Sukses

Menteri Bahlil Tak Masalah Indonesia Impor Minyak dari Rusia

Bahlil menilai, posisi Indonesia di mata dunia adalah menganut prinsip politik bebas aktif. Dia mengartikan hal tersebut membuka peluang positif bagi negara.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tak masalah jika Indonesia mau mengimpor minyak dari Rusia. Mengingat Indonesia dan Rusia sama-sama masuk dalam keanggotaan BRICS.

Indonesia belum lama ini ditetapkan menjadi anggota BRICS. Salah satu peluang perdagangannya adalah terkait jual-beli minyak mentah dari Rusia.

Bahlil menilai, posisi Indonesia di mata dunia adalah menganut prinsip politik bebas aktif. Dia mengartikan hal tersebut membuka peluang positif bagi negara.

"Saya ingin menyatakan begini ya, indonesia itu kan menganut asas politik bebas aktif. Artinya, semua peluang yang menguntungkan Indonesia baik bergabung dengan BRICS maupun dengan OECD itu saya pikir gak ada masalah," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

Dia melihat pula peluang perdagangan luar negeri Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS. Salah satunya adalah soal pembelian minyak dari Rusia.

Dia memilih tak mengambil pusing perkara tersebut. Menurutnya, selama tidak ada masalah, maka pembelian minyak dari Rusia masih dimungkinkan terjadi.

"Termasuk kita gabung dengan BRICS dan kemudian ada peluang untuk mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan kenapa tidak?," ungkapnya.

"Ya jujur-jujur saja, lha wong selama ini kita juga impor minyak dari Timur Tengah itu mungkin saja, mungkin saja, itu asalnya mungkin dari sana, tapi belum pasti ya," sambung Bahlil Lahadalia.

 

2 dari 3 halaman

Luhut Tak Masalah

Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, melihat ada sejumlah potensi yang bisa didapat Indonesia, dengan bergabung sebagai anggota penuh BRICS. Termasuk dalam melakukan impor minyak Rusia.

Luhut menilai, Pemerintah RI bisa saja mengubah kebijakan dengan membeli minyak impor dari Rusia. Menurut dia, jika itu secara hitung-hitungan masuk, Indonesia semustinya berhak mendatangkan produksi minyak Rusia.

"Ya ke mana saja kalau kita menguntungkan Republik, kita beli. Kalau kita ada dari bulan pun udah kita beli. Sepanjang itu tadi menguntungkan Republik," tegas Luhut sesuai konferensi pers perdana Dewan Ekonomi Nasional (DEN) di Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Namun, Luhut turut memberi catatan agar pemerintah tidak sembrono dalam membeli minyak impor Rusia. Menurut dia, Indonesia juga harus bernegosiasi dengan negara lain agar kebijakan itu tidak menimbulkan masalah.

"Kalau itu bisa kita bicarakan kepada beberapa negara lain, ya kenapa tidak. Kalau kita dapat lebih murah USD 20-22 per barel, kenapa tidak? Tapi kita tentu hati-hati, melihat ini dengan bagus aja," pintanya.

 

3 dari 3 halaman

Perlu Hati-Hati

Selain keuntungan, Luhut meminta pemerintah juga harus berhati-hati dengan status baru Indonesia sebagai anggota penuh BRICS. Masalahnya, kondisi geopolitik dan situasi ekonomi dunia kini sedang tidak baik-baik saja.

Ia mencontohkan persoalan energi di Uni Eropa, yang timbul akibat Rusia menyetop penyaluran gas ke Benua Biru. Potensi masalah juga datang dari China, yang tengah menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Kemudian, Luhut juga mewaspadai rencana kebijakan Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Donald Trump, yang berencana mendongkrak tarif tinggi untuk barang-barang dari China.

"Jadi kombinasi masalah ini betul-betul kami cermati dengan baik. Jadi salah satu tugas DEN tadi memberikan masukan kepada presiden dalam proses pengambilan keputusan," ujar Luhut.

Video Terkini