Harga emas belakangan memang cenderung turun. Kini mulai banyak pemilik emas yang khawatir harga akan terus meluncur.
Jangan khawatir dulu, sejarah membuktikan emas tetap punya tren naik dalam jangka panjang. Bisa saja harga emas hariannya turun naik, tapi sejarah membuktikan harga emas ke depan seperti mendaki gunung.
Dan, jika pun Anda sekarang ingin menjual emas karena masih khawatir harganya yang terus turun, sekarang masih belum terlambat.
Secara historikal harga emas masih cukup tinggi. Lihat saja, emas pernah dijual hanya dengan US$ 250 per ounce pada 2001. Sebaliknya, pada September 2011, harga logam mulia favorit dunia ini melambung hingga US$ 1.900 per ounce.
Bagi para investor, selama satu dekade ini merupakan perjalanan yang luar biasa, dan fluktuasi harga emas bukan lagi hal yang aneh.
Seperti dilansir dari King5.com, Kamis (13/6/2013) emas pernah digunakan sebagai mata uang sejak awal tercatatnya sejarah.
Banyak mata uang di Eropa dipatok sesuai harga emas hingga terjadinya krisis keuangan yang dipicu Perang Dunia I. Dan hingga 1971, dolar Amerika Serikat (AS) masih berada pada Bretton Woods System atau yang lebih dikenal dengan sebutan "standar emas", dimana Treasury berkomitmen mengelola satu ounce Troy emas setiap mencetak US$ 35.
Harga emas selama 40 tahun terakhir
Setelah AS meninggalkan standar emas, pada akhir 1970-an, harga-harga emas naik di tahun itu. Sebagian kenaikan harganya karena tingginya inflasi, lambatnya pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya angka pengangguran.
Pada masa itu, harga emas naik hingga US$ 850 sampai 21 Januari 1980. Tapi beberapa bulan kemudian, harga emas anjlok begitu saja ke harga US$ 486. Harganya terus bertahan di kisaran ratusan dolar selama dua dekade setelahnya, karena para investor lebih memilih berinvestasi pada saham dan komoditas lainnya.
Tak lama setelah pergantian abad, para investor mulai melirik emas menyusul ketidakpastian pasar-pasar saham. Akibatnya, harga emas terus melejit selama 12 tahun. Hal ini juga didorong oleh kurangnya pasokan emas dan tingginya permintaan dari negara-negara berkembang seperti India dan China. Beberapa bulan kemudian, harga emas kembali tergelincir. Meski begitu, harga emas masih dianggap tinggi.
Tak mungkin pasar emas berbenturan dengan nilai mata uang. Meski saat ekonomi sedang kuat, harga emas tetap bisa turun. Pergerakan pasar emas berbanding terbalik dengan penguatan dolar AS. Saat inflasi mendorong harga dolar turun, harga emas naik. Saat nilai dolar menguat, seperti saat ini, harga emas turun di pasaran.
Namun begitu, berkali-kali mengalami ketidakpastian ekonomi para investor masih beralih pada logam-logam berharga sebagai pelindung menghadapi turbulensi lanjutan.
Intinya harga emas bersifat fluktuatif, bisa naik dan turun. Yang harus diingat, meski sekarang harga emas masih berkisar di harga US$ 1.400, nilai tersebut masih dinilai tinggi karena tak beda jauh dengan harganya yang menjulang pada 2011. (Igw)
Jangan khawatir dulu, sejarah membuktikan emas tetap punya tren naik dalam jangka panjang. Bisa saja harga emas hariannya turun naik, tapi sejarah membuktikan harga emas ke depan seperti mendaki gunung.
Dan, jika pun Anda sekarang ingin menjual emas karena masih khawatir harganya yang terus turun, sekarang masih belum terlambat.
Secara historikal harga emas masih cukup tinggi. Lihat saja, emas pernah dijual hanya dengan US$ 250 per ounce pada 2001. Sebaliknya, pada September 2011, harga logam mulia favorit dunia ini melambung hingga US$ 1.900 per ounce.
Bagi para investor, selama satu dekade ini merupakan perjalanan yang luar biasa, dan fluktuasi harga emas bukan lagi hal yang aneh.
Seperti dilansir dari King5.com, Kamis (13/6/2013) emas pernah digunakan sebagai mata uang sejak awal tercatatnya sejarah.
Banyak mata uang di Eropa dipatok sesuai harga emas hingga terjadinya krisis keuangan yang dipicu Perang Dunia I. Dan hingga 1971, dolar Amerika Serikat (AS) masih berada pada Bretton Woods System atau yang lebih dikenal dengan sebutan "standar emas", dimana Treasury berkomitmen mengelola satu ounce Troy emas setiap mencetak US$ 35.
Harga emas selama 40 tahun terakhir
Setelah AS meninggalkan standar emas, pada akhir 1970-an, harga-harga emas naik di tahun itu. Sebagian kenaikan harganya karena tingginya inflasi, lambatnya pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya angka pengangguran.
Pada masa itu, harga emas naik hingga US$ 850 sampai 21 Januari 1980. Tapi beberapa bulan kemudian, harga emas anjlok begitu saja ke harga US$ 486. Harganya terus bertahan di kisaran ratusan dolar selama dua dekade setelahnya, karena para investor lebih memilih berinvestasi pada saham dan komoditas lainnya.
Tak lama setelah pergantian abad, para investor mulai melirik emas menyusul ketidakpastian pasar-pasar saham. Akibatnya, harga emas terus melejit selama 12 tahun. Hal ini juga didorong oleh kurangnya pasokan emas dan tingginya permintaan dari negara-negara berkembang seperti India dan China. Beberapa bulan kemudian, harga emas kembali tergelincir. Meski begitu, harga emas masih dianggap tinggi.
Tak mungkin pasar emas berbenturan dengan nilai mata uang. Meski saat ekonomi sedang kuat, harga emas tetap bisa turun. Pergerakan pasar emas berbanding terbalik dengan penguatan dolar AS. Saat inflasi mendorong harga dolar turun, harga emas naik. Saat nilai dolar menguat, seperti saat ini, harga emas turun di pasaran.
Namun begitu, berkali-kali mengalami ketidakpastian ekonomi para investor masih beralih pada logam-logam berharga sebagai pelindung menghadapi turbulensi lanjutan.
Intinya harga emas bersifat fluktuatif, bisa naik dan turun. Yang harus diingat, meski sekarang harga emas masih berkisar di harga US$ 1.400, nilai tersebut masih dinilai tinggi karena tak beda jauh dengan harganya yang menjulang pada 2011. (Igw)