Tingginya kebutuhan mesin industri membuat pemerintah mendorong produsen mesin asal Taiwan dan Jepang untuk membangun industrinya di Indonesia.
Taiwan dan Jepang adalah dua negara pemasok mesin industri terbesar ke Indonesia, selain Korea dan China. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex S Restraumbun mengakui, industri mesin di Indonesia masih nihil. Kalaupun ada, kualitasnya kalah jauh di bandingkan teknologi tinggi seperti hasil produksi Taiwan dan Jepang.
Dalam pameran MTT Expo 2013 yang di gelar di JIE Kemayoran, Jakarta pada 22-25 Mei 2013, terlihat berbagai produk keluaran kedua negara tersebut memadati ruang pamer. Dengan pameran ini dia berharap ada pebisnis ataupun investor yang berminat untuk mengembangkan industri mesin.
Apalagi jika investasi tersebut ditanamkan produsen merek ternama asal Taiwan dan Jepang, sehingga bisa membangun pabrik di Indonesia. "Ya, ujung-ujungnya harapan kami begitu," katanya, Rabu (22/5/2013).
Menurut Presiden Direktur PT ECMI selaku penyelenggara pameran, Indra Putra, yang juga seorang pengusaha industri dan mewakili asosiasi mengatakan, impor mesin industri Indonesia sangat tingi, mencapai 90%.
"Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan industri untuk mesin otomotif, perkapalan, kereta api, industri komponen mesin, jadi impornya tinggi," jelasnya.
Tanpa impor mesin ini, Indonesia dikatakan tidak akan mampu memproduksi baja, plastik, dan lain sebagainya.
Namun menyadari belum tersedianya industri mesin tersebut, pemerintah memberikan kelonggaran biaya masuk 0% untuk barang yang diimpor dari Taiwan, Jepang, dan negara-negara ASEAN. (Est/Nur)
Taiwan dan Jepang adalah dua negara pemasok mesin industri terbesar ke Indonesia, selain Korea dan China. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex S Restraumbun mengakui, industri mesin di Indonesia masih nihil. Kalaupun ada, kualitasnya kalah jauh di bandingkan teknologi tinggi seperti hasil produksi Taiwan dan Jepang.
Dalam pameran MTT Expo 2013 yang di gelar di JIE Kemayoran, Jakarta pada 22-25 Mei 2013, terlihat berbagai produk keluaran kedua negara tersebut memadati ruang pamer. Dengan pameran ini dia berharap ada pebisnis ataupun investor yang berminat untuk mengembangkan industri mesin.
Apalagi jika investasi tersebut ditanamkan produsen merek ternama asal Taiwan dan Jepang, sehingga bisa membangun pabrik di Indonesia. "Ya, ujung-ujungnya harapan kami begitu," katanya, Rabu (22/5/2013).
Menurut Presiden Direktur PT ECMI selaku penyelenggara pameran, Indra Putra, yang juga seorang pengusaha industri dan mewakili asosiasi mengatakan, impor mesin industri Indonesia sangat tingi, mencapai 90%.
"Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan industri untuk mesin otomotif, perkapalan, kereta api, industri komponen mesin, jadi impornya tinggi," jelasnya.
Tanpa impor mesin ini, Indonesia dikatakan tidak akan mampu memproduksi baja, plastik, dan lain sebagainya.
Namun menyadari belum tersedianya industri mesin tersebut, pemerintah memberikan kelonggaran biaya masuk 0% untuk barang yang diimpor dari Taiwan, Jepang, dan negara-negara ASEAN. (Est/Nur)