Maskapai Jepang ANA Holdings Inc, bakal membeli saham AirAsia Bhd di anak usahanya Air Asia Jepang dengan harga penawaran senilai 2,45 miliar yen (US$ 25,11 juta). Langkah ini sekaligus mendepak maskapai penerbangan Malaysia itu dari kerjasama yang sudah dirintisnya selama hampir dua tahun.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (25/6/2013), maskapai penerbangan murah yang berbasis di bandara internasional Tokyo di Narita itu dianggap gagal memenangkan hati para wisatawan Jepang sejak berdiri Agustus 2011. ANA menyalahkan buruknya kinerja AirAsia Japan akibat pemasaran yang tidak efektif dan situs pemesanan yang tidak ramah pengguna.
Awal bulan ini AirAsia mengatakan, perusahaannya akan membubarkan usaha tersebut karena perbedaan pendapat tentang cara pengoperasian bisnis penerbangannya. Para eksekutif AirAsia dan ANA, pemilik dari 67% saham usaha gabungan ini, gagal mencapai kesepakatan atas persoalan-persoalan yang terjadi termasuk biaya manajemen.
Pemutusan hubungan bisnis tersebut terjadi saat AirAsia tengah berencana melebarkan sayapnya ke luar negeri. Namun, langkah ini sejalan dengan keputusan AirAsia untuk mengurangi rute-rute penerbangan yang merugikan.
AirAsia Japan melaporkan berbagai kerugian sejak memulai penerbangannya ke lima tujuan lokal dan dua kota tujuan di Korea Selatan. Wakil Presiden Senior ANA Shinzo Shimizu mengatakan, usaha patungan ini memangkas keuntungan operasi ANA sebesar 3,5 miliar yen di akhir kuartal I 2013.
"Kami menilai akan lebih baik untuk mengoperasikan penerbangan ini sebagai unit yang kami miliki sepenuhnya," ujar Shimizu.
Selain usaha patungan dengan AirAsia, ANA juga diketahui memiliki usaha gabungan dengan Peach yang berbasis di bandara Kansai, Osaka. Sementara pesaing lokalnya, Japan Airlines mengoperasikan Jetstar Japan yang merupakan usaha gabungan Qantas Airways yang berbasis di Narita dan Kansai.
Shimizu mengatakan ANA akan memutuskan bagaimana cara mengoperasikan maskapai bekas usahanya dengan AirAsia pada Juli mendatang. Manajemen baru akan memilih nama yang tepat untuk unit baru tersebut nanti.
Hingga November mendatang, pihaknya masih akan menggunakan nama AirAsia untuk penerbangannya.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (25/6/2013), maskapai penerbangan murah yang berbasis di bandara internasional Tokyo di Narita itu dianggap gagal memenangkan hati para wisatawan Jepang sejak berdiri Agustus 2011. ANA menyalahkan buruknya kinerja AirAsia Japan akibat pemasaran yang tidak efektif dan situs pemesanan yang tidak ramah pengguna.
Awal bulan ini AirAsia mengatakan, perusahaannya akan membubarkan usaha tersebut karena perbedaan pendapat tentang cara pengoperasian bisnis penerbangannya. Para eksekutif AirAsia dan ANA, pemilik dari 67% saham usaha gabungan ini, gagal mencapai kesepakatan atas persoalan-persoalan yang terjadi termasuk biaya manajemen.
Pemutusan hubungan bisnis tersebut terjadi saat AirAsia tengah berencana melebarkan sayapnya ke luar negeri. Namun, langkah ini sejalan dengan keputusan AirAsia untuk mengurangi rute-rute penerbangan yang merugikan.
AirAsia Japan melaporkan berbagai kerugian sejak memulai penerbangannya ke lima tujuan lokal dan dua kota tujuan di Korea Selatan. Wakil Presiden Senior ANA Shinzo Shimizu mengatakan, usaha patungan ini memangkas keuntungan operasi ANA sebesar 3,5 miliar yen di akhir kuartal I 2013.
"Kami menilai akan lebih baik untuk mengoperasikan penerbangan ini sebagai unit yang kami miliki sepenuhnya," ujar Shimizu.
Selain usaha patungan dengan AirAsia, ANA juga diketahui memiliki usaha gabungan dengan Peach yang berbasis di bandara Kansai, Osaka. Sementara pesaing lokalnya, Japan Airlines mengoperasikan Jetstar Japan yang merupakan usaha gabungan Qantas Airways yang berbasis di Narita dan Kansai.
Shimizu mengatakan ANA akan memutuskan bagaimana cara mengoperasikan maskapai bekas usahanya dengan AirAsia pada Juli mendatang. Manajemen baru akan memilih nama yang tepat untuk unit baru tersebut nanti.
Hingga November mendatang, pihaknya masih akan menggunakan nama AirAsia untuk penerbangannya.