Iran adalah negara yang memiliki cadangan minyak terbesar ketiga dunia. Sebagai negara penghasil minyak, Iran mematok harga bensin dalam negeri selama bertahun-tahun di level 1.000 Rial Iran atau kurang dari Rp 1000 per liter (Rp 800 per liter).
Harga bensin rendah itu tidak jadi masalah sebelum tahun 2002. Karena harga minyak dunia sebelum tahun 2002 cenderung stabil dan rendah di level US$ 20-40 per barel. Harga minyak dunia saat itu, cukup buat Iran untuk menutupi biaya produksi.
Tapi ketika harga minyak internasional cenderung meningkat sejak tahun 2002, rendahnya harga bensin di dalam negeri mulai membebani negara. Terlebih harga bensin yang murah telah membuat konsumsi BBM meningkat pesat. Pemakaian kendaraan yang meledak juga telah membuat polusi dan kemacetan parah di kota-kota besar seperti Teheran.
Disisi lain, perusahaan minyak dalam negeri kekurangan dana investasi karena menjual bensin dalam negeri dengan harga murah, dan tingginya konsumsi telah membebani perusahaan minyak karena harus menyediakan BBM lebih banyak ketimbang menjual untuk ekspor.
Seperti dikutip dalam 'Iran-The Chronicles of the Subsidy Reform' yang ditulis Dominique Guillaume, Roman Zytex dan Mohammad Reza Farzin seperti dikutip dari IMF.org, Selasa (18/6/2013), sejak tahun 2007, pakar ekonomi Iran sudah mempertanyakan nasib produksi minyak Iran. Saat itu kemampuan produksi perusahaan minyak Iran semakin menurun seiring dengan penurunan produksi minyak dan ekspor.
Hingga tahun 2008, masih banyak warga Iran yang menolak perlunya reformasi energi. Padahal di tahun itu, harga minyak internasional sudah mendekati US$ 150 per barel sementara harga bensin di Iran masih di bawah Rp 1000 per liter.
Akibatnya, Iran harus impor minyak lebih banyak demi memenuhi kebutuhan bensin dalam negeri yang terus meningkat. Di sisi lain, ada permasalahan serius, rendahnya harga bensin di Iran membuat marak penyelundupan ke negara tetangga.
Subsidi BBM yang tinggi akhirnya menjebol keuangan negara dan memaksa pemerintahan Presiden Ahmadinejad untuk melakukan reformasi harga BBM. Sejak tahun 2009, pemerintah melobi DPR untuk menyetujui UU Reformasi tentang energi dan oleh DPR akhirnya disetujui pada Januari 2010.
Target waktu itu, reformasi energi akan dilakukan pada Maret 2010. Namun pemerintah melihat belum siap untuk memberikan kompensasi bagi warga. Pemerintah Iran juga harus memastikan pentingnya stabilitas harga barang-barang sebelum reformasi digulirkan.
Pemerintah perlu memastikan stok barang pangan cukup sehingga tidak ada kelangkaan yang bisa membuat harga naik. Pemerintah juga harus menghitung jumlah warga yang akan menerima dana kompensasi dan seberapa sering dana itu akan didistribusikan.
Untuk percobaan pertama, sejumlah SPBU membuat tiga harga BBM berbeda yaitu 1.000 rial Iran, 4.000 rial Iran dan 7.000 rial Iran tergantung kuota yang didapat rakyat. Setelah semua diyakini bisa berjalan pemerintah pun memilih momen yang tepat untuk menaikkan harga BBM.
Pemerintah melihat periode Nopember-Desember adalah masa terendah penggunaan energi karena musim itu penggunaan mobil dan permintaan bensin dalam posisi rendah. Ditambah masuk masa panen, sehingga diharapkan bisa mengurangi dampak kenaikan harga BBM.
Alhasil, pada Sabtu 18 Desember 2010, Presiden Ahmadinejad mengumumkan di televisi dimulainya apa yang disebut sejarah ekonomi moderen Iran. Dan pukul 00.00 pada 19 Desember 2010, dirilis harga baru BBM di level 4.000 rial Iran dan memberikan dana kompensasi bagi 80 persen dari 75 juta penduduk Iran yang datanya telah disimpan dalam bank khusus sejak Oktober 2010.
Penolakan dan demo kenaikan BBM tentu ada, tapi persiapan matang yang dilakukan pemerintah membuka mata warga untuk bersiap dengan perubahan ekonomi yang baru. Saat diumumkan kenaikan BBM, harga barang-barang terjaga dan stok aman. Waktu yang tepat saat panen raya juga bisa menekan lonjakan inflasi.
Jauh sebelum reformasi energi digulirkan, pemerintah Iran juga sudah mulai menggenjot pemakaian gas yang harganya jauh lebih murah. Iran mendiversifikasikan pemakaian gas untuk kendaraan dan pabrik. Iran adalah pemilik cadangan gas kedua terbesar di dunia.
