Sukses

Bendungan Jlantah Siap Topang Swasembada Pangan di Jawa Tengah

Bendungan Jlantah didesain dengan tinggi 70 meter, panjang puncak 404 meter, lebar puncak 12 meter, dan elevasi puncak 690 meter.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu infrastruktur pendukung program swasembada pangan di Jawa Tengah, progres pembangunan fisik Bendungan Jlantah telah mencapai 99 persen. Dengan potensi suplai air irigasi untuk Kabupaten Karanganyar seluas 1.494 ha.

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo berharap, pada saat Bendungan Jlantah difungsionalkan sudah dapat tersambung dengan daerah irigasi di sekitarnya. 

"Salah satu fokus kita adalah untuk memastikan bahwa bendungan yang dibangun ini dapat dioptimalkan untuk mengairi sawah-sawah masyarakat. Sehingga Indeks Penanaman bisa  meningkatkan karena target kita memang 3 kali lipat tanam," kata Dody dalam keterangan tertulis, Jumat (3/1/2025).

Bendungan Jlantah didesain dengan tinggi 70 meter, panjang puncak 404 meter, lebar puncak 12 meter, dan elevasi puncak 690 meter. 

Dengan luas genangan 50,45 ha, bendungan ini dapat menampung air hingga 10,97 juta m3 yang dapat dimanfaatkan sebagai suplai air irigasi untuk Kabupaten Karanganyar seluas 1.494 ha. Terdiri dari 806 ha daerah irigasi yang sudah ada (peningkatan IP 172 persen menjadi 272 persen), dan 688 ha irigasi baru (IP 272 persen).

Direktur Bendungan dan Danau, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Adenan Rasyid mengatakan, Kementerian PU melalui BBWS Bengawan Solo sudah melakukan impounding Bendungan Jlantah pada 20 Desember 2024 lalu. Diharapkan pada 28 Februari 2025 air Bendungan sudah mencapai elevasi 685 meter. 

"Ketika air di genangan sudah masuk ke intake (elevasi 662), air yang keluar dari outlet sudah  langsung bisa didistribusikan ke jaringan irigasi untuk meningkatkan IP (Indeks Penanaman) melalui bendung yang sudah ada di hilir bendungan," terang dia. 

Selain untuk mendukung program swasembada pangan melalui suplesi air irigasi, Bendungan Jlantah juga berfungsi untuk menyediakan air baku sebesar 150 liter per detik untuk Kecamatan Jumapolo, Jumantono, dan Jatipuro di Kabupaten Karanganyar.

Kemudian, untuk mereduksi banjir sebesar 70,33 meter3 per detik atau 51,26 persen dari debit banjir periode ulang 50 tahun. Serta potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 0,625 MW dan potensi pariwisata.

 

2 dari 4 halaman

Topang Swasembada Pangan, Bendungan Jlantah Diresmikan Januari 2025

Sebelumnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah mempercepat pengerjaan Bendungan Jlantah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Progres pengerjaannya sudah mencapai 98,54 persen, dan target bisa diresmikan oleh pemerintah pada Januari 2025.

Proyek Bendungan Jlantah dikerjakan melalui skema Kerja Sama Operasional (KSO) dua BUMN Karya, antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk-PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Total nilai kontrak Bendungan Jlantah sebesar Rp 1,025 triliun.

Direktur Operasi II Waskita Karya Dhetik Ariyanto mengatakan, keberadaan Bendungan Jlantah akan mendatangkan manfaat besar. Terutama bagi kepentingan irigasi guna mendorong ketahanan pangan dan target swasembada pangan 2027.

"Pemerintah bertekad memastikan produksi pangan nasional supaya mampu memenuhi kebutuhan rakyat tanpa harus impor. Maka keberadaan Bendungan Jlantah, dapat mendorong tujuan tersebut, karena mampu meningkatkan produktivitas pertanian," tutur Dhetik dalam keterangan resmi, Selasa (24/12/2024).

Nantinya, bendungan ini dapat mengairi lahan persawahan seluas 1.494 hektar (ha) di Kecamatan Jatiyoso dan Jumapolo. Ia menjelaskan, sebelumnya pengairan sawah di sekitar Kabupaten Karanganyar mengandalkan tadah hujan.

 

 

3 dari 4 halaman

Tingkatkan IP

"Melalui saluran irigasi dari Bendungan Jlantah, ke depannya panen bisa dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun. Tidak lagi bergantung pada musim," jelas Dhetik.

Kemudian bisa meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 172 persen menjadi 272 persen pada lahan seluas 806 ha. IP pada lahan seluas 688 ha pun berpotensi mencapai 272 persen.

Dhetik menjelaskan, bendungan yang didesain dengan tinggi 70 meter dari pondasi terdalam dan memiliki panjang 404 meter tersebut memiliki kapasitas tampung sebanyak 10,97 meter kubik (m3). Kemudian, air baku yang bisa disuplai mencapai 150 liter per detik untuk Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.

"Bendungan Jlantah pun mampu mereduksi banjir di persawahan di Desa Bendosari, Kabupaten Sukorharjo, hingga 87 ha," imbuh dia. Adapun bendungan ini juga mampu mendukung ketahanan energi, lantaran berpotensi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLMTH) sebesar 0,625 Megawatt (MW).

 

4 dari 4 halaman

Kendala Swasembada Pangan 2028, Sebaran Bendungan Belum Merata

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendorong pemerataan pembangunan bendungan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam rangka mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk swasembada pangan, energi, dan air. 

Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti mengatakan, pemerintah menargetkan swasembada pangan 2028 dan mendorong penerapan energi baru dan terbarukan (EBT). Indeks ketahanan air Indonesia diharapkan mencapai 200 m3 per kapita per tahun dengan sebaran yang merata di seluruh Indonesia. 

"Pembangunan bendungan yang merata sangat penting untuk optimalisasi penyediaan air irigasi guna mendukung swasembada pangan, energi baru terbarukan, dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk ketahanan air," kata Diana dalam keterangan tertulis, Senin (18/11/2024).

Indonesia memiliki 259 bendungan yang memberikan layanan irigasi seluas 1.271.415 ha, potensi energi listrik sebanyak 15.628 MW, dan melayani air 59,6 m3 per kapita per tahun.

Pemerintah sudah membangun 187 bendungan sampai tahun 2014, ditambah 61 bendungan yang telah dan akan diselesaikan dari 2015 hingga 2025, plus tambahan 11 bendungan baru lainnya. Sehingga total 259 bendungan akan dimiliki oleh pemerintah. 

Namun, sebaran lokasi bendungan tersebut belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Baru sebagian wilayah yang memiliki ketahanan air lebih dari 120 m3 per kapita per tahun, sesuai target Visium Kementerian PUPR 2030. Sedangkan beberapa wilayah lain masih belum memiliki bendungan.

"Ini adalah tugas kita bersama, saya harap INACOLD/KNI-BB dapat ikut berperan aktif dan berkolaborasi untuk mewujudkan pemerataan pembangunan bendungan ini. Ke depannya kita terus dorong untuk dapat menambah bendungan lagi, terutama di wilayah yang bendungannya masih sedikit seperti di Kalimantan," imbuh Diana.  

 

Video Terkini