Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia (Persero) buka suara terkait pemberitaan yang menyebutkan rencana pembelian armada pesawat tipe C919 dari perusahaan asal China, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC). Saat ini, COMAC disebut-sebut bakal menjadi pesaing kuat Boeing hingga Airbus.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Wamildan Tsani Panjaitan mengaku pihaknya telah melakukan komunikasi dengan perusahaan Comac.
Baca Juga
"Nanti kita lihat ya. Kalau komunikasi sudah dimulai. Kalau komunikasi sudah dimulai," ujar Wamildan dalam sesi doorstop perihal Safety Penerbangan dan Persiapan Lebaran 2025 di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/1).
Advertisement
Wamildan menekankan bahwa proses komunikasi tersebut masih belum pada tahap rencana pembelian armada buatan Comac tersebut.
Ia menyebut masih terdapat sejumlah prosedur yang harus dilalui perusahaan untuk akhirnya bisa mendatangkan armada pesawat baru.
"Tetapi kan kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih prosesnya panjang sekali," tegasnya.
Wamildan menyebut, pada Januari 2025 akan kedatangan sebanyak dua unit armada tambahan baru dari perusahaan Boeing. Dengan ini, total armada pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia mencapai 20 unit.
"Jadi Januari ini kita kedatangan 2 pesawat lagi Boeing. Dan di Februari nanti kita operasikan 1 lagi tambahan 737. Harapannya nanti total sampai 2025 kita bisa mencapai sampai 20 pesawat," ucapnya.
Namun, ia tidak menyebut armada yang didatangkan tersebut merupakan pembelian baru atau sistem sewa.
Pesawat Asal China
Sebelumnya, Produsen pesawat asal China, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) kembali menerbangkan pesawat C919 buatannya ke luar negeri. Melansir Channel News Asia, Senin (19/2/2024) C919 melakukan penerbangan tinjauan perdana di Singapura pada Minggu (18/2).
Â
Â
Pesawat C919
Pesawat C919 adalah salah satu dari dua pembuat pesawat komersial yang menerbangkan pesawat mereka di lepas pantai Singapura bersama Airbus pada pratinjau hari Minggu (18/2) untuk pertunjukan udara terbesar di Asia.
COMAC sendiri memiliki dua pesawat penumpang komersil, yaitu jet ARJ21 dan pesawat berbadan sempit bermesin ganda C919 yang memiliki 158-192 kursi, yang bersaing dengan model Airbus A320neo dan Boeing 737 MAX 8. ARJ21 bahkan sudah digunakan oleh maskapai Indonesia, yakni TransNusa Air.
Dilaporkan, China telah melakukan investasi besar-besaran dalam upayanya menggeser dominasi dua produsen di pasar internasional. Yakni, Boeing dan Airbus yang selama ini masih mendominasi.
Â
Â
Advertisement
Marak Kecelakaan Pesawat, Erick Thohir Wanti-Wanti Begini ke Garuda Indonesia Grup
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan rapat bersama pihak maskapai Garuda Indonesia Grup hingga Citilink berbenah. Menyusul, maraknya insiden kecelakaan pesawat yang terjadi di berbagai negara.
"Tentu hari ini saya rapat bersama Garuda, Citilink, Pelita, Airport dan Airnav untuk tiga hal. Satu kita tahu hampir 10 hari terakhir ini banyak sekali terjadi kecelakaan pesawat terbang," kata Erick Thohir kepada awak media dalam sesi doorstop perihal Safety Penerbangan dan Persiapan Lebaran 2025 di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/1).
Hasil rapat tersebut, Erick meminta pihak maskapai untuk mengatur kembali jam kerja awak pesawat. Dia ingin agar awak pesawat tetap dalam kondisi prima dalam bekerja di transportasi penerbangan.
"Nah tentu tadi kita review memastikan bagaimana kondisi pesawat-pesawat terbang yang dimiliki masing-masing maskapai ini supaya benar-benar kita jaga. Dan juga tingkat kelelahan kru juga direview, saya rasa beliau-beliau sudah pengalaman," ucapnya.
Â
Sistem Keamanan Penerbangan
Selain itu, PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports diminta juga ikut meningkatkan sistem keamanan penerbangan di bandara. Hal ini untuk mengantisipasi insiden kecelakaan pesawat.
"Dan saya juga mengingatkan tadi untuk airport, kita pastikan safety-nya seperti apa di beberapa airport yang bisa kita dorong," bebernya.
Erick juga meminta pihak Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) untuk aktif mengkomunikasikan kondisi yang ada di bandara. Salah satunya potensi gangguan kelompok burung alias bird strike.
"Termasuk tadi ada beberapa mungkin antisipasi karena beberapa kecelakaan juga itu karena extraordinary (luar biasa). Ya ada udara, ada burung yang masuk ke mesin, tadi juga kita sudah sampaikan ke Airnav untuk juga early warning (peringatan dini)," urainya.
Â
Advertisement