PT Pertamina (Persero) menambah volume impor bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi 2,2 juta barel untuk jenis solar dan premium. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan BBM menjelang kenaikan harga BBM dan menghadapi bulan Ramadan.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan pelonjakan konsumsi BBM besubsidi sudah terlihat sejak dua pekan lalu.
Khusus stok, di amemastikan masih dalam kondisi aman yaitu 18-19 hari ke depan. Saat menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi Pertamina menyiagakan depo selama 24 jam.
"Untuk mengantisipasi melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi Operasi pertamina mulai dari subuh dalam kondisi seperti ini bahkan 24 jam. Operasi normal, stok cukup 18-19 hari kebutuhan," kata Hanung saat melakukan kunjungan ke Depo Penampungan Plumpang, Jakarta, Jumat (21/6/2013).
Dia menuturkan asumsi penyaluran setiap hari ditingkatkan 12% karena menghadapi pengumuman kenaikan BBM bersubsidi oleh pemerintah yang biasanya terjadi antrean samapi pukul 00.00 WIB.
"Kita naikkan asumsinya premium 80 ribu kiloliter (kl) kita naikan 91 ribu kl, solar 43 ribu kita naikan 12%," tuturnya.
Selain itu Pertamina sudah menyiapkan stok yang cukup, untuk mengantisipasi kebutuhan meningkat, Hanung menambahkan Pertamina melakukan impor 1,2 juta barel solar dan 1 juta barel permium, avtur 120 barel.
Menurut Hanung, impor solar sebanyak 1,2 juta barel ini untuk kebutuhan sekitar 2,5 hari, sedangkan untuk 1 juta barel premium diperkirakan untuk stok 2 hari. "Diharapkan tambahan impor stok kita akan aman bahkan menghadapi puasa dan Lebaran," pungkasnya.
Dia mengungkapkan, rata-rata melakukan impor BBM perhari 430 ribu barel untuk produk BBM itu gabungan dari premium, solar dan avtur, di atas kebutuhan normal editional akan melakukan tambahan impor.
Impor minyak tersebut berasal dari anak usaha PT Pertamina yaitu Petral, namun Hanung enggan menyebutkan anggaran impor BBM tambahan tersebut.
"Dananya sesuai harga itulah cukup pokoknya, dalam sehari Pertmina perlu valuta asing US$ 100 juta- US$ 125 juta. Untuk impor BBM dan minyak mentah," pungkasnya. (Pew/Nur)
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan pelonjakan konsumsi BBM besubsidi sudah terlihat sejak dua pekan lalu.
Khusus stok, di amemastikan masih dalam kondisi aman yaitu 18-19 hari ke depan. Saat menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi Pertamina menyiagakan depo selama 24 jam.
"Untuk mengantisipasi melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi Operasi pertamina mulai dari subuh dalam kondisi seperti ini bahkan 24 jam. Operasi normal, stok cukup 18-19 hari kebutuhan," kata Hanung saat melakukan kunjungan ke Depo Penampungan Plumpang, Jakarta, Jumat (21/6/2013).
Dia menuturkan asumsi penyaluran setiap hari ditingkatkan 12% karena menghadapi pengumuman kenaikan BBM bersubsidi oleh pemerintah yang biasanya terjadi antrean samapi pukul 00.00 WIB.
"Kita naikkan asumsinya premium 80 ribu kiloliter (kl) kita naikan 91 ribu kl, solar 43 ribu kita naikan 12%," tuturnya.
Selain itu Pertamina sudah menyiapkan stok yang cukup, untuk mengantisipasi kebutuhan meningkat, Hanung menambahkan Pertamina melakukan impor 1,2 juta barel solar dan 1 juta barel permium, avtur 120 barel.
Menurut Hanung, impor solar sebanyak 1,2 juta barel ini untuk kebutuhan sekitar 2,5 hari, sedangkan untuk 1 juta barel premium diperkirakan untuk stok 2 hari. "Diharapkan tambahan impor stok kita akan aman bahkan menghadapi puasa dan Lebaran," pungkasnya.
Dia mengungkapkan, rata-rata melakukan impor BBM perhari 430 ribu barel untuk produk BBM itu gabungan dari premium, solar dan avtur, di atas kebutuhan normal editional akan melakukan tambahan impor.
Impor minyak tersebut berasal dari anak usaha PT Pertamina yaitu Petral, namun Hanung enggan menyebutkan anggaran impor BBM tambahan tersebut.
"Dananya sesuai harga itulah cukup pokoknya, dalam sehari Pertmina perlu valuta asing US$ 100 juta- US$ 125 juta. Untuk impor BBM dan minyak mentah," pungkasnya. (Pew/Nur)