Sukses

Inflasi 2024 Capai 1,57%, Menko Airlangga: Masih Relatif Terjaga

Tingkat inflasi Indonesia bulan Desember 2024 tetap terkendali dalam rentang target sasaran nasional 2,5%±1%. Inflasi Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi November 2024 (1,55%) namun lebih rendah dibandingkan inflasi Desember 2023 (2,61%).

Liputan6.com, Jakarta Tingkat inflasi Indonesia bulan Desember 2024 tetap terkendali dalam rentang target sasaran nasional 2,5%±1%. Inflasi Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi November 2024 (1,55%) namun lebih rendah dibandingkan inflasi Desember 2023 (2,61%).

Capaian inflasi sepanjang tahun 2024 ini tidak terlepas dari berbagai faktor baik dari eksternal maupun domestik, serta keberhasilan kebijakan pengendalian inflasi yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Nasional.

Dari eksternal fluktuasi harga komoditas global, seperti emas, kopi, CPO dan minyak mentah, mendorong kenaikan harga komoditas dalam negeri. Sementara dari dalam negeri, penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT), tingginya curah hujan serta momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi driver utama pergerakan inflasi.

Inflasi komponen harga bergejolak (volatile food/VF) pada Desember 2024 tercatat sebesar 2,04% (mtm) dan 0,12% (yoy). Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID dalam pengendalian harga pangan tetap di bawah 5% sebagaimana hasil kesepakatan HLM TPIP 2024.

Sementara inflasi komponen harga diatur pemerintah (administered price) masih tetap stabil yakni 0,02% (mtm) dan 0,56% (yoy). Secara keseluruhan, inflasi ini masih terjaga dalam rentang target 2,5%±1% didukung kenaikan pada komponen inti yakni 0,17% (mtm) dan 2,26 (yoy).  

Inflasi VF secara tahunan mengalami penurunan, meskipun beberapa komoditas tetap mengalami peningkatan seperti beras, bawang merah, bawang putih dan daging ayam ras. Terjadi pergeresan puncak panen dari Maret 2023 menjadi April 2024 serta perkiraan luas panen yang menurun sebesar 1,54% pada 2024 telah menyebabkan kenaikan harga beras pada awal tahun 2024.

Harga Bawang Putih

Sementara harga bawang putih mengalami kenaikan didorong melonjaknya harga bawang putih di China yang merupakan negara impor utama. Di sisi lain, komoditas yang memberikan andil deflasi secara tahunan yaitu cabai merah dan cabai rawit. 

Komponen inti yang mencerminkan daya beli masyarakat mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm) atau 2,26% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan. Rata-rata harga emas tahun 2024 naik sebesar 22,88% dibandingkan rata-rata tahun 2023 atau sebesar 0,35% (yoy).

Harga emas global masih dapat berfluktuasi di tengah konflik geopolitik yang masih berlangsung. Selain itu, harga kopi juga mengalami peningkatan yakni 67,45% yang mengakibatkan kopi bubuk domestik juga meningkat sebesar 0,10% (yoy). 

 

2 dari 3 halaman

Administered Price

Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah (administered price/AP) mengalami inflasi sebesar 0,03% (mtm) atau 0,56% (yoy). Terkendalinya inflasi AP dipengaruhi oleh tarif angkutan udara yang mengalami deflasi dengan andil sebesar 0,01% (mtm) karena pemerintah menurunkan harga tiket pesawat selama 16 hari pada periode HBKN Natal dan Tahun Baru yaitu pada 19 Desember 2024 – 3 Januari 2025.

“Inflasi AP relatif terjaga sejalan dengan Pemerintah yang berupaya untuk menyediakan tiket pesawat yang terjangkau sehingga mobilitas masyarakat dapat meningkat pada periode Nataru”, ungkap Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Dari sisi kinerja ekonomi, optimisme semakin terlihat dengan rebound-nya Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia. Pada Desember 2024, PMI kembali mencatatkan level ekspansif di angka 51,2, setelah sebelumnya berada di level kontraktif selama beberapa bulan terakhir.

Peningkatan ini didorong oleh kenaikan pesanan baru, baik domestik maupun ekspor, serta peningkatan aktivitas pembelian bahan baku oleh perusahaan. Kondisi ini mencerminkan prospek positif sektor manufaktur, dengan banyak perusahaan yang bersiap menghadapi peningkatan permintaan di tahun 2025.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Kenaikan harga komoditas global seperti emas, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO) terus memberikan tekanan pada biaya produksi dalam negeri. Fluktuasi harga minyak mentah global dan penguatan nilai tukar dolar AS juga menyebabkan kenaikan harga impor bahan baku. Kondisi ini mendorong beberapa perusahaan menaikkan harga produk mereka untuk menjaga margin keuntungan.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan sektor manufaktur nasional melalui penggunaan bahan baku lokal, pemberian insentif, perlindungan industri dalam negeri, dan kerja sama ekonomi di tingkat internasional. Pemerintah mendorong penggunaan bahan baku lokal dibanding impor bagi yang telah tersedia di dalam negeri untuk mengurangi beban biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah. Hal ini dilakukan antara lain melalui akselerasi hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.

 

3 dari 3 halaman

Insentif Fiskal

Pemberian insentif fiskal, kemudahan perizinan, peningkatan kualitas SDM, serta penguatan riset dan inovasi merupakan upaya lebih lanjut dari pemerintah untuk mendorong industri nasional. 

“Pemerintah telah memberikan insentif PPN DTP untuk sektor otomotif. Pemerintah juga menyediakan pembiayaan Industri Padat Karya di antaranya sektor pakaian jadi, tekstil, furnitur, kulit, barang dari kulit, alas kaki, mainan anak, serta makanan dan minuman untuk revitalisasi mesin guna meningkatkan produktivitas, dengan skema subsidi bunga,” tambah Menko Airlangga. 

Pemerintah juga melakukan akselerasi penerapan kebijakan perlindungan industri dalam negeri dari banjirnya produk impor melalui safeguards dan praktik impor yang tidak fair (dumping) melalui Anti Dumping.

Pemerintah juga terus berupaya memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk ekspor nasional melalui berbagai kerja sama perdagangan. Pemerintah tengah berupaya untuk bergabung di kesepakatan CP-TPP dan mempercepat perundingan Indonesia-EU CEPA untuk meningkatkan penetrasi produk ekspor nasional di Amerika Latin dan Uni Eropa. 

Pemerintah akan terus memastikan pasokan pangan yang cukup, menjaga kestabilan harga, dan mendorong pemulihan sektor-sektor vital seperti industri manufaktur, konstruksi dan pertanian. Inflasi yang terkendali dan PMI yang ekspansif menunjukkan tetap optimismenya dunia usaha terhadap kondisi perekonomian nasional.

Hal ini juga tercermin dari outlook World Bank (Desember 2024) yang memprediksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% (2024) dan 5,2% (2025). Sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia melalui, TPIP dan TPID, telah berhasil menjaga stabilitas harga dan memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Video Terkini