Berkeinginan untuk membuat produk herbal lebih dikenal masyarakat dan dapat dinikmati siapa saja, membuat wanita bernama Wiwiek Hasan Basri terjun ke dunia bisnis produk herbal yaitu jahe merah dan bunga rosela.
Keluar dari Kantor
Sebelum memutuskan untuk berwirausaha, pada tahun 2004 Wiwiek pernah bekerja disebuah perusahaan minuman. Setelah hampir 2 tahun bekerja, akhirnya dia pun memutuskan untuk memulai usaha sekaligus memanfaatkan lahan keluarga yang masih belum produktif. Dari tempatnya bekerja itu, dia banyak belajar tentang bagaimana menjual produk agar diminati oleh konsumen.
"Saya banyak belajar dari situ. Ternyata dalam berbisnis jika bisa memberikan infomasi tentang produk yang kita jual secara baik dan menarik, itu akan sangat mempengaruhi penjualan," katanya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Senin (24/6/2013).
Bermodal Rp 30 Juta
Pada bulan Mei 2006 dengan bermodalkan uang Rp 30 juta, Wiwiek pun mulai membuka usaha produksi jahe merah dan bunga rosela yang dia beri merk dagang 'Berkah Aji'.
Pilihannya untuk menggeluti bisnis obat-obatan herbal semacam ini karena ingin membantu orang lain yang mau menyembuhkan penyakit namun dengan obat yang tidak memiliki efek samping, yaitu obat-obatan herbal.
"Obatan herbal kan cenderung lebih aman, walaupun kita juga harus sadar bahwa pengobatan medis juga harus berjalan," lanjutnya.
Butuh 2-3 ton Jahe per Bulan
Untuk memproduksi jahe merah dalam bentuk bubuk, Wiwiek men-supply jahe tersebut dari wilayah Lampung. Dia bekerjasama dengan seorang pengusaha jahe merah tersebut yang siap mengirimkan 2-3 ton jahe per bulan.
Jahe merah yang dia terima kemudian diolah kembali hingga menjadi bubuk dan dapat dikonsumsi dengan cara diseduh. Tiap harinya, rumah produksi Wiwiek yang terletak di wilayah Cibubur, mampu menghasilkan hingga 300 botol jahe merah per hari.
Satu botol jahe merah berukuran 300 gram, dia jual seharga Rp 25.000. "Khasiat dari jahe merah ini banyak, seperti untuk mengobati masuk angin, asam urat, migran dan batuk," jelasnya.
Selain Jahe, Produksi Juga Bunga Rosela
Â
Selain memproduksi jahe merah, Wiwiek juga membudidayakan bunga rosela yang terkenal untuk membantu menurunkan berat badan. Dia memanfaatkan lahan milik keluarga seluas 3 hektar yang sebagian besar ditanami pohon jati tanaman rosela.
Menurut Wiwiek, tanaman rosela ini memiliki masa panen yang panjang, yaitu sekitar 8 bulan hingga 1 tahun atau sepanjang tahun. "Karena masa panennya yang panjang, makanya bunga rosela ini melimpah sehingga saya bisa menjual sekaligus menyuplainya kepada rekan-rekan yang juga berbisnis bunga rosela ini," tutur Wiwiek.
Dalam satu hari, lahan rosela yang dikelola oleh saudaranya tersebut mampu menghasilkan sekitar 20 kg bunga rosela dalam kondisi basah, yang kemudian dikeringkan selam 3 hari dengan mengandalkan sinar matahari. Bunga rosela yang telah kering beratnya menyusut hingga 7 kg atau bila dibungkus menjadi sekitar 10 bungkus.
Harga Jual Rosela
Selain menjual dalam bentuk bungkus kecil, Wiwiek juga kerap mendapat pesanan bunga rosela dalam partai besar. Untuk 1 bungkus ukuran 1 ons dia jual seharga Rp 20.000 sedang untuk pesanan 1 kg dia patok dengan harga Rp 100.000. "Jadi dari sana sudah bersih dan kering, disini tinggal kami bungkus dan siap dijual. Kalau khasiat bunga rosela sendiri dapat meningkatkan stamina, mengurangi hipertensi, batuk, mencegah kanker," katanya.
