Sukses

Harga Minyak Melemah Dampak Ekonomi AS dan Jerman Tak Bergairah

Pada Jumat lalu, harga minyak mentah Brent ditutup pada level tertinggi sejak 14 Oktober dan WTI ditutup pada level tertinggi sejak 11 Oktober sebagian karena ekspektasi stimulus fiskal Tiongkok yang lebih besar.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun di perdagangan hari Senin yang penuh gejolak menyusul beberapa berita ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Jerman yang melemah. Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah sempat berada di jalur menuju level tertinggi dalam 12 minggu.

Penyebab kenaikan harga minyak ini adalah pelemahan dolar AS dan badai musim dingin meningkatkan permintaan energi untuk memanaskan rumah dan bisnis di AS.

Mengutip CNBC, Selasa (7/1/2025), setelah naik selama lima hari berturut-turut, harga minyak mentah berjangka Brent turun 21 sen atau 0,27% dan ditutup pada USD 76,30 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen atau 0,54% menjadi USD 73,56 per barel.

Penurunan tersebut mendorong kedua patokan minyak mentah keluar dari wilayah yang secara teknis overbought untuk pertama kalinya dalam tiga hari.

Pada Jumat lalu, harga minyak mentah Brent ditutup pada level tertinggi sejak 14 Oktober dan WTI ditutup pada level tertinggi sejak 11 Oktober sebagian karena ekspektasi stimulus fiskal yang lebih besar untuk merevitalisasi ekonomi Tiongkok yang sedang goyah.

Dengan meningkatnya minat pada perdagangan energi dalam beberapa minggu terakhir, minat terbuka pada kontrak berjangka WTI di New York Mercantile Exchange melonjak menjadi 1,933 juta kontrak pada 3 Januari, tertinggi sejak Juni 2023.

"Pasar minyak telah memasuki tahun 2025 dengan fundamental penawaran dan permintaan yang seimbang, tetapi dengan harga yang ditopang oleh ketegangan geopolitik yang bertahan lama," tulis analis di Eurasia Group dalam laporannya.

"Seiring berjalannya tahun, pasar minyak mungkin akan terus mengalami pertumbuhan permintaan yang rendah yang mungkin dilampaui oleh pasokan baru, terutama dari AS dan kemungkinan juga OPEC," lanjut laporan Eurasia Group itu.

 

2 dari 3 halaman

Permintaan AS dan Eropa

Di AS, ekonomi terbesar di dunia, Biro Sensus Departemen Perdagangan melaporkan bahwa pesanan baru untuk barang-barang manufaktur turun pada November di tengah melemahnya permintaan untuk pesawat komersial. Sementara pengeluaran bisnis untuk peralatan tampaknya melambat pada kuartal keempat.

Di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, inflasi tahunan naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Desember karena harga pangan yang lebih tinggi dan penurunan harga energi yang lebih kecil dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Untuk mengatasi inflasi yang lebih tinggi, bank sentral biasanya menaikkan suku bunga, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Sebelumnya pada hari itu, harga minyak mentah naik karena badai musim dingin melanda AS, menyebabkan harga gas alam, bahan bakar pemanas, melonjak hingga 11% pada hari Senin.

Harga minyak mentah juga menguat di awal sesi karena penurunan 1,1% dolar AS terhadap sekeranjang mata uang lainnya menyusul laporan surat kabar bahwa Presiden terpilih Donald Trump sedang mempertimbangkan tarif yang hanya akan diterapkan pada impor penting. Hal ini membuat negara-negara yang semula risau akan mendapat kenaikan pungutan tarif yang tinggi menjadi lega.

Namun, dolar AS memangkas sebagian besar penurunan itu setelah Trump membantah laporan surat kabar tersebut.

Mata uang AS yang lebih lemah membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar seperti minyak lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Tiongkok

Di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, yuan mengakhiri sesi domestik pada level terlemahnya dalam 16 bulan terhadap dolar AS, terbebani oleh kekhawatiran perdagangan.

Sebagai tanda ekspektasi permintaan yang lebih kuat, Saudi Aramco, eksportir minyak terbesar dunia, menaikkan harga minyak mentah untuk pembeli Asia pada bulan Februari untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Video Terkini