Sukses

Luhut Ngaku Enjoy Jalani Peran Baru jadi Penasihat Ekonomi Prabowo

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku sangat menikmati pekerjaan barunya, sebagai penasihat ekonomi Presiden Prabowo Subianto.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku sangat menikmati pekerjaan barunya, sebagai penasihat ekonomi Presiden Prabowo Subianto.

Sebagai perbandingan, ia menyebut peran barunya sebagai Ketua DEN punya tantangan tersendiri dibanding posisi lain di pemerintahan yang pernah Luhut emban.

"Saya terus terang menikmati pekerjaan ini. Saya tiga kali jadi Menko, satu kali kepala staf presiden. Saya melihat sekali bedanya pekerjaan ini dengan pekerjaan saya sebelumnya," ujar Luhur dalam konferensi pers perdana Dewan Ekonomi Nasional di kantornya, Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Luhut mengatakan, ia dan anak buahnya kerap bertemu dengan Prabowo secara intensif. Dewan Ekonomi Nasional pun jadi bagian dari proses pengambilan keputusan oleh RI 1.

"Kami dari DEN memang punya regular meeting dengan Presiden yang kita atur. Presiden sangat menikmati usulan-usulan yang diberikan DEN. Termasuk framing untuk eksekusinya," ucap dia.

Dari beberapa kali hasil pertemuannya tersebut, Luhut dan DEN telah menyiapkan sejumlah rekomendasi kebijakan. Salah satu program utama terkait government technology, yang dipercaya bakal meningkatkan tingkat efisiensi pemerintahan.

"Kita sudah menyiapkan ada 53 quick wins dari Presiden untuk menjawab semua statemen-statemen Presiden, yang menjadi paling banyak di-quote di dunia dari kepala negara punya statemen," tutur dia.

"Jadi kita siapkan proyek-proyek yang ada di pipeline. Salah satu tadi government technology, yang kemarin ada versi 6 e-catalog," kata Luhut.

 

2 dari 4 halaman

Banyak Keluhan Coretax, Luhut: Jangan Kritik-Kritik Terus

Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara terkait masyarakat yang mengeluhkan implementasi Administrasi Perpajakan (Coretax). Menurutnya jika ada yang kurang itu adalah hal yang wajar, karena sistem tersebut baru diimplementasikan.

Luhut menyebut potensi implementasi dari Coretax ini dapat menghimpun pajak dengan berkontribusi 6,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp1.500 triliun.

"Kalau ada kurang sana sini wajar karena sistemnya baru imlementasi. kami percaya DJP akan mengimprov sistemnya akan berjalan baik," kata Luhut dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (9/1).

"Dan saya lihat sih kalau kita lakukan dengan baik dan semua sepakat, jangan berkelahi, jangan terus kritik-kritikkan dulu, biarkan jalan dulu. Nanti ya kritik, berikan kritik," lanjut dia.

Dia menyebut salah satu permasalahan di Indonesia adalah tumpang tindihnya kebijakan. Sehingga pihaknya menganut satu kebijakan untuk menjadi tujuan bersama dalam digitalisasi.

"Ini game changer buat Indonesia. Dan kami kepada Presiden (Prabowo Subianto) membrief itu kemarin cukup detail. Dan beliau saya juga senang sekali. Beliau sangat responsif dan sangat memahami juga masalah ini. Tidak ada yang kita perlu salahkan. Ya ini salah kita rame-rame," jelasnya.

Lebih lanjut, pemerintah akan berguru dengan India untuk implementasi digitalisasi di Indonesia ke depannya. "Tim akan ke India nanti dalam 10 hari ke depan. Dan Presiden sudah merintahkan untuk itu. Kita akan belajar pengalaman dari India. Walaupun kita sudah banyak paham juga," tutup Luhut.

 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

3 dari 4 halaman

Masyarakat Masih Sulit Akses Coretax Pajak, DJP Bilang Begini

Direktur Jenderal Pajak (DJP), Suryo Utomo, angkat bicara terkait keluhan masyarakat atas kendala dalam mengakses Sistem Inti Administrasi Perpajakan (Coretax) yang resmi diimplementasikan pada 1 Januari 2025. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan, namun implementasinya menghadapi tantangan besar.

Suryo menjelaskan kendala utama disebabkan oleh tingginya volume akses yang terjadi secara bersamaan.

“Barang baru diakses semua pihak, dan waktu akses bukan hanya mencoba tapi juga bertransaksi,” kata Suryo dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (6/1).

Menurut Suryo, akses serentak dari berbagai pihak memengaruhi kinerja sistem, namun tim DJP terus berupaya mengatasinya dengan bekerja non-stop selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

"Nah ini situasi yg kami betul-betul hadapi jadi dengan akses bersamaan jadi mempengaruhi kinerja dari sistem. Dan inilah yang kami terus coba lakukan, tim kami terus jalan 24/7 hari," jelasnya.

 

4 dari 4 halaman

Kendala Infrastruktur

Selain volume akses, kendala infrastruktur juga menjadi masalah signifikan. Suryo menekankan bahwa sistem tidak dapat berdiri sendiri karena keterkaitan dengan pihak lain, termasuk vendor penyedia jaringan telekomunikasi.

"Contohnya vendor penyedia jaringan telekomunikasi itu sangat berpengaruh. Kmren peluncuran 1 januari kita hubungan dengan pihak vendor luar kita terkait dengan token bisa dikirimkan tapi tak sampai tujuan," jelasnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, DJP bekerja sama dengan berbagai pihak guna menyamakan frekuensi sistem mereka dengan sistem Coretax yang baru.

"Ini salah satu contoh yang kemarin trouble shouting dengan cara komunikasi berbagai pihak dengan cara menyamakan frekuensi sistem mereka dengan kami yahg coba bangun dan implementasikan saat ini," Suryo mengakhiri.

 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Video Terkini