Pemasaran dan Omzet
Untuk pemasaran, Wiwiek biasanya menjual produknya tersebut melalui toko obat tradisional, distributor, pemesanan secara langsung, selain itu juga kini dia telah memiliki 4 toko di Jakarta yang menjual produknya tersebut.
Omzet yang diterima Wiwiek pun terbilang cukup besar yaitu berkisar antara Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan.
Produknya ini pun telah didistibusikan ke luar Jakarta seperti yang paling banyak ke wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan masing-masing pengiriman sekitar 18.000 botol jahe merah dalam sekali order. "Mereka biasanya sebulan 3 kali order, selain itu juga ke Palembang dan Padang, tetapi untuk saat ini belum sebanyak Bali dan NTB," jelasnya.
Sepi Peminat di Januari-Maret
Wiwiek menjelaskan bahwa, saat momen sepi penjualannya terjadi pada sekitar bulan Januari hingga Maret karena pada saat-saat tersebut biasanya musim hujan. Sehingga sedikit menghambat produksi ditambah lagi pada awal-awal tahun biasanya pemerintah maupun pihak terkait masih jarang mengadakan pameran karena dengan adanya pameran, diakui Wiwiek sangat membantu pemasaran juga sangat berpengaruh terhadap kenaikkan omset.
Kompetitor Ketat
Selama berbisnis produk herbal semacam ini, Wiwiek mengaku tidak pernah menghadapi kendala baik dari segi permodalan maupun bahan baku. Yang jadi kendalanya mungkin hanya karena mulai bermunculan kompetitor yang juga membuat produk herbal seperti yang dia produksi.
Namun hal tersebut dia rasakan bukan sebagai masalah. Baginya, strategi promosi yaitu dari mulut ke mulut, melalui pameran serta tetap menjaga kualitas dari produknya sudah cukup membuat bisnisnya ini berjalan dengan baik.
"Saya punya prinsip, produk saya harus bagus bahkan tiap hari harus lebih bagus, sehingga otomatis konsumen dapat memilih produk mana yang paling baik," katanya.
Kini Wiwiek telah bisa mempekerjakan 18 karyawan. Ke depannya, dia berharap pemerintah atau pihak terkait lebih banyak merangkul para pelaku UKM seperti lebih sering mengadakan pameran.
"Tentunya juga saya berharap produk saya ini semakin dikenal masyarakat dan bisa bermanfaat untuk orang lain," tandasnya. (Igw)
Keluar dari Kantor
Sebelum memutuskan untuk berwirausaha, pada tahun 2004 Wiwiek pernah bekerja disebuah perusahaan minuman. Setelah hampir 2 tahun bekerja, akhirnya dia pun memutuskan untuk memulai usaha sekaligus memanfaatkan lahan keluarga yang masih belum produktif. Dari tempatnya bekerja itu, dia banyak belajar tentang bagaimana menjual produk agar diminati oleh konsumen.
"Saya banyak belajar dari situ. Ternyata dalam berbisnis jika bisa memberikan infomasi tentang produk yang kita jual secara baik dan menarik, itu akan sangat mempengaruhi penjualan," katanya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Senin (24/6/2013).
Bermodal Rp 30 Juta
Pada bulan Mei 2006 dengan bermodalkan uang Rp 30 juta, Wiwiek pun mulai membuka usaha produksi jahe merah dan bunga rosela yang dia beri merk dagang 'Berkah Aji'.
Pilihannya untuk menggeluti bisnis obat-obatan herbal semacam ini karena ingin membantu orang lain yang mau menyembuhkan penyakit namun dengan obat yang tidak memiliki efek samping, yaitu obat-obatan herbal.
"Obatan herbal kan cenderung lebih aman, walaupun kita juga harus sadar bahwa pengobatan medis juga harus berjalan," lanjutnya.
Butuh 2-3 ton Jahe per Bulan
Untuk memproduksi jahe merah dalam bentuk bubuk, Wiwiek men-supply jahe tersebut dari wilayah Lampung. Dia bekerjasama dengan seorang pengusaha jahe merah tersebut yang siap mengirimkan 2-3 ton jahe per bulan.
Jahe merah yang dia terima kemudian diolah kembali hingga menjadi bubuk dan dapat dikonsumsi dengan cara diseduh. Tiap harinya, rumah produksi Wiwiek yang terletak di wilayah Cibubur, mampu menghasilkan hingga 300 botol jahe merah per hari.
