Liputan6.com, Jakarta - Pengamat transportasi sekaligus Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, sepakat dengan rencana penutupan Stasiun Karet sebagai titik pemberhentian KRL Jabodetabek.Â
Menurut salah satu rencana yang beredar, Stasiun Karet nantinya hanya akan jadi pintu keluar masuk penumpang KRL, setelah terintegrasi dengan Stasiun BNI City.Â
Baca Juga
Djoko menilai, Stasiun Karet sebagai tempat turun naik penumpang KRL sudah tidak ideal. Lantaran secara kapasitas lahan itu sudah terlalu sempit. Meskipun bisa disinggahi oleh kereta 12 gerbong, namun jika hanya mengandalkan bangunan eksisting memang tidak mencukupi.Â
Advertisement
"Stasiun Karet tidak bisa lagi menampung 12 kereta dalam satu rangkaian. Bisa kasih travelator antara Stasiun Karet dan Stasiun BNI City," ujar Djoko kepada Liputan6.com, Kamis (9/1/2025).
Adapun travelator merupakan sistem konveyor horizontal, yang berfungsi untuk mengangkut orang dalam jarak pendek hingga menengah. Travelator juga dikenal dengan nama lain, seperti jalur pejalan kaki bergerak, trotoar bergerak, atau penggerak orang.
"Travelator biasanya digunakan di tempat-tempat umum atau komersial, seperti bandara, stasiun kereta api, atau pusat perbelanjaan. Travelator bandara membantu para pelancong untuk tidak berjalan kaki jarak yang jauh antar terminal," terang Djoko.Â
Menurut dia, pengintegrasian Stasiun Karet dan Stasiun BNI City sangat memungkinkan, terlebih jaraknya yang sangat berdekatan dan masih berada di lahan milik PT KAI (Persero).
Â
Integrasi Stasiun
Namun, Djoko lebih condong agar Stasiun BNI City bisa dioptimalkan sebagai stasiun utama. Terlebih secara luas lahan dan bangunan, Stasiun BNI City lebih mumpuni ketimbang Stasiun Karet.Â
"Pengintegrasian keduanya memungkinkan, dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki sepanjang 350 meter. Ruang tunggu di Stasiun BNI City juga lebih luas," ungkap dia.Â
Adapun berdasarkan hasil reportase di lapangan, jarak antara Stasiun Karet-BNI City memang terlampau dekat. Liputan6.com coba menjajal KRL yang berangkat dari Stasiun Karet sekitar pukul 15.46 WIB. Tidak sampai 1 menit, rangkaian kereta sudah singgah di Stasiun BNI City pada pukul 15.46 WIB.
Secara bangunan, lokasi Stasiun Karet dan Stasiun BNI City pun betul-betul merapat berdampingan. Bahkan, sebagian sisi buntut kereta yang transit di Stasiun Karet masih sedikit masuk di Stasiun BNI City.
Â
Advertisement
Ini Alasan Rencana Penutupan Stasiun Karet
Sebelumnya, VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus, buka suara soal rencana penutupan Stasiun Karet, yang nantinya akan diintegrasikan dengan Stasiun BNI City.
Kedua stasiun dianggap berdekatan secara jarak, meskipun secara akses Stasiun BNI City lebih dekat ditempuh dari Stasiun Sudirman bagi pejalan kaki. Â
Stasiun BNI City sendiri jadi satu titik pemberhentian yang melayani dua moda kereta, yakni KRL Commuter Line Jabodetabek dan kereta bandara atau Commuter Line Basoetta. Sementara Stasiun Karet hanya melayani KRL Jabodetabek.Â
Di samping untuk memangkas waktu tempuh kereta bandara dari Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Joni mengutarakan, wacana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebenarnya mempertimbangkan faktor keselamatan.
"Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang," ujar Joni dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/1/2025).
Menurut dia, itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta, dan sebaliknya.Â
Â
Â
Prediksi Kenaikan Jumlah Penumpang
Sesuai data yang terangkum, dari sekitar 56 juta penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, ada sekitar 1,5 juta penumpang yang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta selama 2024.
"Dengan peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini ditargetkan dapat melayani sekitar 20 persen, atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta," imbuh Joni.Â
Joni menilai, proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai, sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City.Â
Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya. Mulai dari Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.Â
"Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami," tuturnya.Â
Advertisement