Seperti dilansir Bloomberg, harga bensin di Iran saat ini US$ 2,15 per galon (7000 rial Iran) atau Rp 5.636 per liter. (Igw)
Harga bensin rendah itu tidak jadi masalah sebelum tahun 2002. Karena harga minyak dunia sebelum tahun 2002 cenderung stabil dan rendah di level US$ 20-40 per barel. Harga minyak dunia saat itu, cukup buat Iran untuk menutupi biaya produksi.
Tapi ketika harga minyak internasional cenderung meningkat sejak tahun 2002, rendahnya harga bensin di dalam negeri mulai membebani negara. Terlebih harga bensin yang murah telah membuat konsumsi BBM meningkat pesat. Pemakaian kendaraan yang meledak juga telah membuat polusi dan kemacetan parah di kota-kota besar seperti Teheran.
Disisi lain, perusahaan minyak dalam negeri kekurangan dana investasi karena menjual bensin dalam negeri dengan harga murah, dan tingginya konsumsi telah membebani perusahaan minyak karena harus menyediakan BBM lebih banyak ketimbang menjual untuk ekspor.
Seperti dikutip dalam 'Iran-The Chronicles of the Subsidy Reform' yang ditulis Dominique Guillaume, Roman Zytex dan Mohammad Reza Farzin seperti dikutip dari IMF.org, Selasa (18/6/2013), sejak tahun 2007, pakar ekonomi Iran sudah mempertanyakan nasib produksi minyak Iran. Saat itu kemampuan produksi perusahaan minyak Iran semakin menurun seiring dengan penurunan produksi minyak dan ekspor.
Hingga tahun 2008, masih banyak warga Iran yang menolak perlunya reformasi energi. Padahal di tahun itu, harga minyak internasional sudah mendekati US$ 150 per barel sementara harga bensin di Iran masih di bawah Rp 1000 per liter.
Akibatnya, Iran harus impor minyak lebih banyak demi memenuhi kebutuhan bensin dalam negeri yang terus meningkat. Di sisi lain, ada permasalahan serius, rendahnya harga bensin di Iran membuat marak penyelundupan ke negara tetangga.
Subsidi BBM yang tinggi akhirnya menjebol keuangan negara dan memaksa pemerintahan Presiden Ahmadinejad untuk melakukan reformasi harga BBM. Sejak tahun 2009, pemerintah melobi DPR untuk menyetujui UU Reformasi tentang energi dan oleh DPR akhirnya disetujui pada Januari 2010.
Target waktu itu, reformasi energi akan dilakukan pada Maret 2010. Namun pemerintah melihat belum siap untuk memberikan kompensasi bagi warga. Pemerintah Iran juga harus memastikan pentingnya stabilitas harga barang-barang sebelum reformasi digulirkan.
Pemerintah perlu memastikan stok barang pangan cukup sehingga tidak ada kelangkaan yang bisa membuat harga naik. Pemerintah juga harus menghitung jumlah warga yang akan menerima dana kompensasi dan seberapa sering dana itu akan didistribusikan.
Untuk percobaan pertama, sejumlah SPBU membuat tiga harga BBM berbeda yaitu 1.000 rial Iran, 4.000 rial Iran dan 7.000 rial Iran tergantung kuota yang didapat rakyat. Setelah semua diyakini bisa berjalan pemerintah pun memilih momen yang tepat untuk menaikkan harga BBM.
Pemerintah melihat periode Nopember-Desember adalah masa terendah penggunaan energi karena musim itu penggunaan mobil dan permintaan bensin dalam posisi rendah. Ditambah masuk masa panen, sehingga diharapkan bisa mengurangi dampak kenaikan harga BBM.
Alhasil, pada Sabtu 18 Desember 2010, Presiden Ahmadinejad mengumumkan di televisi dimulainya apa yang disebut sejarah ekonomi moderen Iran. Dan pukul 00.00 pada 19 Desember 2010, dirilis harga baru BBM di level 4.000 rial Iran dan memberikan dana kompensasi bagi 80 persen dari 75 juta penduduk Iran yang datanya telah disimpan dalam bank khusus sejak Oktober 2010.
Penolakan dan demo kenaikan BBM tentu ada, tapi persiapan matang yang dilakukan pemerintah membuka mata warga untuk bersiap dengan perubahan ekonomi yang baru. Saat diumumkan kenaikan BBM, harga barang-barang terjaga dan stok aman. Waktu yang tepat saat panen raya juga bisa menekan lonjakan inflasi.
Jauh sebelum reformasi energi digulirkan, pemerintah Iran juga sudah mulai menggenjot pemakaian gas yang harganya jauh lebih murah. Iran mendiversifikasikan pemakaian gas untuk kendaraan dan pabrik. Iran adalah pemilik cadangan gas kedua terbesar di dunia.
Seperti dilansir Bloomberg, harga bensin di Iran saat ini US$ 2,15 per galon (7000 rial Iran) atau Rp 5.636 per liter. (Igw)