Satu botol jahe merah berukuran 300 gram, dia jual seharga Rp 25.000. "Khasiat dari jahe merah ini banyak, seperti untuk mengobati masuk angin, asam urat, migran dan batuk," jelasnya.
Selain Jahe, Produksi Juga Bunga Rosela
Â
Selain memproduksi jahe merah, Wiwiek juga membudidayakan bunga rosela yang terkenal untuk membantu menurunkan berat badan. Dia memanfaatkan lahan milik keluarga seluas 3 hektar yang sebagian besar ditanami pohon jati tanaman rosela.
Menurut Wiwiek, tanaman rosela ini memiliki masa panen yang panjang, yaitu sekitar 8 bulan hingga 1 tahun atau sepanjang tahun. "Karena masa panennya yang panjang, makanya bunga rosela ini melimpah sehingga saya bisa menjual sekaligus menyuplainya kepada rekan-rekan yang juga berbisnis bunga rosela ini," tutur Wiwiek.
Dalam satu hari, lahan rosela yang dikelola oleh saudaranya tersebut mampu menghasilkan sekitar 20 kg bunga rosela dalam kondisi basah, yang kemudian dikeringkan selam 3 hari dengan mengandalkan sinar matahari. Bunga rosela yang telah kering beratnya menyusut hingga 7 kg atau bila dibungkus menjadi sekitar 10 bungkus.
Harga Jual Rosela
Selain menjual dalam bentuk bungkus kecil, Wiwiek juga kerap mendapat pesanan bunga rosela dalam partai besar. Untuk 1 bungkus ukuran 1 ons dia jual seharga Rp 20.000 sedang untuk pesanan 1 kg dia patok dengan harga Rp 100.000. "Jadi dari sana sudah bersih dan kering, disini tinggal kami bungkus dan siap dijual. Kalau khasiat bunga rosela sendiri dapat meningkatkan stamina, mengurangi hipertensi, batuk, mencegah kanker," katanya.
Pemasaran dan Omzet
Untuk pemasaran, Wiwiek biasanya menjual produknya tersebut melalui toko obat tradisional, distributor, pemesanan secara langsung, selain itu juga kini dia telah memiliki 4 toko di Jakarta yang menjual produknya tersebut.
Omzet yang diterima Wiwiek pun terbilang cukup besar yaitu berkisar antara Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan.
Produknya ini pun telah didistibusikan ke luar Jakarta seperti yang paling banyak ke wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan masing-masing pengiriman sekitar 18.000 botol jahe merah dalam sekali order. "Mereka biasanya sebulan 3 kali order, selain itu juga ke Palembang dan Padang, tetapi untuk saat ini belum sebanyak Bali dan NTB," jelasnya.
Sepi Peminat di Januari-Maret
Wiwiek menjelaskan bahwa, saat momen sepi penjualannya terjadi pada sekitar bulan Januari hingga Maret karena pada saat-saat tersebut biasanya musim hujan. Sehingga sedikit menghambat produksi ditambah lagi pada awal-awal tahun biasanya pemerintah maupun pihak terkait masih jarang mengadakan pameran karena dengan adanya pameran, diakui Wiwiek sangat membantu pemasaran juga sangat berpengaruh terhadap kenaikkan omset.
Kompetitor Ketat
Selama berbisnis produk herbal semacam ini, Wiwiek mengaku tidak pernah menghadapi kendala baik dari segi permodalan maupun bahan baku. Yang jadi kendalanya mungkin hanya karena mulai bermunculan kompetitor yang juga membuat produk herbal seperti yang dia produksi.
Namun hal tersebut dia rasakan bukan sebagai masalah. Baginya, strategi promosi yaitu dari mulut ke mulut, melalui pameran serta tetap menjaga kualitas dari produknya sudah cukup membuat bisnisnya ini berjalan dengan baik.
"Saya punya prinsip, produk saya harus bagus bahkan tiap hari harus lebih bagus, sehingga otomatis konsumen dapat memilih produk mana yang paling baik," katanya.
Kini Wiwiek telah bisa mempekerjakan 18 karyawan. Ke depannya, dia berharap pemerintah atau pihak terkait lebih banyak merangkul para pelaku UKM seperti lebih sering mengadakan pameran.
"Tentunya juga saya berharap produk saya ini semakin dikenal masyarakat dan bisa bermanfaat untuk orang lain," tandasnya. (Igw)