar Rp 522,8 triliun," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Angka defisit hingga November 2024 itu masih 76,8 persen dari yang ditetapkan dalam UU APBN 2024.
"Jadi defisit Rp 401,8 triliun masih di bawah Rp 522,8 triliun. Artinya, ini baru mencapai 76,8 persen dari defisit yang ada di dalam UU APBN 2024," jelasnya.
"Kalau dihitung dari persentase terhadap GDP, Rp 401,8 triliun itu setara 1,81 persen dari GDP kita," sambungnya.
Tekanan Belanja Negara
Bendahara negara ini meyakinkan kembali bahwa meski anggaran negara mengalami defisit, keseimbangan primer masih surplus sebesar Rp 47,1 triliun.
Dia menyadari adanya tekanan dari besarnya belanja negara, sementara pendapatan masih menghadapi tantangan.
"Meskipun secara keseluruhan anggaran menunjukkan defisit, keseimbangan primer kita masih surplus Rp 47,1 triliun. Ini tetap akan kami coba jaga meskipun cukup berat, karena tekanan belanja cukup besar sementara pendapatan negara mulai pulih secara bertahap," beber Sri Mulyani.
Â
Â
Â
Sering Bungkam ke Media, Ini Alasan Sri Mulyani
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan alasan dirinya sering memilih bungkam saat ditanya oleh awak media belakangan ini.
Menurut Sri Mulyani, alasan utama adalah banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, terutama dalam mempersiapkan anggaran untuk pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Teman-teman wartawan merasa bahwa saya beberapa minggu terakhir diam, bukan karena tidak ada apa-apa, tetapi kita memang sedang sibuk saja," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Desember 2024 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Ia menjelaskan bahwa fokus utama saat ini adalah mempersiapkan hal-hal substansial, termasuk transisi pemerintahan.
"Kalau kita sedang sibuk dan banyak fokus pada hal-hal yang sangat substansial, sementara lingkungan yang muncul juga sangat banyak, itu yang menjadi prioritas kami," sambungnya.
Persiapan APBN 2025 untuk Pemerintahan Baru
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa meskipun interaksi dengan media tetap berjalan, masa peralihan kepemimpinan membawa tambahan beban pekerjaan bagi Kementerian Keuangan.
Salah satu tugas utama adalah mempersiapkan APBN 2025, termasuk untuk kementerian dan lembaga baru yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Makanya kemarin DIPA sudah diserahkan oleh Bapak Presiden kepada seluruh kementerian, lembaga, dan daerah. Dengan adanya perubahan kementerian dan lembaga dalam dua minggu terakhir, kita harus melakukan realokasi serta mengatur akun anggaran baru untuk mereka," jelasnya.
Realokasi tersebut, tambah Menkeu, mencakup pemecahan anggaran untuk tahun 2024 dan implikasinya pada 2025.
Â
Advertisement