Liputan6.com, Jakarta Rupiah (IDR) kembali merosot pada Kamis, 9 Januari 2025. Rupiah ditutup melemah 6 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 40 point di level 16.217 dari penutupan sebelumnya di level 16.211.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.16.200 - Rp.16.250,” ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (9/1/2025).
Baca Juga
Imbal hasil obligasi AS terus meningkat, setelah Presiden Terpilih Donald Trump dilaporkan mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional guna memberikan landasan hukum bagi serangkaian tarif universal terhadap sekutu dan pesaing, serta meningkatnya keyakinan bahwa suku bunga AS akan turun lebih lambat tahun ini
Advertisement
“Investor mengantisipasi kebijakan Trump seperti deregulasi dan pajak yang lebih rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi ada kekhawatiran bahwa kebijakan tersebut, bersama dengan tindakan tarif yang belum dikonfirmasi, dapat menyebabkan percepatan kembali inflasi,” kata İbrahim.
Saat ini, pasar memperkirakan Federal Reserve hanya akan memangkas suku bunga 39 basis poin di 2025, dengan pemotongan suku bunga pertama kemungkinan akan terjadi pada bulan Juni.
Gubernur The Fed, Christopher Waller dalam pernyataannya mengatakan bahwa inflasi AS akan terus turun pada tahun 2025 dan memungkinkan bank sentral untuk lebih lanjut menurunkan suku bunga, meskipun dengan kecepatan yang tidak pasti.
“Selain itu, Inflasi indeks harga konsumen sebagian besar tetap datar pada bulan Desember, data menunjukkan pada hari Kamis, sementara inflasi indeks harga produsen menyusut selama 27 bulan berturut-turut. Data menunjukkan sedikit perbaikan dalam disinflasi Tiongkok, bahkan ketika Beijing memberikan putaran tindakan stimulus paling agresif sejak akhir September,” papar Inrahim.
Sentimen konsumen yang lemah juga menjadi titik tekanan utama pada ekonomi Tiongkok, karena kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan dan penurunan pasar properti yang berkepanjangan sebagian besar menghalangi pengeluaran selama dua tahun terakhir.
Rencana Donald Trump Deklarasi Darurat Nasional Bikin Rupiah Makin Lesu terhadap Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan Kamis pagi, 9 Januari 2025 yang didorong rencana Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang deklarasikan darurat nasional. Hal ini untuk genjot rencana pengenaan bea masuk impor lebih tinggi, sheingga mendorong penguatan dolar AS.
Demikian disampaikan pengamat pasar uang Ariston Thendra, seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/1/2025).
Nilai tukar rupiah turun 19 poin atau 0,12 persen menjadi 16.230 per dolar AS dari sebelumnya 16.211 per dolar AS.
"Rencana kenaikan tarif Trump ini bisa menyurutkan aktivitas produksi di negara-negara produsen seperti China, Meksiko, Kanada dan lain-lain dan memicu pelambatan ekonomi," kata Ariston.
Perang tarif yang akan muncul juga semakin memperlambat ekonomi, dan ekspektasi ini mendorong pasar masuk ke aset aman, yakni dolar AS.
Selain itu, dolar AS mendapatkan pula sentimen positif dari data klaim tunjangan pengangguran AS yang mencatatkan jumlah klaim 201 ribu, lebih rendah dari sebelumnya sebesar 211 ribu.
Pada pagi ini, indeks dolar AS turut bergerak lebih tinggi menjadi 109,0 dari sebelumnya 108,63.
"Hari ini IDR masih berpotensi melemah lagi terhadap dolar AS ke arah Rp16.250, dengan potensi support di kisaran Rp16.150,” kata Aris.
Advertisement
Rupiah Tembus 16.200 per Dolar AS Hari Ini 8 Januari 2025, Ini Sentimennya
Sebelumnya, rupiah ditutup melemah 68 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD), setelah melemah 75 poin di level Rp 16.210 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.142.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.200 - Rp 16.270,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (8/1/2025).
Rupiah melemah usai rilis data lowongan kerja di AS menunjukkan kinerja yang lebih kuat dari perkiraan. Pembacaan tersebut muncul beberapa hari sebelum data utama penggajian nonpertanian untuk Desember, yang akan memberikan isyarat yang lebih pasti di pasar tenaga kerja pekan ini.
"Inflasi yang kuat dan kekuatan di pasar tenaga kerja diperkirakan akan memberi Federal Reserve lebih sedikit dorongan untuk memangkas suku bunga, dengan bank telah memperingatkan hal itu selama pertemuannya di bulan Desember. Komentar hawkish dari pejabat The Fed menegaskan kembali gagasan ini di awal minggu,” ujar Ibrahim.
Di Asia, China diperkirakan segera meningkatkan pengeluaran fiskal tahun ini untuk mendukung perekonomian, terutama dalam menghadapi hambatan terkait perdagangan imbas kebijakan tarif impor AS yang akan diberlakukan Presiden Terpilih Donald Trump.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mancatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 sebesar USD 155,7 miliar. Angka ini menandai kenaikan dibandingkan pada akhir November 2024 sebesar USD 150,2 miliar.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.