Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada triwulan I tahun 2013 mencapai 6,69%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) pada periode yang sama sebesar 6,02%.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Ansari Bukhari mengatakan cabang-cabang indutri yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain industri logam dasar besi dan baja sebesar 13,14%, industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 11,41%, industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 10,51% serta industri barang kayu dan hasil hitan lainnya sebesar 7,67%.
"Untuk ekspor industri non-migas pada Januari-Maret 2013 mencapai US$ 28,26 miliar atau memberikan kontribusi sebesar 61,11% dari ekspor nasional," ujarnya saat jumpa pers di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2013).
Sedangkan impor industri non-migas mencapai US$ 32,15 miliar, sehingga terdapar defisit sebesar US$ 3,89 miliar.
Defisit neraca perdagangan tersebut, lanjutnya, tidaklah terlalu mengkhawatirkan mengingat sebagian besar aktivitas impor tersebut berupa barang modal dan bahan baku sebagai akibat dari tumbuhnya investasi di sektor industri.
"Pengalaman kita dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan pada triwulan II memang akan lebih baik ketimbang triwulan I dan pertumbahan tertinggi ada di triwulan III dan IV. Tetapi kami tetap optimis target pertumbuhan industri sebesar 7,1% bisa tercapai pada akhir tahun nanti," katanya.
Ansari juga mengatakan pada periode 2005 hingga 2010 pertumbuhan industri selalu berada dibawa pertumbuhan ekonomi, namun pada tahun 2011 pertumbuhan industri baru bisa mengimbangi pertumbuhan ekonomi. "Ini diharapaka bisa kita terus pertahankan bahkan ditingkatkan," tandasnya.(Shd)
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Ansari Bukhari mengatakan cabang-cabang indutri yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain industri logam dasar besi dan baja sebesar 13,14%, industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 11,41%, industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 10,51% serta industri barang kayu dan hasil hitan lainnya sebesar 7,67%.
"Untuk ekspor industri non-migas pada Januari-Maret 2013 mencapai US$ 28,26 miliar atau memberikan kontribusi sebesar 61,11% dari ekspor nasional," ujarnya saat jumpa pers di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2013).
Sedangkan impor industri non-migas mencapai US$ 32,15 miliar, sehingga terdapar defisit sebesar US$ 3,89 miliar.
Defisit neraca perdagangan tersebut, lanjutnya, tidaklah terlalu mengkhawatirkan mengingat sebagian besar aktivitas impor tersebut berupa barang modal dan bahan baku sebagai akibat dari tumbuhnya investasi di sektor industri.
"Pengalaman kita dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan pada triwulan II memang akan lebih baik ketimbang triwulan I dan pertumbahan tertinggi ada di triwulan III dan IV. Tetapi kami tetap optimis target pertumbuhan industri sebesar 7,1% bisa tercapai pada akhir tahun nanti," katanya.
Ansari juga mengatakan pada periode 2005 hingga 2010 pertumbuhan industri selalu berada dibawa pertumbuhan ekonomi, namun pada tahun 2011 pertumbuhan industri baru bisa mengimbangi pertumbuhan ekonomi. "Ini diharapaka bisa kita terus pertahankan bahkan ditingkatkan," tandasnya.(Shd)